Jumlah pelajar Tiongkok terus menurun, membuat India diprediksi akan memimpin dalam pekerjaan STEM untuk pelajar internasional di AS.
Laporan Open Doors 2023 oleh Institut Pendidikan Internasional (IIE) yang dirilis pada tanggal 13 November menunjukkan bahwa meskipun Tiongkok masih memimpin dalam jumlah mahasiswa internasional di AS, jumlahnya tidak lagi jauh lebih banyak dibandingkan dengan India.
Secara spesifik, pada tahun ajaran 2022-2023, lebih dari 289.500 pelajar Tiongkok datang ke AS, turun 0,2% dibandingkan tahun ajaran sebelumnya. Sementara itu, jumlah pelajar India hampir mencapai 269.000, naik 35%. Selisih jumlah pelajar internasional antara kedua negara juga menurun dari lebih dari 90.000 menjadi sekitar 20.600.
STEM masih menjadi bidang studi pilihan banyak mahasiswa internasional, terutama dua jurusan, yaitu Matematika dan Ilmu Komputer. Namun, jumlah mahasiswa India yang memilih kedua jurusan ini lebih dari 110.000, sementara di Tiongkok hanya sekitar 67.100.
Selain itu, India memimpin dalam jumlah mahasiswa yang berpartisipasi dalam program OPT (izin kerja pasca-kelulusan di bidang STEM, dengan masa berlaku hingga 36 bulan), dengan 69.000 orang (naik 1,3%). Jumlah mahasiswa yang menempuh pendidikan pascasarjana juga meningkat sebesar 62,6%, mencapai hampir 166.000 mahasiswa. Angka-angka ini merupakan rekor baru.
Tahun ajaran | Cina | India | Perbedaan | ||
Jumlah mahasiswa internasional | Fluktuasi | Jumlah mahasiswa internasional | Fluktuasi | ||
Tahun 2022-23 | 289.526 | -0,2% | 268.923 | 35% | 20.603 |
Tahun 2021-22 | 290.086 | -8,6% | 199.182 | 18,9% | 90.904 |
tahun 2020-21 | 317.299 | -14,8% | 167.582 | -13,2% | 149.717 |
Tahun 2019-20 | 372.532 | 0,8% | 193.124 | -4,4% | 179.408 |
Pertumbuhan jumlah mahasiswa India yang belajar di AS didorong oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut, yang diperkirakan mencapai 6,3% pada tahun 2023-2024. Selain itu, gelar sarjana asing di India dipandang sebagai cara untuk meningkatkan status sosial dan prospek pernikahan bagi keluarga berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga banyak keluarga yang menyekolahkan anak-anak mereka di luar negeri untuk belajar.
Sebaliknya, melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik dan meningkatnya biaya kuliah di AS telah berdampak pada banyak keluarga di Tiongkok, menurut Tian Wang, asisten senior di sebuah kelompok pendidikan Tiongkok.
Tian juga mengatakan bahwa banyak faktor lain yang dapat memengaruhi jumlah mahasiswa Tiongkok yang belajar di AS, termasuk pandemi Covid-19 dan kekhawatiran tentang hubungan AS-Tiongkok.
"Kesulitan ini memaksa orang-orang yang awalnya berencana belajar di AS untuk memilih negara-negara dengan biaya lebih rendah dan masa studi lebih pendek," kata Tian.
Sebuah artikel di jurnal PNAS tahun ini menyebutkan bahwa 17% dari lulusan PhD Sains dan Teknik AS tahun 2020 diraih oleh mahasiswa Tiongkok. Kini, dengan semakin sedikitnya mahasiswa Tiongkok yang belajar di AS, merekrut orang dengan gelar PhD atau lebih tinggi akan semakin sulit.
Para ahli melihat hal ini berarti bahwa di masa depan, AS akan semakin bergantung pada mahasiswa internasional dari negara lain seperti India untuk mempertahankan posisi terdepan dalam bidang sains dan teknologi.
"Mahasiswa India mengisi kesenjangan bakat yang ditinggalkan oleh mahasiswa Tiongkok. Mereka menyelesaikan program pascasarjana yang mengarah pada pekerjaan STEM yang penting," ujar Teboho Moja, seorang profesor di Universitas New York.
Namun, Rajika Bhandari, pakar pendidikan tinggi internasional, yakin hal ini belum tentu benar. "Universitas-universitas Amerika masih perlu menarik mahasiswa internasional yang beragam, dan India hanyalah sebuah pilihan, sama seperti negara lainnya," ujarnya.
Mahasiswa dalam sebuah kegiatan di Universitas Stanford, AS, pada 2 November. Foto: Fanpage Universitas Stanford
Tahun ajaran lalu, jumlah pelajar internasional di AS hampir mencapai 1,06 juta, meningkat 12% dibandingkan tahun ajaran sebelumnya dan mendekati rekor 1,1 juta pada tahun 2019. Berdasarkan negara, Tiongkok dan India mendominasi jumlah pelajar internasional, masing-masing sebesar 27 dan 25%.
Berdasarkan bidang, 55% dari seluruh siswa internasional memilih jurusan STEM, dengan jumlah terbesar adalah Matematika dan Ilmu Komputer.
Huy Quan ( Menurut SCMP, Bloomberg, Chinadaily, Times of India)
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)