Cunha mencetak gol pertamanya di Liga Primer untuk MU. |
Dengan gaya bermainnya yang cerdas, pekerja keras, dan energik, Cunha mewakili citra “Setan Merah” yang bangkit kembali – kuat, bersatu, dan tahu cara berjuang untuk kolektif.
Ketika Manchester United menemukan pemimpin mereka yang diam
Di tengah musim yang penuh gejolak, kedatangan Cunha seakan memberikan angin segar bagi Manchester United. Tanpa gembar-gembor atau gembar-gembor, striker Brasil ini memikat hati para penggemar dengan gaya bermainnya yang sederhana namun efektif – penuh semangat, disiplin, dan penuh ambisi.
Kemenangan atas Liverpool di Anfield menjadi momen ketika Amorim begitu gigih mengejarnya. Cunha bukanlah striker murni, tetapi ia adalah "detonator" yang sempurna: menekan dengan keras, menciptakan ruang, mengganggu, dan menjaga ritme serangan. Ia bergerak di seluruh lapangan, selalu muncul di titik-titik panas, siap membantu pertahanan, tetapi tetap menjadi ujung tombak saat dibutuhkan.
Melawan Brighton di pekan ke-9 Liga Primer Inggris pada dini hari tanggal 26 Oktober, Amorim menarik Cunha ke sayap kiri – posisi yang telah menjadi "panggung" Marcus Rashford selama bertahun-tahun. Namun, pemain Brasil itu dengan cepat mengubahnya menjadi area aktif dengan tanda tangannya sendiri.
Cunha menekan dengan agresif, terus-menerus bertukar posisi dengan Bryan Mbeumo, menyebabkan pertahanan Brighton berantakan. Gol pembukanya—sebuah lari cerdas yang diikuti penyelesaian akhir yang apik—menunjukkan kepercayaan diri dan keterampilannya.
Menurut Squawa , Cunha memenangkan 7 duel, merebut kembali bola 4 kali, melepaskan 4 umpan silang, dan 3 tekel keras. Tak hanya membantu pertahanan, pemain bernomor punggung 10 MU ini juga terus-menerus menggoyahkan pertahanan lawan dengan 2 dribel sukses, 2 tembakan tepat sasaran, dan 2 peluang tercipta.
Dalam filosofi Amorim, pressing adalah "bahasa umum" tim. Cunha adalah orang yang paling fasih dalam hal ini. Ia berlari tanpa lelah, terus-menerus menekan, mencegat, dan siap mengumpan balik untuk memulai serangan. Tidak ada penanganan yang sia-sia, tidak ada sentuhan yang sia-sia.
Yang luar biasa adalah Cunha tidak hanya bermain untuk mencetak gol – ia bermain agar rekan satu timnya mencetak gol. Sementara para penyerang modern seringkali terobsesi dengan statistik, Cunha lebih mementingkan ritme tim daripada papan skor. Ada keseimbangan antara teknik Brasil dan semangat juang Inggris dalam dirinya – sesuatu yang langka dan berharga dalam tim yang sedang membangun kembali.
![]() |
Cunha bersinar dalam kemenangan MU 4-2 atas Brighton. |
Pelatih Amorim berkata setelah pertandingan melawan Brighton: “Semakin sering Cunha menghadapi lawan-lawan besar, semakin percaya dirinya. Dia ingin bertanggung jawab, dia ingin memikul beban. Di saat-saat sulit, saya lebih memercayainya daripada siapa pun.”
Pernyataan itu memang kuat, karena Amorim tidak mudah memuji siapa pun. Namun, ia memahami bahwa untuk membentuk sebuah tim, dibutuhkan pemain yang menginspirasi dengan tindakan, bukan kata-kata. Cunha adalah tipe orang seperti itu.
Keberanian dalam setiap gerakan
Matheus Cunha bukanlah tipe penyerang yang mencetak 25 gol per musim, tetapi ia adalah tipe pemain yang dibutuhkan pelatih mana pun: bersedia bertabrakan, tahu cara berkorban, dan dapat membalikkan keadaan dengan keputusan yang cerdas.
Kemampuannya menahan bola di bawah tekanan membantu klub melepaskan diri dari tekanan secara efektif. Teknik satu sentuhannya, pergerakan tanpa bola, dan pembacaan situasi membuatnya selalu berada di posisi yang tepat – baik di tengah maupun di sayap. Tanpa bola, Cunha menekan ke depan; dengan bola, ia membuka ruang bagi rekan-rekannya.
Yang paling disukai penggemar dari Cunha adalah caranya bertarung tanpa perhitungan. Mantan bintang Wolves ini selalu bermain seolah-olah setiap pertandingan adalah kesempatan terakhirnya untuk membuktikan kemampuannya. Dedikasinya mengingatkan orang-orang pada wajah-wajah yang telah membentuk semangat "Setan Merah" – mulai dari Carlos Tevez, Wayne Rooney, hingga Park Ji-sung.
![]() |
Cunha membuat perbedaan untuk MU. |
Di dunia modern di mana perekrutan mahal seringkali gagal karena kurangnya integrasi, langkah Cunha justru sebaliknya. Ia hadir bukan untuk menjadi simbol, melainkan untuk menjalankan tugasnya.
Kedatangan Cunha memecahkan masalah sulit bagi Amorim: bagaimana membuat lini serang Manchester United lincah, disiplin, dan efektif. Ia adalah penghubung antara lini tengah dan penyerang, yang membuka ruang bagi Mbeumo, dan "stasiun transit" bagi Bruno Fernandes. Amorim tidak membutuhkan bintang; ia membutuhkan seseorang yang membuat tim lebih baik – dan Cunha melakukan hal itu.
Di Old Trafford, orang-orang terbiasa dengan nama-nama besar tetapi kontribusi kecil. Kini mereka menyaksikan kebalikannya – seorang pemain yang datang dengan kerendahan hati, tetapi dengan semangat yang besar.
Manchester United sedang dalam perjalanan untuk menemukan jati diri mereka kembali – bukan dengan slogan, melainkan dengan para pemain yang berani berjuang dan memberi. Cunha, dengan energinya yang tak kenal lelah dan tekadnya yang kuat, menjadi simbol perjalanan tersebut.
Dia tak butuh kata-kata indah. Setiap sprint, setiap tekel, setiap tekanan yang dilakukan Cunha adalah pernyataan nyata tentang bagaimana seorang pemain dapat mengubah semangat tim.
Amorim pernah berkata: "Saya tidak menginginkan bintang, saya menginginkan pejuang yang berhati hangat dan berkepala dingin." Dan kini ia memiliki satu – Cunha, simbol kebangkitan Manchester United. Semakin baik penampilan pemain Brasil itu, semakin cepat pula "Setan Merah" akan melupakan Marcus Rashford – yang telah lama kehilangan jati dirinya di Old Trafford.
Sumber: https://znews.vn/amorim-khong-tim-ngoi-sao-ong-tim-cunha-post1596973.html








Komentar (0)