| Rudal jelajah 3M14 Kalibr Rusia. (Sumber: Pravda) |
Itulah pendapat Stephen Bryen, seorang pakar senior di Pusat Kebijakan Keamanan Institut Yorktown (AS), yang diungkapkan dalam sebuah artikel baru-baru ini untuk portal Senjata dan Strategi .
Para analis menulis: "Untuk pertama kalinya dalam setidaknya 20 tahun, AS berencana untuk membangun dan memasang empat sistem radar jarak jauh (OTHR). Sementara itu, Kanada berencana untuk membeli dua sistem lagi untuk ditempatkan di wilayah Barat Laut negara tersebut."
Keenam sistem tersebut dirancang untuk memastikan deteksi dini dan pelacakan peluncuran rudal jelajah jarak jauh dari Rusia dan China, meskipun AS masih belum memiliki rencana yang jelas tentang bagaimana menembak jatuh rudal-rudal tersebut.
Stasiun radar jarak jauh dirancang untuk memantau wilayah udara pada jarak hingga beberapa ribu kilometer.
Menurut Bryen, dibutuhkan waktu bertahun-tahun bagi AS dan Kanada untuk mengerahkan stasiun radar semacam itu karena lokasi pastinya masih belum jelas, dan Pentagon belum memutuskan apakah akan membelinya.
Namun, menurut pakar ini, bahkan setelah stasiun radar tersebut dipasang, AS masih akan menghadapi "masalah besar" karena ketidakmampuannya untuk menembak jatuh rudal Rusia dan Tiongkok yang terbang memasuki wilayah udaranya.
Artikel tersebut menekankan: "Selain masalah deteksi, AS tidak memiliki program untuk menangkal rudal jelajah setelah memasuki wilayah udara AS. Ini adalah masalah besar karena meskipun ada banyak target, hampir tidak ada sistem untuk menangkal target kecil yang terbang rendah."
Sebelumnya, Tang Jun, seorang kolumnis untuk surat kabar Tiongkok Paper , menyatakan bahwa keberhasilan uji coba rudal balistik antarbenua Burevestnik bertenaga nuklir oleh Rusia menimbulkan kekhawatiran di AS dan "melemahkan moral para pesaing Moskow."
Sumber






Komentar (0)