Dalam suasana yang mendesak itu, setiap dokumen, setiap kotak berkas, setiap printer, komputer... diinventarisasi, dikemas, didigitalisasi, dan diangkut ke arsip umum. Ini bukan sekadar pekerjaan administratif biasa. Setiap lembar kertas, setiap berkas merupakan kenangan dari suatu periode pengelolaan negara, sebuah tanggung jawab untuk melestarikan sejarah administrasi, dan fondasi untuk membangun lembaga pemerintahan baru tanpa gangguan. Komite Partai Kota La Gi dengan jelas mendefinisikan peran "pelopor" dalam pekerjaan organisasi, sehingga tidak ada pekerjaan yang tertunda. Rencana No. 107, Surat Keterangan Resmi No. 1012, dan serangkaian dokumen terkait terus dikeluarkan untuk mengarahkan pengelolaan dokumen, arsip, pengalihan aset publik, dan persiapan kantor pusat kerja. Dari blok Partai hingga blok Negara, dari badan administratif hingga unit layanan publik, dari pusat kota hingga desa dan lingkungan... semuanya bergerak secara simultan. "Tidak ada gangguan aktivitas politik dan administratif di mana pun" – itulah moto yang konsisten. Bahkan berkas yang melayani masyarakat dan bisnis pun ditinjau, dikatalogkan, dan disimpan dalam status pemrosesan hingga serah terima resmi.

Salah satu tugas tersulit namun penting adalah digitalisasi dokumen. Hal ini bukan hanya persyaratan modernisasi administrasi, tetapi juga prasyarat untuk siap mengoperasikan sistem politik dalam lingkungan digital. Tentu saja, bukan hanya dokumen yang "distandarisasi". Seluruh sistem politik juga sedang direorganisasi, mulai dari personel hingga fasilitas. Komite Tetap Komite Partai Kota segera menyelesaikan perencanaan kepegawaian Komite Partai, menyetujui rencana kepegawaian untuk Kelurahan La Gi, Kelurahan Phuoc Hoi, dan Komune Tan Hai setelah penggabungan. Aula pertemuan, markas besar Komite Partai, Dewan Rakyat, dan Komite Rakyat di setiap unit juga telah ditata secara khusus, memastikan pemanfaatan aset publik secara maksimal, membatasi pembelian baru, menghemat anggaran namun tetap efektif. Penyelenggaraan Kongres Partai di semua tingkatan tidak lepas dari gerakan tersebut. Dalam konteks penggabungan, penyelenggaraan kongres bukan sekadar tugas siklus, tetapi juga pembentukan peran kepemimpinan Partai dalam masa transisi. Dokumen-dokumen kongres sedang diselesaikan oleh kelompok pengarah; draf dokumen Pusat juga telah didistribusikan untuk mendapatkan tanggapan yang luas dari seluruh Partai.
Tentu saja, ada banyak tantangan. Salah satunya adalah ketakutan dan kebingungan di kalangan kader dan pegawai negeri sipil, terutama ketika tidak ada pedoman khusus tentang kriteria evaluasi dan penyelesaian rezim sesuai dengan Keputusan 178 dan 67. Pengaturan dalam waktu singkat telah meningkatkan beban kerja, terutama pekerjaan personel di tingkat komune. Namun, alih-alih menunda atau bimbang, Komite Partai Kota La Gi memilih untuk menghadapinya, secara proaktif meninjau dan menyimpulkan standar politik untuk 148 kawan, siap untuk rencana reorganisasi. Tidak dapat disangkal bahwa model pemerintahan daerah dua tingkat merupakan tantangan besar bagi daerah seperti La Gi, yang terbiasa dengan struktur kota mandiri. Tetapi itulah kekuatan pendorong untuk secara bertahap menstandardisasi, memodernisasi, memangkas tingkat menengah, dan bergerak menuju aparatur yang lebih ramping, lebih mahir dan lebih dekat dengan rakyat.
Tak lagi menjadi "kota" dengan tampilan administratif terpisah, La Gi bersiap memasuki ruang baru dengan nama baru, model baru, namun yang pasti, dengan semangat, solidaritas, dan tekad yang ada saat ini, wilayah ini akan tetap mempertahankan peran dan posisinya dalam keseluruhan perjalanan pembangunan provinsi pascapenggabungan.
Sumber: https://baobinhthuan.com.vn/la-gi-san-sang-cho-hanh-trinh-moi-131437.html
Komentar (0)