Saham Asia di tahun 2023 yang penuh volatilitas
Tahun 2023 merupakan tahun yang penuh gejolak bagi perekonomian global. Tekanan inflasi dan kenaikan suku bunga The Fed telah berdampak signifikan terhadap laju pertumbuhan pasar saham utama di seluruh dunia.
Di Asia, menurut statistik dari Refinitiv, Jepang memimpin karena indeks Nikkei 225 mencatat margin keuntungan hampir 30% tahun lalu.
Pertumbuhan saham Jepang dinilai berkat peningkatan kinerja bisnis perusahaan. Investor di negara ini berharap bank sentral Jepang akan mengakhiri kebijakan suku bunga negatif yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Bagaimana fluktuasi saham Asia pada tahun 2023 akan memengaruhi saham Vietnam? (Foto TL)
Sementara itu, pasar saham Hong Kong mencatat tingkat pertumbuhan terburuk di kawasan tersebut. Pada tahun 2023, Hang Seng mencatat penurunan sebesar 14%, menandai penurunan tahun keempat berturut-turut bagi pasar ini.
Pemulihan ekonomi Tiongkok juga berjalan lambat selama setahun terakhir. Indeks CSI 300 yang terdaftar di Shanghai dan Shenzhen merupakan indeks dengan kinerja terburuk ketiga di Asia, turun 11,4%.
Namun, menurut beberapa analis, pasar saham Asia pada tahun 2024 masih akan menunjukkan titik terang yang positif meskipun situasi sulit pada tahun 2023. Menurut Pinebridge Investments, pasar Asia masih memiliki momentum pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Pinebridge Investments menyarankan investor untuk tidak mengabaikan dua ekonomi terbesar di Asia, Tiongkok dan India. Tiongkok berfokus pada bisnis tertentu seiring dengan stabilisasi ekonominya, sementara India secara bertahap melampaui banyak sektor.
Perusahaan tersebut memperkirakan bahwa ekonomi Asia akan tumbuh 4,6% pada tahun 2023 dan 4,2% pada tahun 2024, sementara tingkat pertumbuhan ekonomi dunia lebih rendah, masing-masing sebesar 3% pada tahun 2023 dan 2,9% pada tahun 2024.
Seperti apa pasar saham Vietnam diperkirakan pada tahun 2024?
Fluktuasi pasar saham Asia juga akan berdampak signifikan terhadap Vietnam. Secara spesifik, menurut Hebe Chen, analis di IG International, inflasi kemungkinan akan terus menurun pada tahun 2024, sementara tingkat pertumbuhan ekonomi akan moderat. Hal ini akan menjadi peluang bagi industri seperti energi dan bahan baku.
Menurut Hebe Chen, siklus pengembangan teknologi global baru sedang terbentuk. Sementara itu, Vietnam, Taiwan, dan Singapura merupakan negara-negara yang dapat diuntungkan dari tingginya konsentrasi fasilitas manufaktur dan riset mereka. Sebagai contoh, Vietnam dan Singapura memproduksi produk teknologi untuk pasar di luar Tiongkok. Oleh karena itu, kedua pasar ini tidak akan terpengaruh oleh resesi di negara berpenduduk miliaran orang ini.
Faktanya, di pasar saham Vietnam, meskipun mengalami kesulitan ekonomi, tahun 2023 tetap mencatat beberapa tonggak penting. Secara spesifik, sejak awal tahun 2023 hingga saat ini, terdapat 602 saham yang mengalami penurunan harga di pasar saham Vietnam. Jumlah saham yang mengalami kenaikan harga mencapai 998, jauh lebih tinggi daripada jumlah saham yang mengalami penurunan harga.
Dari hampir 1.000 saham yang mengalami kenaikan harga, 364 saham mengalami kenaikan harga dalam rentang kurang dari 15%. Terdapat 558 saham yang mengalami kenaikan harga dalam rentang kurang dari 100% dan di atas 15%. Selain itu, terdapat 76 saham yang mengalami kenaikan harga di atas 100% pada tahun 2023.
Terkait emas, pada 26 Desember 2023, emas batangan SJC mencapai puncak baru dengan harga hingga 80 juta VND/tael, tertinggi sepanjang sejarah. Dibandingkan awal tahun, harga emas telah meningkat sekitar 15%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar saham Vietnam masih menjadi kanal investasi potensial bagi investor.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)