Warna-warna musim gugur mewarnai jalanan Hanoi

Hanoi memasuki hari-hari musim gugur yang sejuk, sinar matahari keemasan menyinari jalanan yang ditumbuhi pepohonan. Di pagi hari, cuaca terasa dingin, aroma padi hijau muda tercium tertiup angin, mengingatkan kita pada musim gugur khas ibu kota. Di jalanan, deretan pepohonan mulai berganti daun, warna kuning dan merah menghiasi ruang kuno, menciptakan keindahan yang damai di tengah hiruk pikuk kehidupan kota.

Menara Penyu, simbol perdamaian di ibu kota, terpantul di air biru yang tenang.

Jembatan Huc tampak megah di Danau Hoan Kiem di bawah sinar matahari musim gugur. Para wisatawan berjalan-jalan di ruang hijau yang sejuk.

Kuil Sastra - Quoc Tu Giam tenggelam di pepohonan hijau setelah hujan lebat di Hanoi.

Di jalan-jalan utama, orang-orang bersepeda santai, menikmati udara segar pagi hari.

Merpati berjalan di jalan Trang Tien di pagi hari, pemandangan yang damai di jantung kota saat hari baru dimulai.

Orang-orang melakukan olahraga pagi dalam cuaca musim gugur yang sejuk di taman di depan Universitas Sumber Daya Air, memulai hari dengan tarian yang meriah.

Sementara itu, di pinggiran kota Thanh Oai, kabut tipis menyelimuti ladang mengikuti jejak petani di pagi hari, saat matahari baru terbit.

Di desa Me Tri, yang terkenal dengan pembuatan serpihan beras hijau, warga memasuki musim panen beras ketan.

Jagung terbuat dari varietas beras ketan kuning yang ditanam di ladang-ladang di pinggiran kota. Orang-orang sering menyewa orang untuk memanen padi dan membawanya pulang pagi-pagi sekali. Para tetua desa datang untuk memetik daun dan merontokkan padi untuk diambil tunggulnya yang digunakan untuk membuat sapu.

Dari Desa Me Tri, serpihan beras hijau didistribusikan ke mana-mana, dijual kepada penduduk lokal dan wisatawan. Kios serpihan beras hijau baru di Jalan Ngo Quyen, cita rasa khas musim gugur Hanoi, membangkitkan kenangan bagi banyak orang.

Musim gugur juga merupakan musim buah-buahan yang matang. Dari pedagang kaki lima hingga pasar-pasar di Hanoi, pisang, srikaya, kesemek, jeruk bali, pepaya… semuanya matang dan harum, menggugah selera para pencinta kuliner .

Aroma kopi kota tua meresap di udara, menarik pengunjung ke ibu kota pada musim gugur.

Pada sore hari, matahari menyinari atap Katedral dan pepohonan. Udara segar menarik banyak wisatawan untuk berjalan-jalan dan menikmati semilir angin di alun-alun.