(Tanah Air) - Kostum tradisional adalah kostum kuno, bagian tak terpisahkan dari warisan budaya setiap negara, yang memiliki jejak sejarah dan identitas nasional. Dalam konteks integrasi dan pertukaran budaya yang kuat saat ini, mengidentifikasi dan menegaskan identitas kostum tradisional Vietnam telah menjadi isu yang mendesak.
Kostum Vietnam dalam aliran budaya Asia Timur
Tidak ada budaya yang berkembang tanpa dipengaruhi oleh pertukaran. Sejak zaman dahulu, budaya Vietnam terus menyerap saripati dari negara-negara Dong Van (dengan budaya dan tulisan yang sama, yaitu Tiongkok, Jepang, Korea, dan Vietnam) atau bahkan India, tetapi selalu mampu menyesuaikan diri dengan kondisi geografis, iklim, dan semangat kebangsaan. Lektor Kepala, Dr. Pham Ngoc Trung (Dosen Senior, Mantan Kepala Fakultas Kebudayaan dan Pembangunan, Akademi Jurnalisme dan Komunikasi) menekankan: "Tidak ada bangsa yang dapat berdiri sendiri, tanpa kontak dengan siapa pun, dan berkembang. Budaya Vietnam bersatu dalam keberagaman. Ciri-ciri budaya bangsa-bangsa kuat inilah yang telah menjadi bagian dari budaya Vietnam."
Di kawasan budaya Asia Timur, pertukaran yang kuat telah melahirkan konsep "kesatuan agung"—yang berarti kesamaan karakteristik utama, biasanya dalam bidang kostum, arsitektur, atau ritual. Untuk kostum tradisional, kesamaan ini sebagian besar berasal dari pertukaran teknik menjahit, bahan, atau gaya desain antarnegara. Seperti kemeja berkerah silang—sejenis kemeja berkerah silang yang populer di banyak negara seperti Vietnam, Jepang (Kimono), atau Korea (Hanbok)—jelas menunjukkan adanya pengaruh timbal balik di kawasan ini.

Kemeja berkerah silang populer di Korea, Jepang, dan Vietnam. (Foto: Internet, Vietnam Centre)
Dengan demikian, budaya bagaikan aliran yang berkelanjutan, yang menghubungkan berbagai komunitas. Perkembangan budaya tidak dapat dipisahkan dari proses pertukaran dan adaptasi. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa kostum tradisional Vietnam memiliki kemiripan dengan negara-negara lain di wilayah Dong Van, dan diperlukan pandangan yang lebih terbuka. Lektor Kepala, Dr. Pham Ngoc Trung, menekankan: "Kita patut bangga atas kemampuan kita untuk mensintesis, menyerap, dan memilih inti sari budaya manusia ke dalam apa yang disebut identitas budaya bangsa Vietnam, sesuatu yang telah berhasil dilakukan oleh nenek moyang kita." Yang terpenting adalah kita perlu mengidentifikasi dan menegaskan nilai-nilai inti dan ciri khas yang menciptakan identitas khas kostum Vietnam.
Memposisikan identitas kostum tradisional Vietnam
Dalam konteks pertukaran budaya, orang Vietnam masih membentuk detail-detail kecil yang menciptakan perbedaan, yang disebut "perbedaan kecil". Hal ini tidak hanya terjadi pada gaya kostum, tetapi juga pada cara orang Vietnam menggunakan dan memodifikasinya berdasarkan gaya hidup, adat istiadat, dan estetika mereka yang unik. Misalnya, kancing kemeja lima panel seringkali menggunakan bahan tulang dan tembaga, alih-alih kain tenun seperti Tiongkok. Atau kombinasi adat istiadat khas seperti menghitamkan gigi, mengunyah sirih, berjalan tanpa alas kaki... juga turut menegaskan perbedaan cara penggunaan kostum tradisional Vietnam dibandingkan dengan negara-negara lain di blok Dong Van.

Adat istiadat unik yang menciptakan keunikan saat orang Vietnam mengenakan pakaian adat. (Foto: Koleksi)
Faktanya, sangat sedikit orang yang memahami identitas kostum tradisional Vietnam dengan benar dan menyeluruh. Bapak Nguyen Ngoc Phuong Dong (salah satu pendiri Vietnam Centre Group) mengatakan: "Kecuali bagi mereka yang tertarik pada budaya dan sejarah, kostum tradisional Vietnam masih kurang dikenal." Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan lebih banyak upaya untuk menegaskan identitas dan menyebarkan nilai kostum tradisional Vietnam.
Pertama-tama, penguatan fondasi budaya melalui penelitian khusus memainkan peran yang sangat penting. Penelitian akademis tidak hanya membantu memperjelas asal-usul dan karakteristik kostum tradisional Vietnam, tetapi juga memberikan dasar ilmiah yang kuat bagi pelestarian dan pengembangan warisan ini di era modern.
Peneliti dan kolektor barang antik, Tran Quang Minh Tan, menekankan: "Kita harus memiliki lebih banyak taman bermain, pertemuan, atau kegiatan komunitas. Jika kostum memiliki tempat untuk hidup, mereka akan bertahan. Jika tidak, mereka akan perlahan memudar dan kehilangan arah sepenuhnya." Hal ini membutuhkan keterlibatan yang kuat dari sistem pendidikan dan kebijakan negara. Penting untuk mempromosikan penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler, mengintegrasikan konten tentang kostum tradisional dalam sejarah dan seni rupa untuk membangkitkan gairah budaya. Pada saat yang sama, lembaga-lembaga negara harus berkoordinasi dengan kelompok-kelompok peneliti dan seniman untuk membawa kostum tradisional ke dalam acara-acara budaya nasional dan internasional serta mendorong penggunaan kostum tradisional pada hari-hari besar.


Acara tahunan Tet Viet - Tet Pho yang diselenggarakan di Kawasan Kota Tua Hanoi menarik banyak pencinta warisan budaya dengan mengenakan kostum tradisional. Foto: Vietnamese Communal House Club
Di era digital, media massa telah menjadi alat yang ampuh dalam menyebarkan nilai-nilai budaya. Umumnya, budaya-budaya besar seperti Tiongkok, Korea, dan Jepang telah memanfaatkan film, komik, dan anime untuk mempromosikan budaya tradisional. Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran berharga tentang perlunya memperkuat kerja sama antara seni dan akademisi, guna menciptakan produk-produk budaya yang menghibur sekaligus bernilai sejarah.
[iklan_2]
Sumber: https://toquoc.vn/khang-dinh-ban-sac-co-phuc-viet-20241230141032612.htm






Komentar (0)