Pemerintah sepakat untuk tidak memasukkan daging babi ke dalam daftar barang dan jasa yang harganya distabilkan dalam rancangan Undang-Undang Harga (yang telah diubah).
Dalam laporan yang dikirimkan kepada Komite Tetap Majelis Nasional pada tanggal 17 Juni, setelah menerima pendapat dari banyak deputi Majelis Nasional dan opini publik, Pemerintah sepakat untuk tidak memasukkan daging babi dalam daftar barang dan jasa yang tunduk pada stabilisasi harga dalam rancangan Undang-Undang Harga (diamandemen).
Dalam diskusi di aula pada 23 Mei dan 1 Juni, banyak delegasi Majelis Nasional berpendapat bahwa daging babi dan susu untuk lansia dalam daftar barang yang diatur negara tidaklah tepat. Sebaliknya, daftar barang yang harganya distabilkan seharusnya bersifat terbuka, tidak diatur dalam undang-undang, dan Kementerian Keuangan harus memutuskan barang mana yang akan distabilkan.
Delegasi Nguyen Kim Anh (delegasi Bac Ninh) mengatakan bahwa daging babi tidak penting karena kebiasaan konsumsi masyarakat sekarang lebih beragam, dengan peralihan ke penggunaan lebih banyak produk makanan laut, telur unggas, dan daging sapi.
"Sementara itu, sangat sulit untuk menghitung biaya peternakan babi karena peternakan kita saat ini berskala kecil, dengan jutaan rumah tangga yang memelihara babi, produktivitas rendah, dan penyakit masih menjadi tantangan," kata delegasi Nguyen Kim Anh.
Terkait pasokan dan pasar, delegasi Nguyen Kim Anh mengatakan bahwa saat ini 80% daging babi dijual di pasar tradisional, sehingga menghitung biaya produk, mempertahankan harga di bawah biaya pokok, dan melakukan intervensi harga sangatlah sulit. Selain itu, jika dimasukkan dalam daftar stabilisasi harga, akan membutuhkan dana yang besar sementara anggaran sedang kesulitan.
Delegasi Majelis Nasional mengusulkan agar Pemerintah secara efektif dan fundamental mengatur pasar pangan secara umum, dan khususnya daging babi. Pemerintah membutuhkan sumber daya untuk mendukung pelaku usaha dalam membangun gudang pendingin dan membekukan daging ternak dan unggas untuk mengatur harga. Ketika harga daging turun ke level terendah, gudang harus dibersihkan untuk menstabilkan harga. Perlu ada kebijakan untuk mendukung peternak dalam penggembalaan ulang, menstabilkan pasar, memastikan kepentingan peternak dan konsumen, serta berfokus pada ekspor.
Sebelumnya, Anggota Komite Tetap Majelis Nasional, Ketua Komite Keuangan dan Anggaran Le Quang Manh menyampaikan laporan tentang penerimaan penjelasan dan revisi Rancangan Undang-Undang tentang Harga (diamandemen).
Dalam laporan penerimaan, penjelasan dan revisi rancangan Undang-Undang, Ketua Komite Keuangan dan Anggaran Majelis Nasional Le Quang Manh mengatakan bahwa, setelah menerima pendapat para delegasi, Komite Tetap Majelis Nasional telah mengarahkan untuk mempelajari dengan saksama pendapat dari setiap kementerian dan lembaga terkait; meninjau dengan saksama; dan secara khusus mengevaluasi setiap item dalam daftar barang dan jasa yang tunduk pada stabilisasi harga.
Terkait pangan dan bahan pangan, Bapak Manh mengatakan, terdapat usulan untuk menambahkan beras ketan, daging, telur, sayur-sayuran, minyak goreng, mi instan, dan bumbu masak ke dalam daftar. Berdasarkan penilaian kebutuhan serta penawaran dan permintaan, Komite Tetap Majelis Nasional menemukan bahwa barang-barang tersebut memiliki nilai pasar yang sangat tinggi; hal ini berkaitan dengan inisiatif para pelaku usaha yang memperdagangkan barang-barang tersebut.
"Daging babi merupakan komoditas dengan permintaan konsumen yang tinggi, pada dasarnya penting bagi masyarakat, dan jika terjadi masalah penyakit atau pasokan... hal itu akan sangat memengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan pendapat para delegasi Majelis Nasional, daging babi telah ditambahkan ke dalam daftar," ujar Bapak Manh.
Dengan demikian, setelah penghapusan daging babi dan susu untuk lansia, daftar barang dan jasa yang harganya distabilkan dalam rancangan Undang-Undang Harga (yang telah diamandemen) meliputi:
1. Produk bensin dan minyak jadi.
2. Gas minyak cair.
3. Susu untuk anak di bawah 6 tahun.
4. Nasi, nasi.
5. Pupuk Nitrogen; Pupuk DAP; Pupuk NPK.
6. Pakan ternak, pakan akuatik.
7. Vaksin untuk ternak dan unggas.
8. Pestisida.
9. Obat pencegahan dan pengobatan penyakit pada manusia yang termasuk dalam daftar obat esensial yang digunakan di fasilitas pemeriksaan dan pengobatan medis.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)