"Saya ingin menarik perhatian Anda pada fakta bahwa dengan dukungan Presiden Tayyip Erdogan, seperti yang Anda ketahui, serangkaian pembicaraan antara Rusia dan Ukraina berlangsung di Turki untuk menyusun langkah-langkah membangun kepercayaan dan menyusun teks perjanjian," kata Putin sebelum menyampaikan perjanjian tersebut kepada delegasi Afrika.
Suasana perundingan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan delegasi perdamaian Afrika. Foto: RIA Novosti
"Kami tidak membahas dengan pihak Ukraina bahwa perjanjian ini akan dirahasiakan, tetapi kami tidak pernah mempresentasikannya dan tidak mengomentarinya. Draf perjanjian ini diparaf oleh pimpinan. Beliau menandatanganinya. Ini dia," kata Putin sambil menunjukkan draf perjanjian tersebut.
Presiden Putin juga menyatakan dalam perundingan tersebut bahwa Rusia berkomitmen untuk bekerja sama dan mendukung Afrika. Ia mengatakan bahwa Barat, bukan Rusia, yang bertanggung jawab atas kenaikan tajam harga pangan global awal tahun lalu, yang khususnya berdampak buruk pada Afrika.
Pemimpin Rusia itu menambahkan bahwa kesepakatan untuk membantu mengekspor gandum Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam yang telah ditandatangani Rusia tidak membantu meringankan kesulitan Afrika karena sebagian besar sudah dikirim ke negara-negara kaya.
Dan ia mengatakan Rusia tidak pernah menolak untuk bernegosiasi dengan Ukraina. Namun, Rusia telah berulang kali menegaskan bahwa rencana perdamaian apa pun harus konsisten dengan "realitas baru", yang berarti mengakui aneksasi Moskow atas lima wilayah Ukraina, termasuk Krimea.
Bapak Putin secara terbuka menghadiri perjanjian damai awal dengan Ukraina di hadapan para pemimpin Afrika. Foto: RIA Novosti
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga mengatakan pada hari Sabtu setelah pertemuan Presiden Putin dengan misi perdamaian Afrika bahwa negara-negara Afrika mendukung keutuhan keamanan global dan Rusia mendukung sikap berprinsip ini.
"Pertama-tama, para pemimpin Afrika menekankan bahwa rencana perdamaian 12 poin Tiongkok, yang dipresentasikan beberapa bulan lalu..., bahwa semua prinsip Piagam PBB tentang integritas teritorial harus dijamin..., bahwa keamanan tidak dapat dipisahkan dalam skala global. Ini adalah sikap dan prinsip yang kita anut bersama," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Lavrov juga menunjukkan bahwa negara-negara Afrika telah menunjukkan pemahaman terhadap akar penyebab krisis Ukraina, yang "diciptakan oleh upaya Barat". Menteri Luar Negeri Lavrov menambahkan bahwa delegasi Afrika tidak menyampaikan pesan apa pun dari Presiden Volodymyr Zelenskyy kepada pemimpin Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga mengatakan bahwa Tuan Putin telah menunjukkan minat pada rencana yang diuraikan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam presentasinya dan bahwa Rusia akan melanjutkan dialog dengan negara-negara Afrika.
Misi perdamaian Afrika meliputi Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Komoro Azali Assoumani, Presiden Senegal Macky Sall, Presiden Zambia Hakainde Hichilema, serta Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly dan beberapa diplomat tinggi dari Republik Kongo dan Uganda.
Sebelumnya, pada 16 Juni, delegasi mengunjungi Kiev dan berunding dengan Presiden Zelensky. Pada 17 Juni, delegasi Afrika bertemu dengan Bapak Putin di St. Petersburg dan menyampaikan inisiatif perdamaian mereka.
Huy Hoang (menurut TASS, RIA Novosti, Reuters)
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)