Konflik antara CEO Tesla dan Facebook telah berlangsung selama bertahun-tahun, sebelum berubah menjadi tantangan bela diri beberapa hari yang lalu.
CEO Tesla, Elon Musk, belakangan menjadi berita utama karena menantang bos Facebook, Mark Zuckerberg. Insiden ini bermula dari berita bahwa Meta Platforms sedang bersiap meluncurkan Threads, pesaing Twitter. Musk kemudian menyatakan kekhawatirannya bahwa dunia akan dikendalikan oleh Zuckerberg.
Ketika seorang pengguna Twitter memperingatkan Musk bahwa Zuckerberg tertarik pada seni bela diri, ia menjawab: "Saya siap bertarung jika dia mau." Pada 22 Juni, Zuckerberg menulis di Instagram: "Berikan saya alamatnya." Musk kemudian menyarankan lokasi di Las Vegas.
Meskipun kedua miliarder ini tidak benar-benar bertemu di atas ring, perkembangan terbaru ini menggarisbawahi meningkatnya persaingan kepentingan bisnis, terutama dalam perebutan pendapatan iklan di media sosial.
Para analis mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah Meta dan Twitter akan memicu perang merek seperti perang Ford-Chevrolet dan Coca-Cola-Pepsi di abad lalu. Namun, jelas bahwa para petinggi perusahaan-perusahaan ini siap untuk bertarung.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa konflik antara Musk dan Zuckerberg telah memanas selama bertahun-tahun. Keduanya sering secara terbuka menyatakan pandangan yang berseberangan tentang AI (kecerdasan buatan) dan banyak topik lainnya.
Secara pribadi, mereka juga saling mengeluh, kata sumber WSJ . Musk, yang selalu kekurangan uang, menganggap Zuckerberg terlalu mudah menghasilkan uang dari perangkat lunak, sementara ia sendiri kesulitan mengembangkan mobil listrik dan roket. Zuckerberg, di sisi lain, ingin dikagumi atas kreativitasnya, seperti Musk.
Elon Musk (kiri) dan Mark Zuckerberg. Foto: Reuters/AP
Tanda-tanda konflik antara kedua miliarder ini muncul pada tahun 2016, ketika SpaceX, perusahaan kedirgantaraan milik Musk, ditugaskan meluncurkan satelit ke luar angkasa untuk membantu Facebook menyediakan layanan internet di Afrika sub-Sahara. Namun, sebuah ledakan di darat saat uji coba peluncuran menghancurkan roket dan satelit tersebut, sehingga menggagalkan ambisi Zuckerberg.
"Saya kecewa mendengar bahwa peluncuran SpaceX yang gagal telah menghancurkan satelit kami, yang seharusnya dapat menyediakan konektivitas bagi banyak orang dan pengusaha di Afrika," tulisnya.
Setahun kemudian, mereka kembali berdebat tentang kecerdasan buatan. Dalam sebuah video yang diunggah di Facebook, Zuckerberg berkata: "Dengan AI, saya sangat optimis. Saya pikir para penentang mencoba menggambarkan skenario kiamat. Saya tidak benar-benar memahaminya. Itu sangat negatif dan tidak bertanggung jawab."
Musk kemudian menanggapi di Twitter: "Saya sudah bicara dengan Mark tentang hal ini. Pemahamannya tentang bidang ini cukup terbatas." Musk sering mengungkapkan kekhawatirannya tentang AI. Pada bulan Maret, ia mengatakan ia "stres tentang AI."
Pada tahun 2018, ketika Meta terlibat dalam skandal kebocoran data dan menghadapi gelombang penghapusan akun, Musk juga mencuit tentang masalah tersebut. Tesla dan SpaceX – perusahaan tempat ia menjabat sebagai CEO – juga menghapus akun Facebook mereka. "Facebook membuat saya takut," tulis Musk.
Pada awal 2020, Musk terus menyerukan agar Facebook dihapus. Langkah ini diambil setelah komedian Inggris Sacha Baron Cohen mendesak Facebook untuk memperketat peraturan sensor kontennya.
Kedua miliarder ini juga pernah berseteru dengan banyak orang lain. Musk terkenal karena menggunakan Twitter untuk mengejek miliarder seperti Jeff Bezos, Bill Gates, dan Warren Buffett. Namun, ia tidak pernah berniat untuk bersaing dengan mereka.
Zuckerberg telah bertahun-tahun mengeluhkan komentar publik CEO Apple, Tim Cook, yang tidak menguntungkan Facebook. Perubahan Apple pada pengaturan privasinya juga mempersulit jejaring sosial tersebut untuk memonetisasi data pengguna.
Perkembangan dalam beberapa hari terakhir telah memperpanjang perseteruan antara Musk dan Zuckerberg yang telah berlangsung bertahun-tahun. Manajer produk Chris Cox mengatakan bulan ini bahwa Threads terinspirasi oleh pengguna yang menginginkan platform media sosial yang "diregulasi secara sehat", senada dengan Twitter.
Sejak mengambil alih Twitter Oktober lalu, Musk telah menghadapi sejumlah tantangan, termasuk klien yang menarik iklan mereka karena kekhawatiran akan volatilitas platform tersebut. Menanggapi hal tersebut, Musk mengatakan bahwa perubahan yang ia buat di Twitter hanya bertujuan untuk mengurangi biaya agar terhindar dari kebangkrutan.
Ia menegaskan bahwa perusahaan berada di jalur yang tepat untuk mencapai arus kas positif. Linda Yaccarino – seorang direktur veteran di bidang periklanan dunia – juga dipilih olehnya sebagai CEO Twitter untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan.
Kini, seiring meningkatnya minat netizen terhadap perseteruan kedua miliarder ini, Maye Musk – ibu dari miliarder mobil listrik tersebut – harus menemukan cara untuk meredakan situasi. Pada 22 Juni, ia menemukan solusi: "Adu mulut saja. Duduklah di sofa, jaga jarak 1,2 meter. Siapa yang lebih lucu, menang."
Namun, Musk tampak tidak peduli. Ia menanggapi sorak sorai itu. "Jika pesaing saya menerima, saya siap untuk go public," ujarnya.
Ha Thu (menurut WSJ)
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)