Konvoi truk pengangkut barang terbakar di perbatasan Myanmar-Cina pada 24 November (Foto: Reuters).
Di media sosial, militer Tiongkok mengumumkan dimulainya "kegiatan latihan tempur" mulai 25 November di perbatasan dengan Myanmar, sehari setelah konvoi truk yang membawa barang ke negara Asia Tenggara itu terbakar.
Media pemerintah Myanmar menyebutnya serangan oleh pemberontak, yang terjadi di tengah kekhawatiran keamanan di perbatasan dengan China.
Utusan Tiongkok sebelumnya bertemu dengan para pejabat tinggi Myanmar untuk membahas upaya menstabilkan situasi perbatasan. Tiongkok telah berulang kali menyerukan perdamaian dan stabilitas di Myanmar.
Latihan ini bertujuan untuk "menguji mobilitas cepat pasukan tempur, blokade perbatasan, dan kemampuan serangan senjata api," Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok mengumumkan di jejaring sosial WeChat.
Pernyataan singkat itu tidak memberikan rincian mengenai waktu atau jumlah pasukan yang terlibat dalam latihan tersebut.
Surat kabar pemerintah Myanmar, Global New Light, melaporkan serangan tersebut kemarin: "Akibat aksi teroris ini, sekitar 120 dari 258 kendaraan yang mengangkut barang-barang rumah tangga, barang konsumsi, pakaian, dan material bangunan terbakar."
Sementara itu, Li Kyar Win, juru bicara salah satu pasukan pemberontak, membantah membakar konvoi tersebut dan mengatakan mereka tidak melakukan serangan "untuk menyabotase kepentingan rakyat".
Serangan 24 November di kota Muse terjadi dalam konteks bahwa militer Myanmar baru-baru ini kehilangan kendali atas beberapa daerah dan pos militer di timur laut dekat perbatasan Cina kepada pasukan pemberontak.
Menurut statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa, konfrontasi antara militer Myanmar dan pasukan pemberontak dalam beberapa minggu terakhir telah menyebabkan 2 juta orang meninggalkan rumah mereka.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)