Menurut situs web International Market Research Corporation (IMARC) pada tanggal 1 Desember, Vietnam berpotensi menjadi pusat kekuatan e-commerce di Asia Tenggara, karena industri ini mengalami pertumbuhan yang kuat dan berkontribusi dalam mendorong transformasi ekonomi nasional.
Menurut studi terbaru IMARC, ukuran pasar e-commerce global pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 26,8 triliun dolar AS dan diperkirakan akan mencapai 214,5 triliun dolar AS pada tahun 2033. Dari raksasa mapan di AS dan Eropa hingga pasar yang berkembang pesat di Asia, revolusi e-commerce menciptakan pasar kompetitif yang melampaui batas geografis.
Dengan kondisi hukum yang kondusif, perluasan investasi asing, dan peningkatan akses internet, ekosistem e-commerce Vietnam siap untuk pertumbuhan berkelanjutan, menjadikan Vietnam pusat kekuatan regional dalam ekonomi digital. E-commerce menyumbang lebih dari 60% ekonomi digital Vietnam, sementara 40% sisanya didominasi oleh layanan transportasi daring dan media daring. Selain itu, ekonomi digital Vietnam diperkirakan mencapai US$220 miliar pada tahun 2030, menciptakan banyak peluang bagi investor global. Proyeksi menunjukkan bahwa Kota Ho Chi Minh dan Hanoi akan berkembang menjadi pusat-pusat penting.
Vietnam akan memimpin revolusi e-commerce di Asia Tenggara, karena diakui memiliki salah satu lingkungan hukum paling kondusif untuk e-commerce di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Menurut survei yang dilakukan oleh Facebook dan Bain & Company, pada tahun 2026, Vietnam diproyeksikan akan melampaui negara-negara Asia Tenggara lainnya dan menjadi pasar e-commerce dengan pertumbuhan tercepat di kawasan ini.
Pemerintah Vietnam sedang mempromosikan lingkungan non-tunai dengan membatasi transaksi tunai hingga kurang dari 10% dari total pembayaran. Pemerintah Vietnam juga telah menyetujui rencana induk pertumbuhan e-commerce nasional yang sejalan dengan strategi Revolusi Industri Keempat, yang bertujuan membangun ekonomi digital guna mendorong transformasi digital nasional.
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), Vietnam diproyeksikan akan menempati peringkat ketiga di Asia Tenggara dalam hal Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2025 dengan nilai 571,12 miliar dolar AS, setelah Indonesia (1.630 miliar dolar AS) dan Thailand (632,45 miliar dolar AS). Selain itu, ekonomi Vietnam diprediksi akan melampaui ekonomi Thailand setelah tahun 2028. Tren ini diperkirakan akan mendorong pertumbuhan industri e-commerce Vietnam secara signifikan dengan meningkatkan daya beli konsumen, menarik lebih banyak investasi asing, dan memperkuat posisi negara tersebut sebagai ekonomi digital terkemuka di kawasan.
Menurut estimasi IMARC, industri e-commerce Vietnam diperkirakan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 28% dari tahun 2025 hingga 2033. Lanskap e-commerce yang terus berkembang di negara ini ditandai oleh platform-platform lokal yang sukses, termasuk Tiki, Sendo, dan Thegioididong, berkat investasi dari Jepang, AS, Jerman, Tiongkok, Korea Selatan, dan Singapura.
Sebagai pusat ekonomi regional, Singapura terhubung erat dengan pasar e-commerce Vietnam melalui perusahaan-perusahaan seperti Shopee dan Carousell. Investor-investor yang berbasis di Singapura, termasuk Temasek, GIC, dan lainnya, telah mendanai perusahaan-perusahaan rintisan e-commerce Vietnam.
Korea Selatan, dengan kapabilitas teknologinya yang kuat dan minat yang semakin besar di Asia Tenggara, semakin gencar menyasar sektor e-commerce Vietnam. Platform e-commerce Korea Selatan, Coupang (dijuluki "Amazon Korea"), sedang menjajaki kemungkinan memasuki Vietnam, memanfaatkan keahliannya di bidang logistik dan solusi teknologi. Selain itu, konglomerat Korea Selatan seperti Samsung dan LG berinvestasi dalam infrastruktur e-commerce untuk mempromosikan produk elektronik mereka di Vietnam.
Ada tujuh faktor yang telah membantu Vietnam menarik perhatian dunia. Pertama, potensi pertumbuhannya yang tinggi, berkat faktor-faktor seperti populasi muda dan melek teknologi, kebijakan pemerintah yang kondusif, meningkatnya investasi asing langsung, dan ekonomi berorientasi ekspor yang kuat; Kedua, lingkungan investasi yang kondusif. Pemerintah Vietnam telah menerapkan berbagai reformasi, seperti pelonggaran regulasi investasi asing, insentif pajak, pengurangan tarif pajak, kebijakan ketenagakerjaan yang fleksibel, perbaikan hubungan ketenagakerjaan, dukungan untuk kemitraan publik-swasta, dan kebijakan lain untuk menciptakan lingkungan yang ramah bisnis; Ketiga, lokasi strategis Vietnam sebagai pintu gerbang ke pasar Asia Tenggara lainnya. Keempat, stabilitas ekonomi dan perluasan kelas menengah. Kelima, dukungan pemerintah untuk transformasi digital. Selanjutnya, partisipasi Vietnam dalam perjanjian perdagangan bebas seperti Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) telah meningkatkan peran Vietnam sebagai pusat perdagangan regional. Terakhir, tenaga kerja muda dan terampil melek teknologi dan mudah beradaptasi dengan tuntutan industri e-commerce.
Sumber






Komentar (0)