| Sungai Huong - sungai musik dan puisi. Foto: Hoang Hai |
Semilir angin membangunkan mereka yang keluar pagi-pagi. Kota di pagi hari memiliki keindahan lembut yang tak terlukiskan. Pepohonan dan dedaunannya lembut, jalanannya lembut, dan Sungai Perfume begitu lembut. Aku dan temanku berdiri di balkon Jembatan Truong Tien, memandang ke hulu. Jauh di depan kami terbentang jajaran pegunungan hijau berkabut, bertumpang tindih dengan awan putih yang menutupi puncaknya. Di sana, pegunungan dan awan menyatu. Menghirup udara dingin dan lembap dalam-dalam, hatiku tiba-tiba terbuka, ingin terbang, terbang dengan segala kemurnian dan kejernihan pagi.
Sungai biru di bawah sana, di hamparan itu, aku ingat pernah mencari "sekuntum bunga ungu", "suara burung yang jatuh" di sungai ini. Bukan lamunanku, melainkan lirik sebuah lagu yang menuntunku menemukan negeri dongeng nan indah itu.
Saat itu, saya baru saja lulus sekolah, berada di masa muda terindah dalam hidup saya, penuh mimpi dan aspirasi. Saya beruntung bisa magang di Stasiun Radio Thua Thien Hue . Sejujurnya, saat itu saya belum sepenuhnya memahami arti jurnalisme, tetapi kebahagiaan terbesar saya adalah bisa keluar masuk gedung yang terletak di lokasi terindah di Hue, tepat di sebelah Jembatan Truong Tien (sekarang menjadi taman bunga dengan patung perunggu Phan Boi Chau).
Lagu tema Stasiun Radio Thua Thien Hue adalah melodi lagu "Little Spring", musik karya Tran Hoan, dan puisi karya Thanh Hai. Ketika saya pertama kali bergabung dengan Stasiun, seorang senior (yang kini telah pergi ke awan putih) bertanya dengan sangat lembut: "Ketika kamu bergabung dengan Stasiun, apakah kamu tahu lagu tema Stasiun ini?". Pertanyaan yang begitu sederhana, tetapi saya tidak dapat menjawab dengan sempurna ketika senior itu bertanya tentang asal-usul lagu itu, bukan hanya melodi yang saya nyanyikan. Dan saya pun mencari dan menghafal puisi "Little Spring" karya Thanh Hai dalam situasi "kuis belajar" itu.
Ada sore-sore ketika aku duduk di dekat jendela stasiun yang menghadap ke tepi sungai, memandangi sungai di sana. Setiap bait puisi "Little Spring" seakan muncul di depan mataku, berkilauan di sungai di bawah sinar matahari sore. Aku seakan mendengar kicauan burung di suatu tempat, meskipun aku tahu tak ada kicauan burung di sungai yang sepi itu, tak pula bunga-bunga ungu di sungai, tetapi entah bagaimana aku merasa seolah ada segalanya. "Tumbuh di tengah sungai hijau/ Bunga ungu/ Oh burung lark/ Mengapa kau bernyanyi begitu lantang/ Setiap tetes yang jatuh berkilauan/ Kuulurkan tangan untuk menangkapnya".
Saat itu, kami, para mahasiswa kelahiran akhir 60-an dan awal 70-an, tumbuh besar di masa damai negeri ini. Para pemuda juga bersemangat menyambut kehidupan baru, menghormati sejarah, dan memancarkan begitu banyak keyakinan serta harapan untuk masa depan: "Negeri empat ribu tahun / Kerja keras dan penderitaan / Negeri ini bagai bintang / Teruslah maju / Aku akan menjadi burung yang bernyanyi / Aku akan menjadi sekuntum bunga / Aku akan bergabung dalam paduan suara / Nada rendah yang menggugah". Di usia dua puluhan, membaca syair-syair seperti itu, menyanyikan lirik-lirik seperti itu, kami merasa seperti aliran air sejuk yang dicurahkan ke dalam jiwa kami, ladang subur yang siap disemai. Dan ketika kami sampai pada syair "Mata air kecil / Diam-diam mempersembahkan kehidupan / Bahkan di usia dua puluh / Bahkan ketika rambut kami beruban", kami berkata pada diri sendiri bahwa "Kami akan berusaha menjalani hidup yang layak untuk hidup ini, untuk tanah air ini". Menengok kembali generasi kami saat itu, banyak teman saya yang hidup seperti "mata air kecil, diam-diam mempersembahkan kehidupan" tanpa menyesali pilihan hidup mereka. Memilih untuk berdiri di sisi cinta, memilih untuk berdiri di sisi dedikasi yang hening, “bergabung dengan paduan suara” untuk membuat “nada rendah yang menggugah” seperti banyak lainnya.
Puisi "A Little Spring" ditulis oleh penyair Thanh Hai ketika ia terbaring sakit, di hari-hari terakhir hidupnya. Puisi itu awalnya tidak memiliki judul, melainkan disalin oleh istri penyair di sebuah buku catatan. Ia meninggal dunia pada tanggal 15 Desember 1980. Puisi tersebut kemudian digubah menjadi musik oleh musisi Tran Hoan dan lagu "A Little Spring" langsung menjadi sangat dicintai, dan dipilih sebagai lagu tema Stasiun Radio Thua Thien Hue (kemudian menjadi Stasiun Radio dan Televisi Thua Thien Hue dan sekarang menjadi Stasiun Radio dan Televisi Hue). Puisi dan musik telah menyampaikan jiwa penyair Thanh Hai kepada semua orang, dengan lembut dan jelas selama hampir setengah abad dan akan tetap abadi di pepohonan, di jalan-jalan, di sungai-sungai Hue, karena kata-kata terakhirnya adalah cinta yang membara untuk kehidupan dan tanah air dari putra Phong Dien, Pham Ba Ngoan (nama lahir penyair Thanh Hai): "Di musim semi, aku ingin bernyanyi/ syair Nam Ai dan Nam Binh/ Ribuan mil pegunungan dan sungai/ Ribuan mil cinta/ Irama tanah Hue".
Sumber: https://huengaynay.vn/van-hoa-nghe-thuat/mua-xuan-nho-nho-151994.html






Komentar (0)