Perkembangan pesat AI generatif membawa harapan sekaligus kekhawatiran bagi masyarakat.
Reuters pada tanggal 20 Februari mengutip para pemimpin DPR AS yang mengumumkan pembentukan gugus tugas bipartisan untuk mempelajari peraturan yang dapat mengatasi kekhawatiran seputar kecerdasan buatan (AI).
Upaya di Kongres AS untuk meloloskan undang-undang yang membahas AI telah terhenti, meskipun ada beberapa forum dan proposal legislatif berprofil tinggi selama setahun terakhir.
Ketua DPR Mike Johnson dan pemimpin DPR dari Partai Demokrat, Hakeem Jeffries, mengatakan gugus tugas tersebut akan bertanggung jawab untuk menghasilkan laporan komprehensif dan mempertimbangkan "langkah-langkah yang tepat untuk melindungi negara dari ancaman saat ini dan yang akan datang."
AI generatif yang dapat menghasilkan teks, foto, dan video berdasarkan saran telah menunjukkan hasil yang menjanjikan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu dapat membuat beberapa pekerjaan menjadi usang, mengganggu pemilu, berpotensi mengalahkan manusia, dan menyebabkan konsekuensi bencana.
Kecerdasan Buatan AI 2024: Apa yang Diharapkan?
Masalah ini mendapat perhatian lebih lanjut setelah panggilan otomatis palsu pada bulan Januari yang menyamar sebagai Presiden Joe Biden berusaha untuk mencegah orang memilihnya dalam pemilihan pendahuluan Demokrat New Hampshire.
Komisi Komunikasi Federal kemudian memutuskan bahwa panggilan yang dilakukan dengan suara yang dihasilkan AI adalah ilegal.
Laporan gugus tugas tersebut akan mencakup "prinsip-prinsip panduan, rekomendasi, dan proposal kebijakan bipartisan yang dikembangkan melalui konsultasi dengan komite-komite" di Kongres.
“Kebangkitan AI juga menimbulkan serangkaian tantangan unik, dan langkah-langkah tertentu perlu diterapkan untuk melindungi rakyat Amerika,” ujar Jeffries.
Laporan tersebut akan merinci "standar regulasi dan tindakan kongres yang diperlukan untuk melindungi konsumen dan mendorong investasi serta inovasi berkelanjutan dalam AI," kata Anggota DPR Jay Obernolte, yang memimpin gugus tugas beranggotakan 24 orang tersebut.
Senada dengan itu, Anggota DPR Ted Lieu mengatakan, persoalannya adalah bagaimana memastikan AI bermanfaat dan bukannya merugikan masyarakat.
Menteri Perdagangan Gina Raimondo baru-baru ini mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan AI terkemuka termasuk di antara lebih dari 200 organisasi yang telah bergabung dalam rencana untuk mendukung penerapan AI yang aman. Perusahaan-perusahaan ini antara lain OpenAI, Google, Anthropic, Microsoft, Meta, Apple, Amazon, dan Nvidia.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)