Panglima junta militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, di ibu kota Naypyitaw pada Maret 2021 (Foto: Reuters).
"Penjabat Presiden U Myint Swe telah mengumumkan perpanjangan keadaan darurat selama enam bulan... karena situasi yang luar biasa dan untuk melanjutkan proses antiterorisme," kata pemerintahan militer pada 31 Januari.
Ini adalah perpanjangan kelima sejak militer mengambil alih kekuasaan di Myanmar pada 1 Februari 2021.
Jenderal Senior Min Aung Hlaing, kepala pemerintahan militer, awalnya berjanji untuk menyelenggarakan pemilu pada Agustus 2023, tetapi kemudian menundanya, dengan alasan ketidakstabilan yang terus berlanjut di daerah konflik dan perlunya melakukan sensus nasional sebelum pemungutan suara.
Berdasarkan konstitusi Myanmar yang dirancang militer tahun 2008, pemerintah diharuskan menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu enam bulan setelah keadaan darurat dicabut.
Sebelumnya, Jenderal Senior Min Aung Hlaing menegaskan kembali komitmennya untuk menyelenggarakan pemilu dalam sebuah pertemuan pada 6 Januari di ibu kota Naypyitaw. Media Myanmar mengutip pernyataan Min Aung Hlaing bahwa pemerintah akan menyerahkan tanggung jawab pengelolaan negara kepada partai yang memenangkan pemilu secara bebas dan adil.
Myanmar telah dilanda kekacauan sejak Februari 2021, dengan konflik berkecamuk di dua pertiga wilayah negara itu, menurut badan-badan PBB.
Sejak akhir Oktober 2023, aliansi tiga kelompok etnis bersenjata telah melancarkan kampanye untuk menyerang pasukan pemerintah dan sejauh ini telah merebut setidaknya 34 kota.
Di Myanmar utara dan timur laut, angkatan bersenjata etnis melancarkan kampanye yang berfokus pada kota-kota utama di sepanjang perbatasan dengan China.
Di wilayah tengah, kelompok Pasukan Bela Diri Rakyat yang terkait dengan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang diasingkan telah meningkatkan serangan terhadap tentara.
Di barat, Tentara Arakan (AA) merebut pangkalan militer dekat India dan Bangladesh, sementara pasukan etnis Karen menyerang jalan raya utama di rute perdagangan lintas perbatasan dengan Thailand.
Lebih dari 600.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak konflik pecah.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)