Para jutawan mata uang kripto menghabiskan uang dengan cara baru, mengguncang ekonomi global

(Dan Tri) - Lebih dari sekadar mobil mewah atau jam tangan mahal, gelombang 240.000 jutawan mata uang kripto diam-diam membentuk kembali perekonomian, dari harga real estat hingga portofolio investasi seluruh negara.

Di Luksemburg—sebuah negara kecil namun terkenal berhati-hati di Eropa—untuk pertama kalinya, sebuah dana kekayaan negara dengan berani mengalokasikan 1% dari portofolio investasinya (sekitar 9 juta dolar AS) untuk ETF Bitcoin. Informasi ini telah menarik perhatian komunitas keuangan global.

Meskipun angkanya sederhana, maknanya melampaui nilai moneter karena menandai masuknya mata uang kripto ke dalam sistem keuangan arus utama, dan mencerminkan bangkitnya kelas baru orang super kaya - jutawan kripto yang makin banyak membentuk peta kekayaan global.

Generasi baru orang kaya dan daya beli mereka yang luar biasa

Meskipun pemerintah tetap berhati-hati, kekayaan yang diciptakan oleh mata uang kripto telah meledak dengan sangat cepat. Menurut laporan terbaru dari Henley & Partners, dunia kini memiliki sekitar 241.700 jutawan kripto (orang yang memiliki aset kripto senilai $1 juta atau lebih), meningkat 40% hanya dalam satu tahun. Dari jumlah tersebut, 450 orang memiliki aset lebih dari $100 juta dan 36 di antaranya adalah miliarder.

Melonjaknya nilai Bitcoin, yang telah meningkat lebih dari dua kali lipat selama setahun terakhir hingga melampaui $125.000, telah menyuntikkan ratusan miliar dolar ke kantong generasi investor muda, sebagian besar milenial dan Gen Z. Namun pertanyaan yang lebih besar adalah: apa yang mereka lakukan dengan kekayaan tersebut?

Sebuah studi inovatif oleh para profesor ekonomi di beberapa universitas terkemuka menganalisis jutaan dompet digital untuk menguraikan perilaku kelas ini. Hasilnya mengejutkan: untuk setiap $1 keuntungan dari mata uang kripto, investor menghabiskan sekitar 9,7 sen. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan ketika mereka mendapatkan keuntungan dari saham atau properti.

Alasannya sederhana: mereka lebih muda dan lebih bersedia berbelanja. Para peneliti memperkirakan bahwa pada tahun 2024 saja, keuntungan kripto akan menghasilkan tambahan pengeluaran sebesar $145 miliar bagi perekonomian AS, setara dengan 0,7% dari total konsumsi. Angka ini tidak dapat diabaikan, menunjukkan betapa luasnya pengaruh aset digital terhadap kehidupan nyata.

Namun, ini juga merupakan pedang bermata dua. "Kenaikan tajam aset kripto jelas berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, jika terjadi penurunan tajam, para investor ini akan mengurangi pengeluaran, sehingga memberikan tekanan negatif yang signifikan terhadap perekonomian," demikian peringatan laporan tersebut.

Aset kripto telah meledak, dengan lebih dari 240.000 orang kini memiliki portofolio kripto senilai lebih dari $1 juta - lonjakan hanya dalam satu tahun (Foto: Reuters).

Dari Lamborghini ke Real Estat: Perubahan Gaya Hidup

Citra jutawan kripto yang memamerkan Lamborghini dan jam tangan Rolex memang ikonik, tetapi itu tidak mencerminkan keseluruhan cerita. Faktanya, sebagian besar pengeluaran mereka dialokasikan untuk hal-hal yang lebih umum seperti restoran, hiburan, dan barang-barang konsumsi.

Namun, dalam hal investasi besar, properti adalah "pendaratan" favorit para orang kaya kripto. Tad Smith, mantan CEO rumah lelang Sotheby's dan kini menjadi mitra di dana investasi aset digital 50T Funds, mengatakan bahwa selama siklus bullish sebelumnya, investor kripto masih sangat muda. Namun kini, banyak yang sudah menikah, memiliki anak, dan kebutuhan belanja juga beralih ke aset riil yang lebih berkelanjutan seperti properti.

Sebuah studi menemukan korelasi yang luar biasa: seiring kenaikan harga Bitcoin, harga rumah di area dengan konsentrasi pengguna mata uang kripto yang tinggi naik 0,46% lebih cepat daripada di area lain. Banjir uang kripto diam-diam mendorong kenaikan harga aset tradisional.

Meski begitu, sebagian besar orang superkaya di sektor ini tidak terburu-buru untuk menguangkan aset mereka. "Mereka ingin berinvestasi penuh karena inilah momen yang mereka tunggu-tunggu," kata Tad Smith. "Bagi mereka, ini bukan saatnya untuk menjual." Mentalitas "tahan jangka panjang" (HODL) masih dominan, terutama ketika mereka yakin nilai aset-aset ini akan terus meningkat.

Batas Berikutnya: Agunan Kripto

Salah satu hambatan terbesar yang mencegah lebih banyak uang kripto mengalir ke perekonomian adalah bank tradisional belum menerima aset digital sebagai jaminan.

“Banyak orang memiliki jutaan dolar dalam bentuk kripto tetapi tidak dapat memperoleh pinjaman rumah karena bank tradisional menolak menggunakan agunan dalam dompet digital,” kata Zac Prince, CEO GalaxyOne.

Namun, tembok ini perlahan-lahan mulai runtuh. Baru-baru ini, Badan Keuangan Perumahan Federal AS (FHFA) menginstruksikan dua raksasa hipotek, Fannie Mae dan Freddie Mac, untuk mempertimbangkan aset kripto dalam proses pengajuan.

Ini adalah potensi pengubah permainan. Setelah produk pinjaman beragunan kripto menjadi arus utama, orang-orang kaya kripto akan dapat membuka kekayaan mereka yang melimpah tanpa harus menjualnya. Strategi "beli, pinjam, mati", yang familiar bagi orang-orang ultra kaya tradisional, akan diterapkan pada aset digital untuk pertama kalinya.

Kebangkitan jutawan kripto bukan lagi sekadar cerita sampingan dari dunia spekulatif. Dari dompet digital anonim, mereka telah muncul sebagai kekuatan ekonomi nyata dengan daya beli dua kali lipat rata-rata orang dan ambisi untuk mengubah aset digital menjadi nilai nyata seperti properti atau karya seni.

Ketika dana kekayaan negara mulai mengucurkan uang ke bitcoin, kegilaan mata uang kripto secara resmi menjadi babak baru dalam ekonomi global.

Sumber: https://dantri.com.vn/kinh-doanh/gioi-trieu-phu-tien-so-chi-tieu-kieu-moi-khuay-dao-kinh-te-toan-cau-20251011182558241.htm