Bahasa Inggris merupakan bahasa penting di Pakistan, dituturkan oleh lebih dari 108.036.049 orang, menjadikan negara ini sebagai komunitas berbahasa Inggris terbesar ketiga di dunia , menurut World Atlas. Bahasa Inggris yang digunakan di Pakistan adalah varian dari bahasa tersebut, yang dikenal sebagai Bahasa Inggris Pakistan atau Paklish.

Sekitar 27% penduduk Pakistan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu mereka, sementara 58% berbicara bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.

Namun, Pakistan hanya menempati peringkat ke-64 dari 113 negara dan wilayah dalam Indeks Kemampuan Bahasa Inggris (EF EPI) tahun 2023, dengan skor 497, yang menempatkannya dalam kategori "kemampuan rendah".

Bahasa "netral"

Penggunaan bahasa Inggris di Pakistan berawal dari periode kolonial Inggris di anak benua India, ketika bahasa Inggris ditetapkan sebagai simbol kekuasaan. Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi administrasi dan pendidikan tinggi pada abad ke-19 di bawah pemerintahan Inggris.

Pemerintah kolonial Inggris berupaya menciptakan elit lokal yang fasih berbahasa Inggris untuk bertindak sebagai jembatan antara penguasa Inggris dan penduduk setempat.

Setelah meraih kemerdekaan pada tahun 1947, Pakistan memilih Urdu sebagai bahasa nasionalnya dalam upaya untuk membangun identitas nasional yang bersatu.

Gambar (1).png
Bahasa Inggris diajarkan sebagai mata pelajaran wajib hingga tingkat universitas di Pakistan. Foto: UNICEF.

Namun, hal ini telah menyebabkan ketegangan linguistik antara berbagai kelompok etnis di dalam negeri. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa resmi, yang berfungsi sebagai media netral di antara perselisihan ini, menurut penelitian dalam Journal of Interdisciplinary Insights.

Meskipun Konstitusi 1973 menetapkan Urdu sebagai bahasa nasional, Pasal 251 mengizinkan penggunaan bahasa Inggris untuk keperluan resmi, khususnya dalam sistem peradilan dan majelis legislatif.

Ini berarti bahwa bahasa Inggris dipertahankan sebagai bahasa resmi bersama dengan bahasa Urdu untuk memfasilitasi komunikasi antar provinsi dan memastikan kesinambungan dalam operasi pemerintahan. Keputusan ini meletakkan dasar bagi status bahasa Inggris sebagai bahasa elit dalam masyarakat Pakistan pasca-kolonial.

Seiring dengan perkembangan globalisasi ekonomi, pemerintah Pakistan terus memprioritaskan pendidikan bahasa Inggris untuk menjembatani kesenjangan antar kelas sosial. Namun, pada September 2015, Mahkamah Agung Pakistan menyatakan bahwa bahasa resmi akan kembali ke Urdu, sesuai dengan Konstitusi 1973.

Banyak siswa masih berprestasi buruk bahkan setelah 14 tahun bersekolah.

Kebijakan bahasa Inggris saat ini di Pakistan dicirikan oleh pragmatisme. Pemerintah berupaya membuat bahasa Inggris lebih mudah diakses oleh semua orang, khususnya dalam sistem pendidikan, untuk meningkatkan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan menciptakan peluang bagi generasi muda.

Dalam sistem pendidikan Pakistan, bahasa Inggris diajarkan sebagai mata pelajaran wajib hingga tingkat universitas. Namun, kualitas dan aksesibilitas pendidikan bahasa Inggris sangat bervariasi di antara kelompok sosioekonomi yang berbeda.

Salah satu alasan utama rendahnya tingkat kemampuan berbahasa Inggris di Pakistan adalah distribusi pendidikan berkualitas yang tidak merata. Sekolah-sekolah berbahasa Inggris menawarkan kurikulum yang lebih baik tetapi terbatas pada pusat-pusat kota dan keluarga-keluarga kaya, sehingga sebagian besar penduduk tidak memiliki paparan bahasa Inggris yang memadai.

Sekolah swasta terutama melayani keluarga kelas menengah dan elit perkotaan, menawarkan kurikulum berbahasa Inggris berkualitas tinggi. Lulusan dari sekolah-sekolah ini umumnya memiliki prospek karir yang lebih baik.

Sebaliknya, sekolah negeri, terutama di daerah pedesaan, mengajar dalam bahasa Urdu atau bahasa lokal, dengan bahasa Inggris hanya dianggap sebagai mata pelajaran sekunder. Siswa di lembaga-lembaga ini sering menerima pengajaran bahasa Inggris yang tidak memadai, sehingga membatasi kemampuan mereka untuk mencapai kemahiran berkomunikasi.

Oleh karena itu, meskipun telah mempelajari bahasa Inggris selama lebih dari 14 tahun, mayoritas siswa dari sekolah non-elit masih kekurangan keterampilan yang diperlukan untuk mengejar pendidikan tinggi dan pengembangan karir, seperti yang ditunjukkan dalam Jurnal Pendidikan dan Pengembangan Pendidikan.

Selain itu, sistem pendidikan Pakistan seringkali menekankan keterampilan membaca dan menulis bahasa Inggris, dan kurang memperhatikan pengembangan kemampuan mendengarkan dan berbicara. Akibatnya, siswa mampu membaca dan menulis bahasa Inggris tetapi kesulitan berbicara dan berbicara dengan lancar.

Banyak siswa lulus dengan hafalan aturan tata bahasa tetapi kurang percaya diri untuk terlibat dalam percakapan dalam bahasa Inggris.

"Saya sudah belajar bahasa Inggris selama satu dekade dan masih belum bisa mengucapkan kalimat lengkap." "Saya belajar bahasa Inggris dari kelas 6 sampai kelas 12 tetapi tidak bisa mengucapkan satu kalimat pun," seorang pembaca berbagi dengan VietNamNet. Banyak pembaca menganalisis bahwa metode pengajaran dan kelas yang terlalu padat merupakan hambatan dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah.