Setelah tinggal di pedesaan, mungkin banyak orang yang tahu tentang bunga mua. Bunga ini merupakan bunga tahunan yang mekar dari akhir Januari hingga hari-hari musim panas, ketika hangatnya sinar matahari menyinari langit dan bumi. Setiap semak, setiap rumpun, berlomba-lomba untuk mekar, memamerkan warna ungunya yang cemerlang. Bagi saya, bunga mua adalah kenangan, kenangan, nostalgia damai yang terhubung dengan langit masa kecil yang manis dan tak terlupakan, meskipun masa-masa itu telah berlalu.
Terletak di dekat pegunungan, dulu kampung halaman saya banyak ditumbuhi bukit-bukit tandus dan terbengkalai. Tanahnya tidak subur, tetapi di sini, bunga mua tumbuh subur, setiap semaknya tampak hijau, dan setelah Tahun Baru Imlek, sekitar beberapa lusin hari kemudian, mereka mulai mekar dan berbuah. Sederhana, sederhana, dan rapuh, tetapi bunga mua juga tangguh, mampu bertahan terhadap kondisi alam yang keras. Semakin banyak sinar matahari, semakin banyak bunga yang mekar dan semakin indah jadinya. Bunga-bunga berkelopak lima itu tampak seperti kincir angin kecil yang menyebar dengan sekelompok putik kuning di tengahnya, seolah ingin memamerkan keindahannya kepada bumi, langit, dan segala sesuatu.
Waktu kecil dulu, saat liburan sekolah, kami sering ke sini untuk membiarkan kerbau dan sapi merumput, lalu bermain bebas dan bersenda gurau di ruang yang damai dan puitis. Sementara anak laki-laki bermain pura-pura, tebak-tebakan, anak perempuan memetik daun-daun untuk melapisi akar pohon bambu yang rimbun dan rindang di dekatnya, lalu mencari kerikil untuk duduk dan bermain tangkap; terkadang memetik bunga mua untuk dirangkai menjadi mahkota palsu untuk melihat siapa yang lebih cantik...
Mua tidak hanya berbunga, tetapi juga berbuah. Buah mua tidak besar, biasanya hanya sebesar jari bayi. Saat matang, rasanya sepat sekaligus asam, manis, dan sangat lezat. Terutama yang matang, kulitnya yang terbelah memperlihatkan sekumpulan daging buah berwarna ungu, sungguh memikat. Ada hari-hari di mana menjelang sore, asyik memetik buah mua dan memakannya hingga ujung lidah berubah ungu. Anak-anak berbaring di bawah semak mua tua, mengobrol tentang berbagai hal di tengah angin sore yang kencang, di atas awan putih yang melayang bersama angin menuju langit yang jauh.
Seperti banyak tanaman dan bunga lainnya, bunga mua bagaikan sahabat karib bagi kita. Saat kita tumbuh dewasa, beberapa anak memetik bunga mua dan menempelkannya di halaman buku mereka. Ada seorang anak laki-laki yang menggunakan gambar bunga mua untuk menulis puisi naif pertamanya, ingin memberikannya kepada seseorang, tetapi ia terlalu malu untuk memberikannya…
Di kampung halaman saya, ada sebuah dongeng yang menceritakan bahwa dahulu kala, ada seorang gadis muda yang mengirim kekasihnya berperang. Namun kemudian, di tengah medan perang yang sengit, pemuda itu gugur demi negaranya. Setelah menunggu terlalu lama, gadis muda itu meninggal, berubah menjadi pohon mua, yang kemudian berbunga ungu di perbukitan liar bulan demi bulan, tahun demi tahun. Penyair Thanh Trac Nguyen Van memiliki sebuah puisi berjudul "Hoa mua" dengan syair yang sangat indah: "Dahulu kala, di sore hari, kita berdua saling mengundang untuk bermain dan memetik banyak bunga mua/Bunga mua, kau menjualnya, aku membelinya/Uang adalah daun-daun yang gugur di akhir musim, menguning dan beterbangan/Lalu aku mengikat daun-daun menjadi untaian/Merajut bunga menjadi daun, mengikat siang menjadi malam/Merajutnya menjadi bunga pernikahan untuk memberimu/Karangan bunga ungu dari rambutmu yang lembut di tepi sungai...".
Saya bukan penyair, tapi saya sangat menyukai bunga mua. Bunga itu telah menjadi nostalgia bagi saya. Kemarin, dari Nha Trang, saya mengendarai motor menyusuri Jalan Pham Van Dong menuju Luong Son untuk bermain. Di jalan pegunungan yang berkelok-kelok, tiba-tiba saya melihat di dekat pinggir jalan, di samping rumpun alang-alang, semak bunga mua yang sedang mekar ungu penuh. Saya menghentikan motor untuk memandangi bunga-bunga itu, dan sejenak saya merasa nostalgia...
HOANG PHU LOC
[iklan_2]
Sumber: https://baokhanhhoa.vn/van-hoa/sang-tac/202503/hoa-mua-no-tim-troi-ky-uc-e0d0d55/
Komentar (0)