Ekosistem digital yang diperluas, utilitas yang lancar
Dalam lokakarya "Satu sentuhan, ribuan kepercayaan - Menciptakan masa depan pembayaran digital" yang diselenggarakan oleh Surat Kabar Tien Phong dan Badan Pembayaran Nasional Vietnam (NAPAS) pada 7 Oktober, Bapak Pham Anh Tuan, Direktur Departemen Pembayaran, Bank Negara Vietnam (SBV), menyampaikan bahwa industri perbankan telah proaktif dan menjadi pelopor dalam membangun ekosistem digital modern, yang beroperasi berdasarkan prinsip "mengutamakan nasabah". Masyarakat dapat membayar listrik, air, telekomunikasi, atau belanja daring hanya dengan satu aplikasi - baik itu platform perbankan maupun penyedia layanan.
Seiring dengan penyelesaian hukum untuk transformasi digital, infrastruktur teknologi juga dikembangkan secara sinkron. Sistem-sistem penting seperti pembayaran elektronik antarbank, pengalihan keuangan dan kliring elektronik, layanan ritel lintas batas, dll. beroperasi secara stabil 24/7, memenuhi standar internasional untuk kecepatan, keamanan, dan konektivitas.

Menurut Departemen Pembayaran, dalam 8 bulan pertama tahun 2025, pembayaran melalui sistem antarbank meningkat sebesar 19% secara kuantitas dan 69,1% secara nilai; peralihan keuangan meningkat sebesar 17,25%. Pembayaran non-tunai telah mencapai skala 25 kali lipat PDB pada tahun 2024. Jumlah transaksi meningkat sebesar 43,53%, dan nilainya meningkat sebesar 24,24%, membuktikan bahwa masyarakat dan bisnis sedang beralih dengan cepat ke metode pembayaran modern.
Langkah maju yang penting lainnya adalah penerapan data identifikasi biometrik: lebih dari 131,5 juta catatan pribadi dan 1,4 juta catatan organisasi telah dicocokkan, memastikan 100% pengguna Internet/Mobile Banking diautentikasi secara elektronik dengan aman.
Pembayaran QR juga telah menyentuh setiap aspek kehidupan masyarakat. Setiap hari, terdapat sekitar 70 juta transaksi yang menggunakan sistem pembayaran NAPAS. Menurut Bapak Nguyen Quang Hung, Ketua Dewan Direksi NAPAS, perjalanan lebih dari satu dekade telah mengubah kebiasaan masyarakat Vietnam: dari menggesek kartu, mengetuk ponsel, hingga membayar dengan kode VietQR. "Hanya dengan satu sentuhan, setiap transaksi menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih aman dari sebelumnya," ujarnya.
Tantangan keamanan dan tekanan untuk berinovasi
Meskipun perkembangannya pesat, para ahli memperingatkan adanya risiko paralel. Penipuan digital semakin canggih dan tak terduga; regulasi perlindungan data pribadi masih belum konsisten; ledakan kecerdasan buatan (AI) membuka peluang tetapi juga menimbulkan tantangan dalam hal keamanan siber. Selain itu, sumber daya manusia digital yang kurang memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya, menjadi hambatan yang mengkhawatirkan.
Nguyen Xuan Thanh, dosen di Universitas Fulbright Vietnam, menunjukkan tiga faktor yang mendorong industri perbankan untuk berakselerasi: meningkatnya ekspektasi nasabah akan transaksi instan dan personal; keterbatasan inheren bank tradisional yang mengandalkan teknologi lama dan mahal; serta tekanan persaingan yang ketat dari Fintech, bank digital, dan platform pembayaran baru. Ia menekankan bahwa mereka yang berinovasi secara lambat akan tertinggal.

Para ahli mengatakan bahwa, dalam konteks kejahatan berteknologi tinggi yang semakin canggih, kepercayaan konsumen—"seribu keyakinan"—akan menentukan keberhasilan atau kegagalan pembayaran digital. Untuk memperkuat kepercayaan ini, industri perbankan telah menerapkan berbagai solusi secara bersamaan: autentikasi biometrik wajib untuk transaksi besar, penerapan tokenisasi (enkripsi nomor kartu), peningkatan manajemen risiko, dan keamanan berlapis.
Deputi Gubernur Bank Negara Vietnam, Pham Tien Dung, mengatakan bahwa tanpa rekening, mustahil untuk berpartisipasi dalam ekosistem keuangan digital. Semodern apa pun layanan perbankan, jika masyarakat masih harus mengenakan kartu di leher saat naik kereta, hal itu belum lengkap. Menurutnya, perbankan perlu bekerja sama dan mengintegrasikan metode pembayaran ke dalam transportasi umum—mulai dari kereta api, bus, hingga taksi—seperti model yang diterapkan di Tiongkok dan Jepang.
Wakil Gubernur menegaskan bahwa Vietnam tidak kalah dengan negara-negara maju dalam hal pembayaran otomatis. Namun, solusinya harus memastikan kenyamanan, keamanan, dan biaya yang wajar. "Tidak mungkin membeli tiket kereta api seharga 15.000 VND, tetapi biaya pemrosesan transaksinya mencapai 1.000 VND," tegasnya.
Menurut Bapak Nguyen Hoang Long, Wakil Direktur Jenderal NAPAS, infrastruktur pembayaran nasional merupakan fondasi ekonomi digital. Ke depannya, NAPAS akan terus berinvestasi dalam modernisasi teknologi, penerapan AI untuk mengidentifikasi transaksi yang tidak lazim, peningkatan keamanan berlapis, dan perluasan koneksi internasional. Tujuannya adalah membangun arsitektur pembayaran yang terbuka, otonom, cerdas, dan berkelanjutan yang secara efektif mendukung strategi transformasi digital nasional.
Dalam lokakarya tersebut, para ahli juga sepakat bahwa transformasi digital bukan sekadar penerapan teknologi, melainkan revolusi budaya, pemikiran, dan organisasi. Industri keuangan dan perbankan, jika ingin maju pesat, perlu membangun platform yang transparan, kooperatif, dan kreatif, yang memberdayakan setiap individu untuk berinovasi secara proaktif.
Sumber: https://daibieunhandan.vn/thanh-toan-so-tang-toc-doi-moi-giu-vung-van-niem-tin-10389494.html
Komentar (0)