Sebelum pulang untuk merayakan Tet, Ibu menelepon dan bertanya hadiah apa yang kuinginkan darinya. Putraku bilang merayakan Tahun Baru bersamaku adalah hadiah yang paling berarti bagiku.
Jawabanmu membuatku menitikkan air mata karena aku merasa putraku telah tumbuh dewasa. Aku ingat musim semi sebelumnya ketika keluarga kami berkumpul bersama semua anggota keluarga. Orang tuaku sering membawaku dari Hanoi ke pedesaan untuk merayakan Tet bersama kakek-nenekku di desa di kaki gunung. Di sana, aku lebih bahagia ketika kakiku bebas berlarian di halaman yang luas, tanganku bebas melepaskan ikan mas ke sungai yang sejuk pada tanggal 23 Desember.
Menjelang Tet, seluruh keluarga membungkus banh chung bersama-sama. Kue-kue ini dibungkus dengan kacang hijau, ketan, daun dong... Bahan-bahannya berasal dari kebun dan sawah yang telah diurus nenek saya seumur hidupnya dengan tangan-tangannya yang rajin. Bahkan tali untuk mengikat kue-kue ini pun dibelah oleh kakek saya dari pohon bambu di sudut kebun. Tangan-tangan kecil saya juga berlatih membungkus kue-kue kecil nan cantik mengikuti petunjuk ayah saya. Ketika panci banh chung diletakkan di atas tripod, saya duduk di samping orang tua saya dan menyanyikan lagu anak-anak tentang tiga lilin. Lilin dalam lagu saya dan api di dapur kecil menerangi cahaya yang hangat dan ramah keluarga.
Lalu Ayah bercerita kepada Ibu dan aku tentang kenangan masa kecilnya di dapur dengan jagung, singkong, ubi jalar, dan bulir padi hijau setelah panen. Tak hanya masa kecil Ayah, masa kecil Ibu pun dipenuhi kenangan di dapur kecil itu. Sore-sore itu kami menanak nasi dengan jerami dan dedaunan kering, asap menyengat mata, dan pipi kami berlumur abu. Hari-hari dingin di musim dingin itu, singkong rebus, ubi jalar panggang, jagung bakar... makanan pedesaan yang sederhana memenuhi perut lapar anak-anak di lingkungan miskin itu.
Anak-anak yang lahir di kehidupan modern seperti Anda mungkin tidak mengenal tripod dan panci serta wajan yang berwarna gelap, tetapi saya akan mengajarkan Anda untuk melestarikan nilai-nilai tradisional dimulai dari dapur kecil, yang terkait dengan dongeng dan adat memuja Ong Cong dan Ong Tao yang telah diwariskan selama ribuan tahun.
Saat kamu besar nanti, aku akan mengajarimu menyiapkan hidangan tradisional untuk dihidangkan di nampan persembahan Malam Tahun Baru. Selain kue Chung hijau yang melambangkan bentuk bumi, ada juga nasi ketan dengan buah gac, acar bawang, lumpia goreng... Hidangan-hidangan ini membentuk identitas dan keindahan Tet Vietnam. Aku akan mengajarkan semua rahasia memasak lezat yang kupelajari dari nenekku kepada putraku. Agar saat kamu besar nanti, kamu bisa berbagi pekerjaan rumah tangga dengan wanita yang kau cintai. Layaknya orang tuamu yang menyayangi, mencintai, dan "setara satu sama lain", agar kehidupan keluarga selalu harmonis.
Ibu ingat hari pertama tahun baru, ketika keluarga kami pergi mengunjungi kerabat dan teman. Ayah menggendongku menyeberangi jalan licin setelah hujan di hutan. Tangan Ayah terasa familier bagiku. Karena ketika aku di kota, Ibu sering sibuk dengan shift kerjanya. Malam-malam itu, Ayah sering menggendongku dan menyanyikan lagu nina bobo di kamar sewaan yang sempit.
Namun, sebelum ayah saya sempat mengajari saya gaya renang pertama, ia meninggalkan saya dan ibu saya dalam sebuah kecelakaan kerja. Ketika saya berusia tiga tahun, ayah saya meninggal, dan saya masih terlalu muda untuk merasakan sakitnya perpisahan.
Berkat pekerjaan dan pendidikan ibuku, aku menekan kerinduanku dan menitipkan anakku untuk tinggal bersama kakek-nenek dari pihak ibu. Di sana, keluarga dari pihak ibu akan merawat dan menyayangiku seperti masa kecil ibuku. Desa itu juga memiliki gunung, sungai, sawah, kebun... agar aku dapat menemukan kebahagiaan di masa kecilku tanpa sosok dan tangan hangat ayahku.
Bekerja jauh dari rumah, aku hanya bisa mengunjungimu di hari libur dan meneleponmu sepulang kerja. Aku melupakan semua rasa lelahku saat melihat senyum di bibirmu. Aku senang mendengarmu bercerita tentang sekolah dan membanggakan nilai ujian kelas 2-mu. Aku senang ketika kamu bilang kamu tahu cara membantu kakek-nenekmu dengan beberapa pekerjaan rumah kecil...
Tahun ini, aku tidak meminta ibuku untuk membelikanku mainan baru atau baju baru seperti setiap tahunnya.
Kamu bilang merayakan Tet bersama ibumu adalah hadiah yang paling bermakna. Kata-katamu membuatku berharap Tet segera datang. Agar aku bisa kembali dan memelukmu, menebus kurangnya kasih sayang selama berbulan-bulan perpisahan. Meskipun tanganmu tidak sebesar dan sekuat ayahmu, tanganmu tetap cukup hangat untuk melindungimu.
Liburan Tet adalah waktu yang panjang bagi saya untuk bersama kalian. Saya akan mengajak kalian mengunjungi kerabat dari kedua belah pihak. Saya akan mengajari kalian lebih banyak tentang tradisi budaya, adat istiadat, dan bakti kepada orang tua, seperti pepatah "Hari pertama Tet untuk Ayah, hari kedua Tet untuk Ibu, hari ketiga Tet untuk Guru".
Pada hari-hari Tet dulu, Ayah menggendongku melewati jalan-jalan yang sulit. Tet kali ini, meskipun Ayah sudah tiada, Ibu akan tetap menggenggam tanganku dan berjalan di jalan yang sama dengan kasih sayang beliau.
KIEU THI HUYEN TRANG
Distrik Chuong My - Hanoi
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)