Pengguna menggunakan aplikasi AI untuk mencari informasi tentang batas administratif baru di Vietnam. Foto: XS . |
Jaringan Riset Pasar Independen Global (WIN) baru saja merilis Indeks AI Dunia 2025. Vietnam membuat kesan yang kuat dengan menempati peringkat ke-6 dari 40 negara yang disurvei.
Hasil ini dihitung berdasarkan 7 indeks komponen terkait kecerdasan buatan, termasuk penggunaan, kepercayaan, penerimaan, efektivitas, kegunaan, kenyamanan, dan minat terhadap AI.
Vietnam telah mencapai pencapaian yang mengesankan dalam dua indikator penting. Negara kami menduduki peringkat ke-3 secara global dalam hal kepercayaan terhadap AI dengan 65,6 poin, dan peringkat ke-5 dalam hal penerimaan teknologi ini dengan 71,6 poin.
Patut dicatat bahwa Vietnam telah melampaui banyak negara maju di kawasan ini. Negara-negara seperti Korea Selatan, Australia, dan Jepang berada di belakang Vietnam dalam peringkat keseluruhan.
Survei di Vietnam dilakukan oleh Indochina Research. Unit ini mensurvei 900 orang di 4 kota besar dari Desember 2024 hingga Januari 2025.
Laporan tersebut menunjukkan disparitas yang jelas antar kelompok usia dan wilayah. Kelompok pengguna AI sebagian besar adalah kaum muda berusia 18-34 tahun. Mereka terkonsentrasi di dua pusat utama: Kota Ho Chi Minh dan Hanoi .
Pada kelompok usia 18-24 tahun, sekitar 89% penduduk Hanoi dan 87% penduduk Kota Ho Chi Minh telah menggunakan AI. Angka ini menurun tajam di Da Nang dan Can Tho . Menariknya, hanya 1 dari 10 penduduk berusia 55-64 tahun di Da Nang yang telah menggunakan teknologi ini.
"Generasi muda Vietnam siap merangkul teknologi, dan hal itu memainkan peran besar dalam pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital negara yang pesat," ujar Bapak Xavier Depouilly, Direktur Jenderal Indochina Research Vietnam.
Meskipun tingkat keyakinannya tinggi, penggunaan AI di Vietnam masih rendah. Indeks penggunaan hanya mencapai 37,6 poin, menempati peringkat ke-17 dari 40 negara.
Sekitar 60% responden survei telah menggunakan AI. Namun, hanya 3% yang menggunakannya setiap hari. Ini adalah kesenjangan besar yang perlu diatasi.
Masyarakat Vietnam paling khawatir tentang keamanan data pribadi. 52% peserta survei khawatir tentang bagaimana AI mengumpulkan dan menggunakan informasi pribadi.
48% orang khawatir pekerjaan mereka akan digantikan oleh AI. Menariknya, hanya 36% yang khawatir tentang misinformasi dan deepfake. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan di negara-negara maju di Eropa dan Amerika.
Indochina Research menilai Vietnam memiliki banyak keunggulan untuk menembus persaingan AI global. Tingkat kepercayaan yang tinggi dan sikap positif merupakan kekuatan penting.
Namun, untuk memanfaatkan potensi ini, diperlukan langkah-langkah konkret. Vietnam perlu memperluas akses AI ke populasi lansia dan wilayah non-perkotaan. Pada saat yang sama, perlu membangun ekosistem AI yang tepercaya, aman, dan ramah pengguna.
Perkembangan ini membutuhkan kombinasi teknologi, kebijakan, pendidikan, dan komunikasi. Tujuannya adalah mempersempit kesenjangan digital dan menyebarkan teknologi ke seluruh masyarakat.
Sumber: https://znews.vn/nguoi-viet-tin-tuong-ai-hon-nhieu-nuoc-phat-trien-post1570535.html










Komentar (0)