Dalam lokakarya "Ransomware - Metode serangan yang tak lekang oleh waktu" yang diselenggarakan oleh Departemen Informasi dan Komunikasi Kota Ho Chi Minh bekerja sama dengan Asosiasi Keamanan Informasi Selatan dari Asosiasi Keamanan Informasi Vietnam (VNISA) pada 21 Juni, para ahli memperingatkan tentang bentuk serangan ransomware yang semakin berbahaya dan meluas, dengan tuntutan tebusan yang juga meningkat, yang menyebabkan kerusakan dan sangat memengaruhi reputasi bisnis dan pengguna.
Bapak Ngo Vi Dong - Wakil Presiden VNISA dan Presiden Asosiasi Keamanan Informasi Selatan - mengatakan bahwa ransomware merupakan ancaman bagi keamanan jaringan, yang menyebabkan kerugian finansial dan reputasi yang besar bagi bisnis. Serangan malware telah menjadi tren, yang memaksa unit bisnis dan bisnis untuk memiliki solusi pertahanan yang ketat.
Menurut VNISA, dalam 6 bulan pertama tahun 2024, serangkaian serangan ransomware menargetkan perusahaan-perusahaan penting di Vietnam. Serangan-serangan ini melumpuhkan sistem informasi, mengganggu operasional dan aktivitas bisnis, serta menyebabkan kerugian finansial yang sangat besar. Banyak perusahaan terpaksa membayar tebusan besar untuk memulihkan data dan memulihkan sistem, sehingga kehilangan kepercayaan pelanggan dan mitra. Kerugian ini tidak hanya berdampak ekonomi tetapi juga berdampak jangka panjang terhadap reputasi dan daya saing perusahaan-perusahaan Vietnam di kancah internasional.
Laporan Trend Micro, perusahaan keamanan asal Jepang, menunjukkan bahwa dalam 6 bulan pertama tahun ini saja, serangan ransomware meningkat 50% dibandingkan tahun 2023. Serangan saat ini utamanya mencuri data pribadi dan data komersial sensitif untuk pemerasan. Hal ini meningkatkan biaya dan kompleksitas insiden, sekaligus menimbulkan risiko kerusakan reputasi yang lebih besar bagi organisasi dan bisnis.
Khususnya, para penyerang sedang mengeksplorasi cara menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengotomatiskan dan mempercepat serangan, menciptakan malware yang lebih efektif daripada phishing email. Dikombinasikan dengan pertumbuhan perangkat seluler yang terhubung ke IoT (Internet of Things) melalui jaringan 5G, kemungkinan serangan siber akan meningkat di masa mendatang.
Tn. La Manh Cuong - Wakil Presiden Penelitian dan Pengembangan, Direktur Jenderal OPSWAT Vietnam - mengatakan bahwa alasan utama mengapa perusahaan Vietnam menjadi sasaran kejahatan dunia maya adalah karena mereka belum sepenuhnya mempersiapkan sistem pertahanan keamanan dunia maya untuk melindungi sistem jaringan penting.
Penggunaan perangkat lunak tanpa lisensi, kurangnya pembaruan rutin, dan kurangnya kesadaran akan keamanan siber membuat bisnis rentan terhadap serangan. Oleh karena itu, komunitas bisnis perlu menerapkan solusi keamanan komprehensif berdasarkan filosofi "Zero Trust" untuk melindungi keamanan siber bisnis secara efektif.
Perusahaan sebaiknya menerapkan teknologi keamanan khusus secara bersamaan untuk sistem jaringan penting seperti teknologi pembersihan dan rekonstruksi konten (CDR), teknologi pengenalan malware multi-aplikasi, dan teknologi pencegahan kebocoran data (DLP) untuk memaksimalkan kemampuan pertahanan keamanan jaringan mereka. Teknologi ini membantu menghilangkan ancaman tersembunyi dalam berkas, mendeteksi dan mencegah malware sebelum sempat menembus sistem... - saran Bapak Cuong.
[iklan_2]
Sumber: https://nld.com.vn/ma-doc-tong-tien-ngay-cang-no-ro-196240621212008565.htm






Komentar (0)