Tidak lagi menjadi pemandangan sehari-hari seperti dulu, keranjang anyaman, nampan penampi, dan wadah beras kini terutama muncul dalam pertunjukan budaya, sebagai cara untuk mengenang lapisan warisan yang secara bertahap memudar.
Bagi masyarakat Muong, menenun tidak dapat dipisahkan dari produksi pertanian swasembada mereka. Dari bambu, rotan, dan bahan-bahan lain yang mudah didapat di hutan, mereka telah menciptakan sistem alat dan perlengkapan untuk pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Setiap produk mencerminkan pemahaman mereka tentang alam, pengalaman yang terakumulasi selama beberapa generasi, dan filosofi hidup yang harmonis dengan lingkungan.
Meskipun bentuknya tidak rumit, produk anyaman Muong mencapai presisi dalam fungsionalitas dan daya tahan. Dari nampan pengering beras dan saringan hingga peti penyimpanan dan keranjang pengangkut, setiap detail dihitung dengan cermat dalam setiap anyaman dan setiap bentuk bilahnya. Banyak barang membutuhkan keterampilan tinggi, dan hanya pengrajin terampil yang dapat menyelesaikannya, menunjukkan bahwa ini bukan sekadar pekerjaan manual sederhana tetapi seni rakyat yang sejati.

Namun, dengan perubahan metode produksi dan gaya hidup, tenun tradisional secara bertahap kehilangan popularitasnya. Produk plastik dan logam, dengan keunggulan ringan, murah, praktis, dan beragam desain, dengan cepat menggantikan barang-barang tenun buatan tangan di banyak keluarga Muong. Menghabiskan banyak waktu untuk mencari bahan, mengolah potongan bambu, dan menenun produk jadi tidak lagi sesuai dengan gaya hidup serba cepat saat ini.
Realitas ini berujung pada konsekuensi yang mengkhawatirkan: generasi penerus pengrajin semakin berkurang. Mereka yang masih menguasai teknik membelah bambu, menenun keranjang, dan membuat tikar sebagian besar adalah orang lanjut usia. Sementara itu, generasi muda memiliki kesempatan terbatas untuk mempelajari dan mengakses keterampilan ini, dan sebagian dari mereka tidak lagi tertarik pada kerajinan tradisional kelompok etnis mereka. Oleh karena itu, risiko kepunahan sangat nyata, menimbulkan tantangan pelestarian tidak hanya dalam hal teknik tetapi juga dalam hal kesadaran budaya.

Dengan latar belakang ini, menghidupkan kembali kerajinan tenun ke dalam kehidupan masyarakat melalui kegiatan budaya dianggap sebagai arah yang diperlukan. Pada Festival Budaya Etnis Muong ke-2 yang diadakan di Desa Budaya dan Pariwisata Etnis Vietnam (Hanoi), para perajin Muong dari berbagai daerah seperti Hanoi, Phu Tho, Son La, Lao Cai, dan Thanh Hoa secara langsung mendemonstrasikan keterampilan tenun tradisional mereka.
Tangan-tangan kasar yang dengan sabar mengukir potongan bambu, menenun, dan membentuk setiap keranjang tidak hanya menarik perhatian penduduk lokal dan wisatawan, tetapi juga menciptakan ruang pengalaman yang dinamis bagi kaum muda. Melalui setiap tahapan, nilai kerajinan tersebut "diceritakan" melalui gambar visual, membantu pemirsa memahami bahwa menyelesaikan produk anyaman adalah sebuah proses yang membutuhkan keterampilan, ketekunan, dan pengalaman bertahun-tahun.

Menurut para perajin, demonstrasi ini bukan hanya tentang memamerkan produk, tetapi yang lebih penting, tentang menyampaikan kisah budaya di balik setiap barang. Ini adalah cara masyarakat Muong mengekspresikan kenangan mereka tentang kerja keras, hubungan dekat mereka dengan pegunungan dan hutan, serta filosofi hidup sederhana dan menghormati alam. Ketika sebuah keranjang bambu diabaikan, itu bukan hanya penggantian sebuah benda, tetapi juga pengikisan lapisan nilai-nilai budaya tak benda.
Para peneliti budaya berpendapat bahwa pelestarian kerajinan tenun Muong harus ditempatkan dalam strategi keseluruhan pelestarian warisan etnis minoritas, yang terkait dengan pendidikan masyarakat dan pengembangan pariwisata budaya berkelanjutan. Ketika kerajinan tradisional diberi kesempatan untuk berkembang dalam kehidupan kontemporer, melalui pengalaman, pertunjukan, dan penceritaan, peluang kebangkitannya akan menjadi lebih jelas.
Melestarikan kerajinan tenun bukan hanya tentang menciptakan produk untuk tujuan ekonomi, tetapi juga tentang melestarikan sebagian dari identitas masyarakat Muong. Dalam konteks modernisasi yang pesat, kegiatan konservasi seperti Festival Budaya Etnis Muong dianggap sebagai "kunci" untuk menghubungkan masa lalu dengan masa kini, sehingga warisan budaya tidak hanya tersimpan dalam ingatan tetapi terus diwariskan kepada generasi mendatang.
Artikel ini dipesan oleh Departemen Hukum, Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata.
Sumber: https://baotintuc.vn/van-hoa/giu-nghe-dan-lat-cua-nguoi-muong-giua-nhip-song-hien-dai-20251215212441299.htm






Komentar (0)