Masyarakat Tay dan Nung memiliki banyak adat istiadat yang indah dan telah dilestarikan secara turun-temurun. Di antaranya, adat "To Pang" yang masih dilestarikan hingga kini, menjadi keindahan budaya dengan makna humanis yang mendalam.
"Tò pang" berarti berkirim-kiriman, menyumbang bersama, saling membantu, berbagi kesulitan dan kekurangan bersama. Ketika ada acara besar di desa, keluarga yang tersisa akan secara proaktif membawa hasil bumi mereka untuk disumbangkan kepada pemilik rumah. Untuk acara-acara bahagia seperti pernikahan, merayakan satu bulan kelahiran anak, merayakan rumah baru..., keluarga lain akan berkirim-kiriman, menyumbang beras, anggur, ayam, bebek, babi. Untuk pemakaman, mereka juga memiliki tradisi menyumbangkan kain putih dan abu dapur untuk pemakaman (digunakan untuk melapisi peti jenazah saat menguburkan). Tradisi ini telah menjadi tradisi yang indah yang menunjukkan semangat solidaritas, saling mencintai, dan saling mendukung dalam kehidupan sehari-hari, yang berkontribusi dalam menciptakan ikatan yang langgeng dalam komunitas etnis Tay dan Nung.
Dahulu, ketika hidup masih sulit dan kekurangan materi, dengan konsep "Po ban - Ruong lau. Ban bau may - Ruong to slan" (Seluruh desa - Rumah kita. Jika desa tidak kuat - Rumah kita juga akan runtuh), setiap kali ada pemakaman atau acara bahagia di desa, seluruh desa menghentikan semua pekerjaan lain untuk fokus saling membantu. Kebiasaan ini telah menjadi ciri budaya unik yang mengekspresikan cinta dan kekeluargaan desa. Sebelum sebuah keluarga mengadakan acara, semua orang di desa akan diberitahu beberapa hari sebelumnya agar semua orang dapat mempersiapkan diri. Ketika ada pernikahan di desa, mereka akan diberitahu 9 hari sebelumnya ("slang lau cau vey") agar semua orang mengingat dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk ikut bersukacita bersama keluarga. Tak perlu barang-barang yang mahal, keluarga membawa apa saja yang ada, bisa ayam, sebotol arak, kadang beras... Tak hanya membantu sembako, warga juga turut membantu pemilik rumah mendirikan tenda, mencari kayu bakar, memasak, mengolah tanah..., saling meminjamkan barang-barang seperti mangkuk, sumpit, meja, kursi... Dari situ, membantu pemilik rumah mengurangi banyak pekerjaan, bisa fokus mengurus hal-hal utama seperti berbelanja, mengundang sanak saudara, menyambut dukun, melaksanakan upacara...
Adat "To pang" telah menjadi ikatan kasih sayang antartetangga dalam kehidupan masyarakat Tay dan Nung.
Dahulu, banyak keluarga di daerah pegunungan sangat miskin. Berkat tradisi "Tò pang" yang indah, banyak pasangan menikah, banyak keluarga memiliki uang untuk mengurus pemakaman, upacara, perayaan bulan purnama, dan peringatan kematian... Setiap orang di komunitas Tay dan Nung di sini sadar akan pentingnya menyumbangkan barang dan tenaga agar urusan desa dan lingkungan dapat berjalan lancar, sehingga sedikit mengurangi beban materi bagi pemilik rumah. Setiap kali keluarga tersebut mengadakan acara besar, pemilik rumah akan mengirimkan 1 atau 2 anggota untuk menerima barang yang dibawa oleh penduduk desa. Jumlah barang tersebut akan dicatat dengan jelas di sebuah buku. Ketika keluarga lain mengadakan acara, mereka akan membawa kembali semua barang atau lebih jika pemilik rumah mampu. "Tò pang" telah memasuki kehidupan budaya masyarakat pegunungan yang sederhana, menunjukkan semangat saling mengasihi, kesediaan untuk saling membantu, dan menjadi budaya perilaku yang baik dalam masyarakat.
Tradisi "Tò Pang" telah menjadi ikatan kasih sayang antartetangga dalam kehidupan masyarakat Tay dan Nung. Seiring perkembangan masyarakat, tradisi indah ini tetap mempertahankan nilai kemanusiaannya, makna yang mendalam, kehangatan, dan ikatan spiritualnya dalam masyarakat desa.
Surat Kabar Linh Nhi/ Cao Bang
[iklan_2]
Sumber: https://baophutho.vn/phong-tuc-to-pang-net-dep-gan-ket-cong-dong-cua-nguoi-tay-nung-228369.htm
Komentar (0)