Menurut seorang reporter VNA di Sydney, sebuah studi baru yang dilakukan oleh cabang Australia dari perusahaan teknologi multinasional Microsoft (Microsoft Australia) menunjukkan bahwa tenaga kerja "Gen Z" (mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2012) dengan antusias mendukung penerapan kecerdasan buatan (AI) di tempat kerja tetapi juga tetap mempertahankan optimisme yang hati-hati.
Laporan “Ctrl+Career: Gen Z mendefinisikan ulang kesuksesan di tempat kerja dengan AI” dilakukan Agustus lalu berdasarkan survei oleh firma riset pasar internasional YouGov terhadap 575 profesional muda yang baru memulai karier di seluruh Australia.
Laporan tersebut mengungkap bahwa ini adalah generasi yang menghadapi optimisme dan kecemasan karier yang disebabkan oleh teknologi ini.
Sementara 71% warga muda Australia khawatir AI dapat menyebabkan penurunan lapangan pekerjaan (meningkat menjadi 87% di bidang keuangan), 80% responden mengatakan keterampilan AI telah membantu mereka memperoleh perhatian lebih besar dari para pemimpin dan memiliki suara lebih besar dalam membentuk strategi.
Alih-alih membiarkan rasa takut menahan mereka, Gen Z menggunakan AI untuk bekerja lebih cerdas sambil tetap bersikap kritis terhadap hasilnya.
Riset menunjukkan bahwa Gen Z tidak hanya menggunakan AI, tetapi juga secara aktif memimpin implementasi teknologi ini. Lebih spesifik lagi, 83% Gen Z melaporkan bahwa para pemimpin senior meminta pendapat atau ide mereka tentang cara menggunakan AI.
78% di antaranya memperkenalkan alat, proses, pintasan, atau “trik” AI baru yang kemudian diadopsi secara lebih luas di seluruh organisasi.
61% mengatakan mereka telah membangun atau menyesuaikan agen AI sendiri, menunjukkan inisiatif dalam upaya mengotomatiskan sebagian pekerjaan daripada hanya menggunakan alat yang tersedia di pasaran.
Ibu Sarah Carney - Direktur Teknologi Nasional Microsoft Corporation yang bertanggung jawab atas Australia dan Selandia Baru (Microsoft ANZ) - mengatakan bahwa kapasitas dan inovasi AI datang dari tingkat akar rumput.
Ia meminta para pemimpin untuk menciptakan budaya yang mendorong pembelajaran lintas tim untuk mempercepat adopsi AI dan mendorong inovasi.
Penelitian menemukan bahwa Gen Z menggunakan AI sebagai landasan peluncuran untuk belajar dan membangun kepercayaan diri melalui praktik dan penyempurnaan ide.
Secara spesifik, 38% menganggap AI sebagai alat pembelajaran utama untuk memahami konsep-konsep baru, dan 79% percaya AI membantu mereka berkomunikasi lebih profesional. Selain itu, 74% merasa lebih percaya diri dalam memberikan presentasi setelah menggunakan AI untuk mempersiapkan dan menyempurnakan ide-ide mereka.
Menurut laporan tersebut, meskipun secara aktif menerapkan AI, Gen Z tidak "naif" tentang keterbatasan teknologi ini.
Mereka menghargai peningkatan produktivitas tetapi juga mengajukan pertanyaan sulit tentang apakah AI akan mengikis pembelajaran mendalam dan pemikiran kritis yang membantu bakat berkembang.
"Generasi Z mengadopsi teknologi dengan cepat namun hati-hati. Organisasi perlu membangun budaya yang memandang AI sebagai mitra berpikir, alih-alih mesin penjawab, untuk mendorong pemikiran kritis dan mengembangkan kemampuan yang lebih kuat," pungkas Ibu Carney.
Sumber: https://www.vietnamplus.vn/gen-z-tan-dung-ai-de-lam-viec-thong-minh-va-sang-tao-hon-post1070538.vnp
Komentar (0)