Sebuah tim ilmuwan internasional dari Jepang, India, Inggris, dan Israel menemukan pada tanggal 17 September bahwa pengukuran sinyal radio dari Bulan dapat memajukan pemahaman ilmiah tentang materi gelap.
Materi gelap merupakan bentuk materi hipotetis, tak kasat mata, tak bercahaya, yang menyusun sebagian besar alam semesta dan masih menjadi misteri bagi manusia.
Menurut sebuah studi penelitian yang diterbitkan oleh Universitas Tel Aviv (Israel) dalam jurnal Nature Astronomy, para ilmuwan memfokuskan penelitian mereka pada Abad Kegelapan alam semesta, sekitar 100 juta tahun setelah Big Bang dan sebelum bintang-bintang pertama terbentuk.
Mereka menemukan bahwa materi gelap kemungkinan membentuk gumpalan padat selama periode ini, yang menyebabkan gas hidrogen memancarkan gelombang radio yang lebih kuat. Dengan mengukur sinyal radio ini dari luar angkasa, para ilmuwan dapat menemukan detail penting tentang materi gelap.
Karena atmosfer Bumi menghalangi gelombang radio dari alam semesta awal, para ilmuwan yakin tempat terbaik untuk mempelajarinya adalah di Bulan, yang merupakan lingkungan yang tenang dan stabil, bebas dari gangguan atmosfer Bumi maupun sinyal yang dihasilkan manusia. Meskipun sulit untuk menempatkan teleskop di Bulan, pusat-pusat penelitian antariksa di seluruh dunia telah merencanakan misi ke Bulan untuk mencari target ilmiah.
Tim ilmuwan berharap temuan baru mereka tentang gelombang radio akan memandu upaya ini. Meskipun lemah, sinyal yang dipancarkan sebelum bintang pertama terbentuk lebih jelas karena tidak terpengaruh oleh cahaya bintang.
Dengan antena canggih yang ditempatkan di Bulan, para ilmuwan dapat memetakan sinyal radio, pola yang diciptakan oleh gumpalan materi gelap dan mempelajari bagaimana materi gelap memengaruhi alam semesta awal.
Source: https://www.vietnamplus.vn/phat-hien-moi-giup-giai-ma-bi-an-ve-vat-chat-toi-trong-vu-tru-post1062660.vnp






Komentar (0)