Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Dari “Red Rain” hingga “Memories of Quang Tri”:

Jika film "Red Rain" mendominasi bioskop sebagai perspektif sinematik yang realistis dan dahsyat tentang pertempuran 81 hari dan malam untuk melindungi Benteng Quang Tri oleh para prajurit muda pemberani, buku "Quang Tri Memories" karya penulis Nguyen Thuy Kha membawa pembaca ke memoar dan catatan harian medan perang yang mendalam dan emosional pada masa itu.

Hà Nội MớiHà Nội Mới29/08/2025

hoi-uc-quang-tri.jpg
Buku "Kenangan Quang Tri " karya Nguyen Thuy Kha. Foto: M.Chi

Buku “Quang Tri Memories” yang diterbitkan oleh Truth National Political Publishing House, secara autentik menggambarkan kembali 81 hari dan malam di Benteng pada tahun 1972, masa yang dianggap sebagai “musim panas yang berapi-api” dalam sejarah perang bangsa tersebut melawan AS.

Jika dalam film, gambaran para prajurit yang terkapar di bawah lapisan batu dan tanah yang runtuh membuat penonton menangis, maka dalam buku, setiap kata cukup untuk membuat pembaca terharu: "Kami bertempur di tengah hujan bom dan peluru, terkadang sepanjang hari kami tak mampu mengangkat kepala, kami hanya bisa memegang senjata dan menembak." Adegan-adegan film yang tragis dan dahsyat itu, ketika dipadukan dengan kenangan yang dipenuhi dengan kenyataan pahit medan perang, menciptakan resonansi yang kuat, membangkitkan simpati dan emosi yang mendalam di hati publik.

Kebrutalan perang tergambar jelas di setiap halaman buku. Detail sehari-hari seperti makan dengan hanya sepotong roti yang dibagikan, atau setetes air yang dibagikan di bunker membantu pembaca menghargai nilai perdamaian .

Baik film maupun buku tersebut menekankan bahwa, bahkan dalam situasi yang paling buruk sekalipun, kemanusiaan tetap bersinar, dan perang, meskipun sangat menyakitkan dan penuh dengan kehilangan, juga merupakan tempat di mana kualitas manusia yang paling indah terungkap.

mua-do-phim-3.jpg
Adegan dari film "Red Rain". Foto: Produser

Banyak penonton, saat menonton "Red Rain", berseru bahwa mereka tak pernah membayangkan perang begitu nyata dan menyakitkan. Perasaan itu semakin kuat ketika membaca narasi para prajurit Pembebasan dalam "Quang Tri Memories": "Darah telah membasahi setiap jengkal tanah, tetapi setiap jengkal tanah telah menjadi simbol semangat juang yang tak tergoyahkan."

Filmnya adalah gambaran yang menghantui, bukunya adalah kenangan yang menghantui. Dua cara yang berbeda, tetapi keduanya menyampaikan pesan yang sama: Perdamaian tidak pernah diberikan, melainkan harus dibayar dengan darah.

Keistimewaan "Kenangan Quang Tri" terletak pada perbandingan antara kedua kubu di garis pertempuran. Jika penonton di teater bergidik menyaksikan musuh berjatuhan dalam keputusasaan, buku ini merekam suasana hati tersebut dengan kata-kata yang lembut namun menyentuh: "Mereka tak punya mimpi, tak punya ambisi masa muda, mereka berjuang demi kelangsungan hidup mereka sendiri, menganggap pengorbanan mereka tak berarti". Oleh karena itu, emosi penonton tak hanya sebatas rasa iba dan syukur atas gugurnya para prajurit Pembebasan, tetapi juga rasa iba atas nasib para prajurit di pihak lawan. Perang, pada akhirnya, adalah kerugian bagi semua orang.

Penonton tersentuh ketika melihat gambaran Sungai Thach Han yang diwarnai merah dalam "Red Rain", dan dalam "Quang Tri Memories", sungai itu muncul sebagai saksi: "Sungai Thach Han telah membawa jasad banyak kawan, sebagai saksi bisu perang". Kesamaan itulah yang membuat emosi dari sinema menyebar ke halaman buku dan sebaliknya, sehingga setiap pembaca dan penonton dapat sekali lagi merenungkan nilai kemerdekaan dan kebebasan yang sakral dan tak terbatas.

Ketika film berakhir, penonton tak hanya terharu, tetapi juga bertanya-tanya: Apa yang akan kita lakukan agar layak menerima pengorbanan itu? Jawabannya tersedia dalam "Kenangan Quang Tri": "Darah dan tulang yang kita tinggalkan di sini bukan untuk dikasihani siapa pun, melainkan untuk negara agar semakin kuat."

Buku "Kenangan Quang Tri" merupakan kesaksian hidup sejarah, di mana setiap katanya dipenuhi darah dan hasrat akan kebebasan. Melalui buku ini, pembaca akan lebih memahami periode sejarah tragis bangsa ini, merasakan nilai perdamaian saat ini, dan sekaligus, menjunjung tinggi tanggung jawab untuk melestarikan dan membangun negara yang maju.

Sumber: https://hanoimoi.vn/tu-mua-do-den-hoi-uc-quang-tri-khuc-ca-bi-trang-ve-chien-tranh-va-gia-tri-cua-hoa-binh-714475.html


Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Di musim 'berburu' rumput alang-alang di Binh Lieu
Di tengah hutan bakau Can Gio
Nelayan Quang Ngai kantongi jutaan dong setiap hari setelah menang jackpot udang
Video penampilan kostum nasional Yen Nhi mendapat jumlah penonton terbanyak di Miss Grand International

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

Hoang Thuy Linh membawakan lagu hitsnya yang telah ditonton ratusan juta kali ke panggung festival dunia

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk