Peneliti Tiongkok telah mengembangkan alat penyuntingan gen yang mereka katakan akurat dan aman serta berpotensi untuk mengobati sejumlah penyakit genetik.
Pengembangan alat penyuntingan gen dapat membantu mengobati penyakit genetik. Foto: Shutterstock/SCMP
Berbeda dengan alat penyunting gen terkenal CRISPR-Cas9 (yang bertindak seperti "gunting molekuler" yang dapat memotong dua untai DNA dalam genom dan mengandalkan mekanisme perbaikan diri sel untuk memperbaiki), alat baru, yang disebut "editor dasar," mengoreksi lokasi tertentu dalam genom tanpa memotong heliks ganda, SCMP melaporkan pada tanggal 31 Mei. Studi baru ini diterbitkan dalam jurnal National Science Review .
Editor basis pertama dikembangkan oleh tim yang dipimpin oleh David Liu di Universitas Harvard pada tahun 2016. Tim Tiongkok tersebut menggunakan pendekatan yang berbeda, tetapi mampu mencapai hasil yang serupa. Mereka menyatakan bahwa penelitian baru ini penting bagi pengembangan model penyakit di bidang penelitian dasar dan terapi gen.
Meskipun memiliki kelebihan, CRISPR-Cas9 memiliki beberapa kekurangan. CRISPR-Cas9 bergantung pada mekanisme perbaikan sel itu sendiri untuk menyambungkan kembali bagian-bagian yang rusak, yang dapat menyebabkan efek samping seperti penataan ulang kromosom atau penghapusan DNA dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan keamanannya.
Para ilmuwan telah menemukan cara untuk mengoreksi kesalahan pada huruf-huruf DNA individual, yang disebut basa, secara tepat menggunakan teknik yang disebut penyuntingan basa. Terdapat empat basa dalam DNA: adenin (A), sitosin (C), guanin (G), dan timin (T). Keempat basa tersebut harus berpasangan secara spesifik: A dengan T, dan C dengan G.
Dengan menggunakan gunting CRISPR tetapi menonaktifkan kemampuannya untuk memotong DNA, tim Liu menempelkan protein yang dapat melakukan reaksi kimia pada basa DNA, yang memungkinkan konversi, misalnya, dari C ke T atau A ke G.
Dalam studi sebelumnya, deaminasi—penghilangan gugus amino dari suatu molekul—merupakan langkah pertama dalam modifikasi basa. "Orang-orang mengira deaminasi adalah langkah pertama dalam modifikasi basa, tetapi kami mematahkan stereotip tersebut dengan menemukan bahwa enzim lain—glikosilase—juga dapat melakukan modifikasi basa," ujar anggota tim Yang Hui, seorang pakar di Pusat Ilmu Otak dan Teknologi Cerdas di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.
Yang mengatakan bahwa metode sebelumnya tidak dapat mengedit guanin (G) secara langsung, tetapi metode baru memungkinkan pengeditan guanin (G). "Lebih dari separuh mutasi genetik manusia disebabkan oleh mutasi basa tunggal. Oleh karena itu, pengeditan basa dapat memperbaiki mutasi ini secara tepat," tambahnya.
Thu Thao (Menurut SCMP )
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)