SGGP
Bandara ini merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia , tetapi mulai tahun 2024, perjalanan melalui Bandara Changi Singapura bisa jauh lebih nyaman, karena penduduk dan pengunjung tidak perlu lagi menunjukkan paspor mereka untuk melewati imigrasi. Identitas mereka akan ditentukan oleh data biometrik.
Masa depan penerbangan
Parlemen "Pulau Singa" baru saja mengesahkan undang-undang yang mengizinkan perjalanan bebas paspor, yang akan berlaku paling cepat paruh pertama tahun 2024. Menurut Menteri Komunikasi Singapura, Josephine Teo, "Singapura akan menjadi salah satu dari sedikit negara pertama di dunia yang menerapkan proses masuk otomatis bebas paspor."
Berdasarkan rencana ini, data biometrik penumpang akan digunakan untuk menghasilkan kode autentikasi unik yang akan digunakan di berbagai titik sentuh otomatis di bandara, termasuk penyerahan bagasi, imigrasi, dan boarding. "Hal ini akan mengurangi kebutuhan penumpang untuk berulang kali menunjukkan dokumen perjalanan mereka di titik sentuh, sehingga proses bea cukai dapat berjalan lebih lancar dan nyaman," ujar Ibu Josephine Teo.
Teknologi pengenalan wajah banyak digunakan |
Changi bukan satu-satunya bandara yang menghapuskan paspor. Pelancong yang melewati Terminal 3 Bandara Dubai di Uni Emirat Arab akan dapat melakukan check-in, melewati pemeriksaan keamanan, dan naik pesawat tanpa menunjukkan paspor mulai November. Para pengamat mengatakan perjalanan yang mulus semakin populer di seluruh dunia dan teknologi identifikasi biometrik bisa segera menjadi masa depan perjalanan udara.
Pada bulan Juli, Forum Pariwisata dan Transportasi Australia (TFF) mendesak pemerintah Australia dan Selandia Baru untuk membentuk satuan tugas gabungan guna membangun perbatasan yang mulus. TFF mengusulkan reformasi perjalanan antara kedua negara, termasuk penggunaan teknologi pengenalan wajah untuk menghilangkan kebutuhan menunjukkan boarding pass dan paspor, yang akan membantu mempercepat proses bea cukai.
Faktanya, teknologi pengenalan wajah telah digunakan dalam berbagai tingkatan di banyak bandara di seluruh dunia, seperti Narita, Haneda di Tokyo (Jepang), Heathrow di London (Inggris), Charles de Gaulle di Paris (Prancis)... Di AS, maskapai penerbangan seperti American Airlines, United Airlines, dan Delta Airlines telah menguji layanan check-in biometrik selama beberapa tahun terakhir.
Risiko potensial
Mengenai privasi dan keamanan siber, Ibu Josephine Teo mengatakan bahwa hanya perusahaan Singapura yang dapat menjalankan proyek TI yang melibatkan Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan (ICA). Penyedia layanan akan terikat perjanjian dan dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana atas pelanggaran. Untuk penerbangan yang berangkat melalui pemeriksaan biometrik di Bandara Changi, Changi Airport Group harus berbagi data dengan ICA.
Data penumpang akan dienkripsi dan diteruskan melalui gerbang pertukaran data yang aman. Permintaan akses dan pengungkapan data untuk tujuan terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Imigrasi Singapura hanya akan diajukan dengan persetujuan Menteri Dalam Negeri Singapura.
Namun, Profesor Katina Michael dari Sekolah Informasi dan Komputasi di Universitas Wollongong (Australia) mengatakan bahwa penumpang masih dapat terpapar risiko data sensitif demi kenyamanan. "Data biometrik (mata, sidik jari, wajah) dienkripsi saat disimpan sehingga orang tidak dapat mengaksesnya. Namun, kami telah menemukan beberapa insiden pencurian data biometrik," ujar Ibu Michael. Menurut profesor tersebut, kemungkinan data biometrik tersebut kemudian dijual di web gelap atau digunakan untuk membuat deepfake (sejenis teknik yang menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat gambar, suara, dan video palsu) sangat mungkin terjadi.
Namun, bukan itu saja kekhawatiran Profesor Michael. "Akan ada kasus di mana pemindaian gagal, lalu apa yang terjadi? Seseorang bisa diinterogasi, tetapi mereka tidak dapat membuktikan identitasnya tanpa dokumen," ujarnya. Profesor Michael memperingatkan agar tidak menghapus paspor fisik sepenuhnya. "Tidak masalah jika ingin menggunakan biometrik, tetapi pihak berwenang juga harus memberikan hak kepada individu untuk membuktikan identitas mereka melalui dokumen identitas fisik," ujarnya.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)