KTT Keamanan Siber Kaspersky di Sri Lanka mengungkap teknik serangan yang sedang berkembang di kawasan tersebut dan menyajikan praktik keamanan optimal untuk menghadapi lanskap baru – di mana kecerdasan buatan (AI) terintegrasi secara mendalam ke dalam setiap aspek kehidupan.
Kaspersky, penyedia solusi keamanan siber global, menyelenggarakan Pekan Keamanan Siber Asia Pasifik 2024 tahunannya di Sri Lanka. Acara ini membahas perkembangan terbaru dalam keamanan siber, potensi ancaman di kawasan ini, dan praktik terbaik untuk mengatasi tantangan keamanan saat ini.
Pada acara tersebut, ransomware diidentifikasi sebagai ancaman utama yang terus berlanjut. Lebih lanjut, ketika ransomware dikombinasikan dengan AI, pelaku kejahatan siber dapat membuat serangan siber menjadi lebih kompleks dan canggih.
Konferensi tersebut menyoroti meningkatnya peran AI dalam serangan siber, dengan AI meningkatkan kecanggihan serangan rekayasa sosial dengan menciptakan email palsu yang lebih realistis dan konten phishing yang canggih. AI juga digunakan untuk menghasilkan kata sandi yang kuat, mengembangkan malware, dan melakukan serangan kata sandi. Munculnya AI juga berarti munculnya ancaman baru, yaitu serangan adversarial, di mana penjahat siber membuat perubahan kecil pada berkas untuk mengelabui sistem AI agar salah mengklasifikasikan malware sebagai berkas aman. Untuk meningkatkan deteksi dan keamanan, Kaspersky mensimulasikan serangan adversarial pada model deteksi malware miliknya.
"Di Kaspersky, kami telah menghabiskan waktu bertahun-tahun meneliti isu-isu keamanan siber untuk mengembangkan solusi perlindungan yang andal bagi pelanggan kami," ujar Alexey Antonov, Kepala Ilmuwan Data di Kaspersky. Kaspersky juga memanfaatkan AI untuk mendeteksi serangan berbahaya dan ancaman yang muncul. Dengan banyaknya sampel malware baru yang bermunculan setiap hari, penggunaan AI menjadi sangat penting. Pada tahun 2024, Kaspersky mendeteksi 411.000 sampel malware unik per hari, meningkat dari 403.000 per hari pada tahun 2023.
Untuk menghadapi serangan siber yang semakin canggih, organisasi perlu mengembangkan dan menerapkan strategi mitigasi risiko, termasuk rencana pemulihan bencana siber, pelatihan personel tentang metode serangan siber umum seperti phishing, penerapan langkah-langkah keamanan yang optimal, dan selalu mengikuti perkembangan ancaman terbaru, melalui kerja sama dengan mitra keamanan siber tepercaya. Hal ini membantu bisnis dan organisasi memastikan sistem pertahanan yang komprehensif dan proaktif.
Adrian Hia, Managing Director Asia Pasifik di Kaspersky, menekankan bahwa vendor dan penyedia layanan keamanan siber perlu menyelaraskan strategi keamanan siber mereka dengan kerangka kerja regulasi di wilayah masing-masing. “Mengintegrasikan AI ke dalam operasional organisasi merupakan tren yang tak terelakkan untuk memanfaatkan kemampuan AI dalam memproses data dalam jumlah besar. Namun, para pemangku kepentingan perlu memperhatikan regulasi privasi data, terutama jika dikombinasikan dengan penggunaan AI. Organisasi perlu mengembangkan kebijakan khusus tentang cara menangani data rahasia dan mendefinisikan dengan jelas data apa saja yang dapat diakses oleh AI, sekaligus memastikan kepatuhan penuh terhadap peraturan perundang-undangan,” jelas Adrian.
BINH LAM
[iklan_2]
Sumber: https://www.sggp.org.vn/nhieu-moi-de-doa-tu-ai-trong-tan-cong-mang-post755090.html
Komentar (0)