Vietnam merupakan pemasok pati singkong terbesar kedua ke China dengan nilai 392 juta USD (sekitar 9.600 miliar VND) dalam 7 bulan, naik 50% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Menurut data bea cukai Tiongkok, dalam 7 bulan pertama tahun ini, negara tersebut menghabiskan 1,08 miliar dolar AS untuk mengimpor pati singkong dari Asia Tenggara, di mana Vietnam menyumbang sekitar 392 juta dolar AS (hampir 800.000 ton, naik 40% dalam volume). Pangsa pasar pati singkong Vietnam menyumbang lebih dari 37% dari total impor Tiongkok, menempati peringkat kedua setelah Thailand (956.000 ton, senilai 525,5 juta dolar AS).
Selain Vietnam dan Thailand, China juga meningkatkan pembelian dari Laos, Kamboja, dan Brasil, sambil mengurangi impor dari Indonesia.
Para eksportir mengatakan pati singkong Vietnam sangat populer di Tiongkok, terutama untuk membuat manisan selama Festival Pertengahan Musim Gugur dan festival akhir tahun lainnya. Namun, persaingan masih ketat dengan pesaing berbiaya rendah, dan pati jagung juga sebagian menggantikan pati singkong.

Dalam 8 bulan pertama, Vietnam mengekspor 1,79 juta ton singkong dan produk singkong, menghasilkan lebih dari 822 juta dolar AS, turun 3,8% secara volume tetapi naik 7% secara nilai berkat kenaikan harga ekspor rata-rata. Dari jumlah tersebut, Tiongkok sendiri membeli 92% dari total volume singkong dan produk singkong dari Vietnam, setara dengan 1,65 juta ton dengan nilai 751 juta dolar AS, turun 2,2% secara volume dan naik 9,3% secara nilai.
Namun, Asosiasi Singkong Vietnam memperingatkan bahwa industri perlu meningkatkan kualitas produk, terutama ketika Tiongkok menilai bahwa pati singkong Thailand lebih stabil baik dalam kuantitas maupun kualitas.
Asosiasi Singkong Vietnam menargetkan ekspor sebesar 2 miliar dolar AS per tahun pada tahun 2028 dan 2,5 miliar dolar AS pada tahun 2050. Saat ini, negara ini memiliki sekitar 530.000 hektar lahan singkong, dengan hasil lebih dari 10 juta ton per tahun.
Sumber
Komentar (0)