Anke Gowda dengan buku-bukunya di toko buku Pustaka Mane - Foto: The New Indian Express
Lahir dari keluarga petani miskin di distrik Mandya (negara bagian Karnataka, India), Tn. Anke Gowda tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengakses buku.
Masa kecil Gowda dihabiskan di ladang, dibanjiri keringat, dan buku-buku langka yang ia temukan secara tak sengaja. Rasa hausnya akan pengetahuan memicu sebuah mimpi dalam dirinya: membangun "istana buku" untuk memuaskan kecintaannya pada membaca .
Petani kutu buku
Setelah menyelesaikan gelar magister sastra Kannada, ia bekerja di pabrik gula Pandavapura selama kurang lebih 30 tahun. Pekerjaannya tetap, gajinya tidak seberapa, tetapi satu hal yang diketahui semua rekan kerjanya adalah 80% gajinya dihabiskan untuk membeli buku .
Dalam setiap perjalanan, alih-alih membawa pulang hadiah untuk keluarganya, Gowda membawa pulang setumpuk buku.
Inspirasi terbesarnya adalah gurunya Anantharamu dan buku-buku awal Ramakrishna Ashram Publications yang ia hafal.
"Waktu kuliah dulu, saya ingin sekali membaca banyak buku, tapi tidak punya akses. Saya bilang ke diri sendiri: ke depannya, saya harus punya banyak buku supaya semua orang bisa datang dan membacanya," kenang Gowda.
Berawal dari beberapa lusin buku, pada tahun 2004, rumah kecil Gowda telah memiliki lebih dari 200.000 buku. Kisah "petani pencinta buku" ini kemudian menyebar lebih luas di India. Pengusaha Sri Hari Khoday mendengar kabar tersebut dan mendukungnya untuk membangun perpustakaan pribadi seluas lebih dari 2.000 meter persegi, bernama Pustaka Mane ( rumah buku).
Bisa dibilang Pustaka Mane sudah menjadi wadah yang memberikan ilmu berharga bagi masyarakat - Foto: The New Indian Express
Harta Karun Komunitas
Kini, Pustaka Mane telah menjadi alamat yang familiar bagi para peneliti, guru, pelajar, dan wisatawan . Semua orang dapat datang untuk membaca dan berkonsultasi buku secara gratis.
Koleksi di sini sangat beragam, mulai dari buku tipis hanya 10 halaman hingga buku seberat 3-4 kg; mulai dari novel, kritik sastra, buku sains , teknologi, kedokteran, mitologi, sejarah, catatan perjalanan, astrologi... hingga buku anak-anak. Khususnya, Gowda menyimpan edisi-edisi langka yang diterbitkan sejak tahun 1832 hingga buku-buku yang baru dirilis beberapa minggu sebelumnya.
Seorang pembaca wanita sedang membaca buku di Book House - Foto: The New Indian Express
Ribuan mahasiswa, peneliti, bahkan penulis dan kritikus telah datang ke sini untuk mencari dokumen. Banyak disertasi doktoral telah diselesaikan berkat buku-buku langka yang hanya dapat ditemukan di sini. Dapat dikatakan bahwa Pustaka Mane telah menjadi tempat yang menyediakan sumber pengetahuan berharga bagi masyarakat.
"Ada buku-buku sejarah yang tidak dapat saya temukan di mana pun, tetapi ada di perpustakaan Tuan Gowda," kata Mahadeshwara, seorang mahasiswa pascasarjana sejarah, kepada The New Indian Express .
Di usianya yang lebih dari 70 tahun, Anke Gowda masih mengerjakan sebagian besar pekerjaannya sendiri: menyapu, membersihkan debu, memilah, dan membuka karung-karung buku yang belum disortir . Semuanya dilakukan dengan tangan, tanpa sistem digitalisasi atau staf pendukung.
Sahabat karib Gowda adalah istrinya, Vijayalakshmi.
Pasangan itu masih tinggal di "rumah buku", tidur di lantai dan memasak di sudut kecil. "Kami tidak pernah berpikir untuk pindah. Kami merasa damai di antara tumpukan buku," kata Vijayalakshmi.
Masa depan 'rumah sejuta buku'
Untuk melestarikan dan mengembangkan karya ini, Gowda mendirikan Anke Gowda Jnana Pratishthana , sebuah yayasan untuk terus mengumpulkan, mengklasifikasikan, dan menyimpan buku. Sebuah gedung baru sedang dibangun di sebelah Pustaka Mane, dengan harapan akan memiliki sistem klasifikasi ilmiah, sehingga memudahkan akses pembaca.
Di usianya yang ke-72, tenaga Gowda memang terbatas, tetapi kecintaannya pada buku tak pernah pudar. Ia masih rutin menyusuri jalan-jalan buku di Bengaluru – Majestic, MG Road, Avenue Road – mencari buku-buku baru atau meminta buku-buku yang dibuang oleh perpustakaan atau rumah tangga.
"Tempat ini bukan hanya milik saya, tapi milik semua orang. Saya berharap suatu hari nanti, Pustaka Mane akan menjadi pusat penelitian terbuka tempat siapa pun yang mencintai buku dapat datang dan menemukan ilmu yang mereka butuhkan," ungkapnya.
Sumber: https://tuoitre.vn/nguoi-dan-ong-an-do-voi-ngoi-nha-hon-1-trieu-cuon-sach-20250905131607136.htm
Komentar (0)