Memilih SPF yang salah, tidak mengoleskan kembali tabir surya setelah berkeringat, atau mengoleskannya terlalu cepat sebelum keluar rumah akan mengurangi efektivitas tabir surya.
Tabir surya adalah salah satu kosmetik yang wajib dimiliki di hari-hari musim panas, ketika suhu meningkat dan indeks ultraviolet (UV) mencapai tingkat maksimumnya. Produk ini mengurangi risiko terbakar sinar matahari, mencegah kanker kulit, mengurangi efek buruk sinar matahari, dan mencegah munculnya bintik hitam.
Namun, kenyataannya, dalam banyak kasus, semakin sering tabir surya digunakan, semakin gelap kulitnya. Beberapa orang mengalami penuaan dini seperti kulit keriput, pori-pori membesar, jerawat, dan bahkan risiko kanker kulit. Dr. Howard Murad, bapak prinsip perawatan kulit modern, menjelaskan alasannya.
Alasan pertama adalah waktu pengaplikasian yang tidak tepat. Normalnya, tabir surya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk terserap sepenuhnya, membentuk lapisan pelindung bagi kulit. Jika Anda keluar rumah sebelum waktu tersebut, kulit Anda tidak akan terlindungi sepenuhnya, sehingga kulit menjadi gelap. Mengenakan pakaian segera setelah mengoleskan tabir surya juga menyebabkan krim luntur ke kain, sehingga krim tidak lagi menempel di kulit.
Beberapa orang tidak menggunakan tabir surya dengan SPF yang memadai. SPF adalah ukuran seberapa baik tabir surya melindungi kulit Anda dari sinar UVB. Untuk menghitung SPF, produsen menguji kulit Anda dengan dan tanpa tabir surya dan melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga kulit memerah.
Perlindungan SPF dan tabir surya tidak meningkat secara linear. Misalnya, SPF 30 tidak memberikan perlindungan dua kali lipat dari SPF 15. Perbedaannya adalah SPF 15 melindungi terhadap 93% sinar UVB, sementara SPF 30 melindungi terhadap 97%.
Secara teori, semakin tinggi SPF, semakin lama masa perlindungannya. Namun, ini hanyalah perkiraan kasar. Masa perlindungan tabir surya bergantung pada jenis kulit, intensitas sinar matahari, dan jumlah krim yang digunakan.
Dr. Murad mencatat bahwa ketika berada di luar ruangan dan terpapar sinar matahari dalam jumlah besar, sebaiknya pilih krim dengan SPF sekitar 50+. Ia juga menyarankan untuk mengoleskan sekitar 30 ml tabir surya ke seluruh tubuh, dan perlu mengoleskannya kembali secara terus-menerus ketika berada di luar ruangan dalam waktu lama.
Seorang wanita mengoleskan tabir surya. Foto: Pexel
Tidak mengoleskan kembali tabir surya setelah berkeringat juga dapat menyebabkan kulit terbakar. "Baik Anda jogging di taman atau hanya berkeringat di pantai, Anda perlu memantau penggunaan tabir surya dan mengoleskannya kembali sesuai kebutuhan," kata Dr. Murad. Ia menambahkan bahwa jika Anda berenang atau melakukan aktivitas lain yang menyebabkan banyak berkeringat, gunakan tabir surya tahan air dan oleskan kembali setiap 40 hingga 80 menit.
Banyak tabir surya kimia yang dapat bereaksi dan menyebabkan sensasi terbakar saat terpapar sinar matahari. Beberapa bahan tabir surya, termasuk avobenzone, dapat menyebabkan reaksi fotoalergi. Kulit berubah selama beberapa hari, menyebabkan kulit menjadi merah dan panas, mirip dengan kulit terbakar matahari.
Para ahli menyarankan untuk memeriksa kandungan krim sebelum digunakan, dan lebih memilih tabir surya mineral yang mengandung zinc oxide atau titanium dioxide, yang lebih lembut di kulit sensitif.
Menggunakan tabir surya saat mengonsumsi beberapa antibiotik juga mengurangi efek perlindungan UV. Antibiotik dapat membuat kulit lebih rentan terhadap peradangan dan fototoksisitas. Kondisi ini berkembang dalam beberapa jam setelah terpapar sinar matahari. Inilah sebabnya para ahli menyarankan agar orang yang mengonsumsi antibiotik menutupi kulit mereka dengan hati-hati dan sebisa mungkin tetap berada di tempat teduh.
Beberapa produk jerawat dan pil KB juga membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari, sehingga mengurangi efektivitas tabir surya.
Thuc Linh (Menurut Majalah Kesehatan Wanita, Cosmopolitan )
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)