Amandemen UU Perkeretaapian, ciptakan terobosan kelembagaan untuk pengembangan infrastruktur

Perlu segera mengubah UU, menciptakan terobosan kelembagaan

Kementerian Perhubungan menyatakan, setelah lebih dari 5 tahun diberlakukan, Undang-Undang Perkeretaapian tahun 2017 telah berlaku efektif, secara bertahap memenuhi kebutuhan pengembangan sektor perkeretaapian, memperjelas tanggung jawab dan wewenang setiap peserta di sektor perkeretaapian.

Namun demikian, di samping hasil yang telah dicapai, dalam proses implementasinya, Undang-Undang Perkeretaapian Tahun 2017 juga masih terdapat kekurangan dan kelemahan.

Rancangan Undang-Undang Perkeretaapian yang direvisi melengkapi banyak peraturan baru untuk menciptakan terobosan kelembagaan bagi pengembangan perkeretaapian (Foto: ilustrasi).

Khusus mengenai investasi pembangunan prasarana perkeretaapian, Undang-Undang Perkeretaapian Tahun 2017 tidak mengatur mengenai investasi pembangunan prasarana perkeretaapian regional, perkeretaapian regional yang terhubung dengan perkeretaapian nasional, dan perkeretaapian lokal untuk melayani kebutuhan angkutan penumpang dan barang dalam wilayah administrasi provinsi atau kotamadya dalam rangka pengembangan sosial ekonomi daerah atau kawasan ekonomi.

Undang-undang tersebut juga tidak memuat ketentuan tentang penanaman modal dalam pembangunan prasarana teknis yang digunakan bersama-sama dengan perkeretaapian untuk memanfaatkan prasarana perkeretaapian secara efektif.

Pengalaman internasional menunjukkan, untuk mengeksploitasi secara optimal lahan di stasiun, selain untuk pembangunan barang-barang keperluan operasional kereta api, juga diperbolehkan untuk operasional restoran, hotel, perkantoran, pusat perbelanjaan..., sehingga memberikan efisiensi ekonomi yang besar.

Memanfaatkan ruang di sekitar stasiun secara efektif untuk mengembangkan kawasan perkotaan, layanan komersial... merupakan tren yang diterapkan banyak negara di dunia . Hal ini tidak hanya membuka ruang baru bagi pembangunan ekonomi, tetapi juga menciptakan sumber daya dari pemanfaatan lahan, yang mengoptimalkan kebutuhan perjalanan. Pendapatan dari pemanfaatan dan pengembangan lahan di sekitar stasiun sebagian diprioritaskan untuk diinvestasikan kembali dalam pengembangan infrastruktur perkeretaapian.

Oleh karena itu, melakukan amandemen dan penambahan terhadap Undang-Undang merupakan tuntutan yang mendesak dan perlu untuk memenuhi tuntutan praktis, sekaligus melembagakan pandangan, pedoman dan kebijakan Partai dan Negara, serta menciptakan terobosan kelembagaan bagi pengembangan perkeretaapian.

Memaksimalkan sumber daya investasi dalam infrastruktur perkeretaapian

Rancangan Undang-Undang Perkeretaapian revisi yang sedang dikonsultasikan oleh Kementerian Perhubungan terdiri dari 8 bab dan 80 pasal. Dibandingkan dengan Undang-Undang Perkeretaapian tahun 2017, rancangan tersebut memiliki 2 bab dan 7 pasal lebih sedikit. Khususnya, bab tentang kereta api cepat dan bab tentang kereta api perkotaan tidak dipisahkan seperti dalam Undang-Undang Perkeretaapian tahun 2017.

Menurut Kementerian Perhubungan, pengaturan dalam dua bab Undang-Undang Perkeretaapian tahun 2017 ini hanya bersifat asas umum, tidak bersifat khusus, dan beberapa peraturan tidak sesuai untuk praktik eksploitasi dan operasi.

Rancangan Undang-Undang Perkeretaapian melengkapi peraturan untuk memaksimalkan sumber daya untuk investasi dan pembangunan infrastruktur dan pekerjaan perkeretaapian (Foto: ilustrasi).

Sebaliknya, perkeretaapian dalam kota dan perkeretaapian kecepatan tinggi hanyalah merupakan jenjang teknis perkeretaapian dan perlu dikelola secara terpadu seperti jenjang teknis perkeretaapian lainnya mulai dari perencanaan sampai investasi dalam pembangunan, pengelolaan, pemanfaatan, pemeliharaan, perlindungan prasarana, personel perkeretaapian, sinyal, peraturan lalu lintas, penjaminan keselamatan dan ketertiban perkeretaapian, serta usaha perkeretaapian.

Oleh karena itu, dalam Rancangan Undang-Undang Perkeretaapian (perubahan), Kementerian Perhubungan menata kembali pengaturan mengenai kereta api dalam kota dan kereta api cepat dengan tidak mengaturnya dalam bab tersendiri, melainkan diatur bersama-sama dengan jenis kereta api lainnya.

Terkait dengan penanaman modal dan pembangunan prasarana perkeretaapian, dalam Rancangan Undang-Undang Perkeretaapian (perubahan), Kementerian Perhubungan telah menyusun perubahan dan penambahan ketentuan mengenai: Kewajiban Badan Usaha dalam penanaman modal pada pembangunan jalur perkeretaapian nasional, jalur perkeretaapian daerah, jalur perkeretaapian khusus, jalur perkeretaapian regional, dan jalur perkeretaapian teknis yang menghubungkan jalur perkeretaapian, jalur perkeretaapian nasional yang bekerja sama dengan jalur perkeretaapian daerah, dan jalur perkeretaapian yang bekerja sama dengan jalan.

RUU ini juga menambahkan ketentuan-ketentuan yang memperpendek progres pelaksanaan proyek investasi pembangunan perkeretaapian, seperti: diperbolehkannya menetapkan desain teknis komprehensif (Front-End Engineering Design, disebut desain FEED) sebagai pengganti desain dasar dalam laporan studi kelayakan, untuk memperpendek waktu pelaksanaan proyek bagi proyek kereta api cepat, proyek kereta api perkotaan yang menerapkan teknologi tinggi, teknologi baru di bawah kewenangan Majelis Nasional untuk memutuskan kebijakan investasi.

Bersamaan dengan itu, melengkapi peraturan tentang pemanfaatan dana tanah di sekitar stasiun kereta api untuk memaksimalkan sumber daya dalam pengembangan prasarana kereta api dan tanggung jawab badan dalam pelaksanaannya.

Sumber: https://www.baogiaothong.vn/sua-luat-duong-sat-tao-dot-pha-the-che-de-phat-trien-ha-tang-192240825150314527.htm