Menteri Luar Negeri Bui Thanh Son dan para Menteri Luar Negeri ASEAN menghadiri retret AMM-56. (Foto: Tuan Anh) |
Dengan semangat yang terbuka dan konstruktif, para Menteri mengadakan diskusi substantif, menilai gerakan-gerakan strategis dalam lingkungan regional dan internasional serta dampaknya terhadap ASEAN, dan bertukar orientasi untuk mempromosikan peran dan kontribusi ASEAN terhadap perdamaian , keamanan, dan stabilitas di kawasan.
Para Menteri berbagi pandangan umum tentang situasi saat ini yang tidak stabil, rumit, dan berpotensi menimbulkan risiko, terutama persaingan strategis antara negara-negara besar, masalah keamanan lintas batas, dan perkembangan rumit di banyak titik panas.
Dalam konteks itu, yang lebih penting bagi ASEAN adalah memelihara solidaritas, secara aktif berkonsultasi untuk menemukan cara berperilaku yang tepat, dan menjaga pendekatan yang seimbang dan harmonis dalam hubungan luar negeri.
Oleh karena itu, semua negara menekankan pentingnya mematuhi prinsip, standar, dan nilai-nilai bersama yang tercantum dalam dokumen-dokumen seperti Piagam ASEAN, Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara, Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982, dan Pandangan ASEAN tentang Indo- Pasifik (AOIP).
Konferensi ini juga membahas cara-cara untuk memperkuat peran sentral ASEAN dalam struktur regional, melalui peningkatan efisiensi operasional mekanisme-mekanisme yang dipimpin ASEAN agar sesuai dengan tujuan awal dan potensi pengembangan di masa mendatang.
Para Menteri menegaskan keinginan ASEAN untuk memperluas dan memperdalam hubungan dengan para mitra, seraya menekankan bahwa keikutsertaan para mitra di kawasan harus didasarkan pada penghormatan terhadap peran sentral ASEAN, mendorong kerja sama yang saling menguntungkan, dan bersama-sama berkontribusi dalam membangun struktur regional yang terbuka, transparan, inklusif, dan berbasis aturan.
Ikhtisar mundurnya AMM-56. (Foto: Tuan Anh) |
Membahas isu-isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama, para Menteri berbagi keprihatinan mengenai situasi rumit yang sedang berlangsung di Myanmar, menekankan perlunya ASEAN untuk menjaga solidaritas, mempromosikan peran utamanya dalam mendukung Myanmar, dan memastikan citra dan prestise ASEAN.
Para Menteri menegaskan bahwa Konsensus Lima Poin dan Keputusan Pemimpin 2022 tentang implementasi Konsensus Lima Poin tetap berlaku dan tetap menjadi dokumen panduan bagi upaya ASEAN, menyatakan dukungan terhadap upaya Ketua dan Utusan Khusus, melanjutkan dialog konstruktif dengan Myanmar, dan terus mendukung Myanmar dalam menemukan solusi yang layak dan berkelanjutan.
Para Menteri sepakat bahwa ASEAN perlu secara aktif meningkatkan bantuan kemanusiaan kepada Myanmar, terutama mempromosikan peran Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan (AHA) dalam memobilisasi dan melaksanakan bantuan kemanusiaan bagi rakyat negara ini.
Para Menteri menegaskan kembali sikap berprinsip ASEAN terhadap Laut Timur, berkomitmen pada penerapan DOC secara penuh dan efektif, serta membangun COC yang substantif dan efektif sesuai dengan hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982.
Konferensi tersebut juga mengimbau para mitra untuk menghormati peran dan sikap sentral ASEAN, terutama pada isu-isu terkait perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan.
Berbicara pada sesi diskusi, Menteri Luar Negeri Bui Thanh Son menyampaikan urgensi untuk mempromosikan peran mekanisme yang dipimpin ASEAN seperti KTT Asia Timur (EAS) dan Forum Regional ASEAN (ARF) dalam konteks saat ini.
ASEAN perlu memastikan tujuan, prinsip, keterbukaan dan inklusivitas mekanisme berdasarkan pendekatan yang seimbang dan objektif, menanggapi kepentingan sah semua pihak.
Berbicara pada pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Bui Thanh Son menyampaikan urgensi untuk mempromosikan peran mekanisme yang dipimpin ASEAN seperti KTT Asia Timur (EAS) dan Forum Regional ASEAN (ARF) dalam konteks saat ini. (Foto: Tuan Anh) |
Menteri mendukung ASEAN dalam memperkuat hubungan dengan mitra, mendorong partisipasi dan kontribusi mitra di kawasan, mendukung ASEAN dalam membangun Komunitas, dan bersama-sama menanggapi tantangan bersama.
Pada saat yang sama, Menteri juga menekankan bahwa para mitra perlu menghormati peran sentral ASEAN baik dalam perkataan maupun tindakan, bekerja sama dengan ASEAN untuk membangun kepercayaan, mempersempit perbedaan, dan mempromosikan dialog dan kerja sama yang tulus.
Menteri sependapat dengan sikap berprinsip ASEAN terhadap isu-isu internasional dan regional. Menteri mendukung dukungan ASEAN bagi Myanmar dalam mencari solusi, menegaskan nilai Konsensus Lima Poin, menghargai upaya Ketua dan Utusan Khusus; dan menekankan bahwa solusi untuk masalah Myanmar harus diputuskan oleh Myanmar.
Terkait Laut Timur, Menteri menekankan perlunya memastikan terciptanya lingkungan yang kondusif bagi perundingan COC, dan mengusulkan agar ASEAN tetap teguh pada pendiriannya yang berprinsip, menjunjung tinggi hukum internasional dan UNCLOS 1982, serta berupaya membangun Laut Timur menjadi lautan perdamaian dan kerja sama.
* Segera setelah sesi tertutup, para Menteri Luar Negeri ASEAN menyaksikan penandatanganan dokumen aksesi Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (TAC) oleh Arab Saudi. Arab Saudi merupakan negara ke-51 yang bergabung dengan TAC.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, menandatangani dokumen aksesi Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (TAC). (Foto: Tuan Anh) |
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyerahkan dokumen kepada Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn. (Foto: Tuan Anh) |
* Besok pagi, 13 Juli, Menteri Luar Negeri ASEAN akan menghadiri pertemuan dengan mitra dari India, Selandia Baru, Rusia, Australia, dan China untuk meninjau kerja sama dan menetapkan arah untuk waktu mendatang. |
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)