Berpusat pada siswa
Bapak Tap adalah Kepala Sekolah Menengah Atas Asrama Etnis Na Hy (Dien Bien). Beliau menyadari bahwa dalam konteks seluruh sektor pendidikan yang mendorong inovasi fundamental dan komprehensif, transformasi pemikiran manajemen di sekolah berasrama etnis dan semi-asrama menjadi sangat penting.
Oleh karena itu, pengelola asrama tidak hanya melakukan pekerjaan administratif, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang manusiawi dan kreatif yang sesuai dengan karakteristik siswa etnis minoritas. "Pola pikir manajemen perlu bergeser dari 'manajemen' menjadi 'pelayanan' - menjadikan siswa sebagai pusat, menjadikan kemajuan mereka sebagai tolok ukur kualitas," tegas Bapak Tap.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, SMA Asrama Etnis Na Hy telah menerapkan berbagai solusi sinkronis, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran, serta mengembangkan siswa secara komprehensif. Khususnya, yang paling menonjol adalah inovasi dalam manajemen profesional, mendorong kreativitas guru, dan menghubungkan materi pengajaran dengan realitas kehidupan di dataran tinggi.
Selain itu, sekolah ini berfokus pada pendidikan keterampilan hidup, kemandirian, dan keterampilan mengelola diri melalui berbagai kegiatan pengalaman dan bimbingan karier, membantu siswa mengembangkan pengendalian diri, semangat tim, dan kesadaran bermasyarakat.

Guru Nguyen Van Tap peduli dan memperhatikan setiap makanan yang dimakan siswa asrama.
Menurut Bapak Tap, model "Disiplin – Kasih Sayang – Tanggung Jawab" merupakan prinsip panduan bagi seluruh kegiatan sekolah. Dalam lingkungan tersebut, guru menjadi panutan, siswa menjadi pusat perhatian, dan semua peraturan ditujukan untuk mengembangkan kepribadian dan pengetahuan. Selain itu, sekolah mendorong penerapan teknologi dalam manajemen, menjalin hubungan erat dengan orang tua, pihak berwenang, dan organisasi sosial, serta membentuk jaringan pendukung pendidikan yang berkelanjutan.
Kelola dengan cinta dan tanggung jawab
Berbicara tentang kesulitan dalam mengelola sekolah berasrama, Bapak Tap menyampaikan bahwa tantangan terbesar adalah bagaimana memastikan kedisiplinan sekaligus menjaga suasana yang ramah dan hangat bagi para siswa yang jauh dari rumah. Cara yang dipilih komunitas sekolah adalah mengelola dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.
Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga "orang tua kedua", yang makan, tinggal, mendengarkan, dan berbagi dengan siswa. Kebersamaan ini membantu siswa menjadi lebih percaya diri, lebih dekat, dan membentuk kebiasaan belajar yang positif.
Sekolah juga menekankan pentingnya koordinasi dengan pemerintah daerah, orang tua, dan komunitas etnis. Berkat konsensus dari tiga lingkungan—sekolah, keluarga, dan masyarakat—pendidikan siswa telah mencapai hasil yang berkelanjutan. Banyak program bermakna seperti "Membantu Anak-Anak Bersekolah" dan "Pho Yeu Thuong" telah menjadi jembatan kasih sayang, berkontribusi pada peningkatan kualitas pengasuhan dan pendidikan bagi siswa di daerah pegunungan.
Kenangan yang tak terlupakan dan “kunci” kepercayaan
Mengenang kembali tahun-tahun kebersamaan dengan Sekolah Menengah Atas Asrama Etnis Na Hy, Pak Tap dengan penuh emosi menceritakan kisah yang ia sebut "Aku harus berkomitmen padamu". Itulah yang dialami seorang siswi kelas 12 yang kembali bersekolah setelah libur Tet dalam keadaan sudah menikah. Suaminya tidak mengizinkan istrinya melanjutkan sekolah karena khawatir istrinya akan "berubah pikiran".
Memahami ketakutan itu, Tuan Tap dengan lembut berkata kepada suami muda itu: "Jangan khawatir, aku berjanji, istrimu tidak akan berubah pikiran. Biarkan dia menyelesaikan tahun terakhir sekolahnya, menimba ilmu untuk membesarkan anak-anak dengan lebih baik di masa depan."
Kata-kata tulus itu menyentuh hati sang suami. Siswa tersebut dapat kembali bersekolah dan lulus SMA dengan kebahagiaan yang meluap-luap. Bagi Pak Tap, itu adalah kenangan yang tak terlupakan, sebuah bukti kekuatan cinta dan kesabaran dalam pendidikan.

Model peternakan babi ekonomis di Sekolah Menengah Atas Na Hy untuk Etnis Minoritas.
Berdasarkan pengalaman praktisnya, Bapak Tap menyimpulkan: “Kunci terpenting untuk membangkitkan semangat belajar siswa etnis minoritas adalah kepercayaan dan kasih sayang. Ketika siswa merasakan kepercayaan dan perhatian tulus dari guru, mereka akan menjadi lebih berani, lebih percaya diri, dan berusaha keras untuk mengatasi kesulitan.”
Menilik kembali perkembangan sekolah, yang paling membuat Pak Tap bangga adalah kedewasaan para siswa dan dedikasi staf pengajar. Meskipun banyak kesulitan, staf pengajar telah membangun lingkungan belajar yang hangat, disiplin, dan manusiawi, di mana setiap siswa memiliki kesempatan untuk belajar, dicintai, dan berkembang secara komprehensif.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/thay-giao-vung-cao-geo-khat-vong-hoc-tap-cho-hoc-tro-dan-toc-thieu-so-post755686.html






Komentar (0)