Tak hanya bagi para lansia, kini kaligrafi, sebuah bentuk seni yang terkesan kuno, perlahan mendapatkan tempat tersendiri di hati kaum muda. Bagi banyak orang, berlatih kaligrafi bukan sekadar untuk merasakan keindahan setiap huruf, tetapi juga sebagai cara untuk membantu para penulis mengembangkan pikiran, melatih karakter, dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan modern.
Bapak Khanh menulis kaligrafi untuk anak muda di jalan pejalan kaki Ngo Quyen, kota Quang Tri - Foto: TP
Semakin mendekati Tahun Baru Imlek At Ty - 2025, semakin banyak pelanggan kedai kopi "Nguyen" milik Bapak Ho Le Hieu (lahir tahun 1983) di kota Quang Tri yang tertarik, terutama kaum muda, untuk menikmati minuman, mampir, dan meminta kaligrafi.
Di toko, selain dekorasi yang menghadirkan suasana musim semi yang segar dengan bunga persik dan krisan, Tuan Hieu juga menata meja dan kursi kecil yang di atasnya dipenuhi kertas merah, batu tinta, dan kuas untuk memuaskan hasrat kaligrafi setiap saat. Di bawah sapuan kuasnya, kalimat dan kata-kata kaligrafi seperti "naga terbang, burung phoenix menari" muncul dengan indah, membuat para pelanggan berdecak kagum.
Setelah hampir 25 tahun berkecimpung di dunia kaligrafi, semakin banyak Hieu belajar, semakin besar pula hasratnya terhadap bentuk seni ini. Tak hanya belajar, ia juga menulis karakter-karakternya sendiri. Menurutnya, untuk menulis kaligrafi, seorang penulis perlu memiliki bakat dan semangat kerja keras.
Selain itu, penting untuk mengembangkan pengetahuan budaya, membaca banyak buku, dan konsep-konsep filsafat masa lalu dan masa kini untuk memperluas pemahaman. "Kaligrafi adalah ciri budaya yang indah dari masyarakat Vietnam, yang telah ada sejak zaman kuno. Kaligrafi membantu saya bersantai setelah jam kerja yang menegangkan. Melalui bentuk seni ini, saya secara bertahap belajar tentang aspek dan isu-isu lain dari budaya nasional."
Saya sangat senang seni kaligrafi perlahan bangkit kembali dan disambut hangat oleh kaum muda. Oleh karena itu, ketika kaum muda mengungkapkan keinginan mereka untuk belajar kaligrafi, saya selalu bersedia berbagi ilmu saya,” ungkap Bapak Hieu.
Anak muda lain yang juga menggemari kaligrafi adalah Nguyen Quoc Khanh (lahir tahun 1990), yang tinggal di kota Quang Tri. Banyak orang mengenalnya dalam lukisan ao dai bernuansa nostalgia, tangannya memegang pena untuk menulis kalimat-kalimat bermakna untuk hari-hari musim semi, acara-acara khusus di kuil, pagoda, atau di jalan setapak Ngo Quyen. Kecintaannya pada kaligrafi sejak masa sekolah membuatnya terus belajar otodidak melalui buku dan media sosial untuk memuaskan hasratnya, dan menjadi seorang kaligrafer handal seperti sekarang ini.
"Ketika berbicara tentang kaligrafi, orang sering membayangkan sosok seorang sarjana tua berambut putih dan berjanggut seperti yang digambarkan dalam puisi. Namun, kaligrafi tidak hanya untuk orang-orang kuno, tetapi kini telah menjadi bentuk seni yang digemari banyak anak muda.
Lebih spesifiknya, berkat dukungan jejaring sosial dan teknologi modern, kaligrafi semakin menyebar luas. Saya rasa ini pertanda baik bahwa generasi muda saat ini masih sangat tertarik pada nilai-nilai tradisional. Dari sana, hal-hal baik dan indah peninggalan leluhur kita akan diwariskan, bukan hilang atau dilupakan oleh kehidupan modern," ujar Bapak Khanh.
Karena kecintaannya pada kaligrafi sejak awal tahun ia pergi ke Pasar Rumah Komunal Bich La bersama sanak saudaranya untuk meminta kaligrafi, baru belakangan ini Nguyen Ngoc Loan yang berdomisili di Kecamatan Trieu Phong mendapatkan kesempatan untuk belajar dan berlatih menulis kaligrafi jenis istimewa ini.
Bertemu dengan beliau dan dua temannya yang sedang berlatih menulis di kedai kopi Pak Hieu, meskipun tulisan tangan mereka belum rata dan tegas, kami dapat merasakan semangat di mata anak-anak muda ini. Dung berkata: "Kaligrafi membutuhkan banyak kesabaran. Mampu menulis kaligrafi sendiri membuat saya semakin mencintai bidang ini. Saya akan berusaha berlatih menulis dengan lebih indah, agar saya dapat mempersembahkan kaligrafi kepada keluarga dan teman-teman saya di awal tahun."
Dapat dilihat bahwa kaligrafi bukan hanya sebuah seni, tetapi juga merupakan hasrat anak muda seperti Bapak Hieu, Bapak Khanh, Ngoc Loan, dan banyak lainnya. Hal ini menjelaskan mengapa semakin banyak klub dan kelas kaligrafi yang didirikan, menjadi tempat bagi anak muda untuk tidak hanya melatih keterampilan menulis mereka, tetapi juga untuk bertukar, belajar, dan menciptakan karya-karya unik bersama.
Kaligrafi bukan hanya sarana untuk mengekspresikan bahasa, tetapi juga pintu bagi manusia untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan dunia batin mereka yang kaya. Goresan-goresan yang melengkung, membulat, dan berliku, meskipun sulit, melatih ketekunan, kehati-hatian, dan ketelitian, membantu para penulis merenungkan filosofi hidup, seni, dan bahasa, serta memperkaya pengalaman hidup mereka sendiri. Kaligrafi juga merupakan penghubung yang menghubungkan orang-orang dengan minat yang sama, berbagi pandangan, perasaan, dan menciptakan kata-kata, sekaligus membantu kaum muda mempelajari lebih lanjut tentang warisan budaya bangsa.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan saat ini, sungguh mengagumkan bahwa generasi muda masih tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai nostalgia, menengok akar leluhur.
Nam Phuong
[iklan_2]
Sumber: https://baoquangtri.vn/khi-nguoi-tre-ngay-cang-hung-thu-voi-thu-phap-191334.htm






Komentar (0)