Pada akhir sesi 19 Juni, harga emas batangan SJC diperdagangkan pada 117,4 - 119,4 juta VND/tael (beli - jual), turun 200.000 VND/tael dibandingkan sesi sebelumnya.
Dengan penurunan serupa, harga cincin emas 1-5 chi SJC tercatat di kisaran 113,5-116 juta VND/tael. Harga cincin emas 9999 di Doji diperdagangkan di kisaran 114,5-116,5 juta VND/tael, turun 500.000 VND/tael dibandingkan sesi sebelumnya.
Pada pukul 20.00 tanggal 19 Juni (waktu Vietnam), harga emas spot tercatat di $3.364/ons, turun 0,49% dibandingkan hari sebelumnya. Harga emas berjangka untuk pengiriman Agustus 2025 di bursa Comex (New York) diperdagangkan di $3.381/ons.
Pasar emas global sedikit berubah setelah keputusan kebijakan moneter yang saling bertentangan antara Bank of England (BoE) dan Bank Sentral Swiss (SNB). BoE mempertahankan suku bunga, sementara SNB memutuskan untuk memangkas suku bunga. Perbedaan ini berkontribusi pada stabilitas harga emas di zona tinggi.
Para ekonom mengatakan kebijakan moneter BoE terjebak dalam tarik menarik antara pertumbuhan ekonomi yang lemah dan tekanan inflasi yang terus-menerus.
Pemangkasan suku bunga akan dilakukan secara bertahap dan hati-hati, sembari tetap menjaga kebijakan ketat untuk mengendalikan inflasi, ujar Michael Brown, ahli strategi pasar senior di Pepperstone.
Sementara itu, para ahli mengatakan SNB berupaya menjaga franc tetap lemah untuk mendukung ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Franc Swiss dianggap sebagai aset safe haven karena sistem keuangannya yang stabil.
Sebelumnya, Bank Sentral AS (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25-4,5%, yang akan berlaku hingga Desember 2024. Keputusan ini menunjukkan kehati-hatian The Fed dalam menghadapi risiko stagnasi ekonomi, yang bertentangan dengan ekspektasi Presiden AS Donald Trump.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF), berada di angka 98,96 poin.
Prakiraan Harga Emas
Menurut para ahli, suku bunga yang lebih rendah seringkali melemahkan dolar AS, membuat emas lebih murah bagi investor internasional, sehingga meningkatkan permintaan dan mendorong harga. Namun, faktor-faktor seperti ketidakstabilan geopolitik, krisis ekonomi, atau kekhawatiran keuangan global juga berkontribusi pada peran emas sebagai aset safe haven meskipun suku bunga tinggi.
Menurut survei tahunan WGC, 95% bankir sentral yang disurvei mengatakan mereka berencana untuk meningkatkan cadangan emas mereka dalam 12 bulan ke depan, proporsi tertinggi sejak survei dimulai pada tahun 2018.
Sementara itu, sekitar tiga perempat responden memperkirakan porsi cadangan dolar AS akan menurun selama lima tahun ke depan, menurut survei terhadap lebih dari 70 bank sentral.
Tim Waterer, kepala analis pasar di KCM Trade, mengatakan harga emas sedikit pulih karena investor memantau perkembangan konflik Israel-Iran dengan saksama. Jika AS melakukan intervensi langsung, ketegangan geopolitik akan meningkat tajam.
Para ahli di Bank of America (BofA) memperkirakan bahwa harga emas dapat mencapai $4.000/ons tahun ini, akibat kekhawatiran mengenai defisit anggaran pemerintah AS yang semakin serius.
BofA yakin bahwa volatilitas suku bunga dan tren pelemahan dolar AS akan terus mendukung emas. Khususnya, jika Departemen Keuangan AS atau The Fed terpaksa melakukan intervensi untuk menstabilkan pasar, emas akan semakin diuntungkan.
"Meskipun perang dan konflik bukanlah pendorong harga yang berkelanjutan, kami masih melihat potensi emas mencapai $4.000 per ons dalam 12 bulan ke depan," tegas laporan BofA.
HA (menurut Vietnamnet)Sumber: https://baohaiduong.vn/gia-vang-hom-nay-20-6-mat-da-lao-doc-sjc-va-nhan-co-dieu-chinh-414491.html
Komentar (0)