"Saya tahu saya ingin berhenti kuliah sebelum ujian akhir di tahun kedua kuliah. Saya hanya tidak ingin mengikuti ujian," kata Brendan Foody tentang keputusannya untuk berhenti kuliah demi fokus pada perusahaan rintisannya.
Saat itu, Foody menemukan hal-hal yang tidak bisa ia pelajari di kelas. Beberapa bulan yang lalu, Foody dan dua teman SMA-nya, Adarsh Hiremath dan Surya Midha, mencetuskan ide untuk membangun sebuah model yang menghubungkan perusahaan-perusahaan dengan insinyur terampil di luar negeri. Model ini akan membantu kedua belah pihak menemukan satu sama lain dan mereka akan menjadi perantara untuk mengumpulkan biaya layanan.
Pada tahun 2023, ketiga pemuda ini memutuskan untuk berhenti kuliah dan bersama-sama mendirikan perusahaan rintisan bernama Mercor, yang berkantor pusat di San Francisco, AS. Perusahaan ini menggunakan AI untuk mengoptimalkan proses rekrutmen, membantu bisnis menemukan bakat dengan cepat dan sesuai kebutuhan.

Adarsh Hiremath (kiri), Brendan Foody (tengah) dan Surya Midha keluar dari sekolah untuk memulai bisnis mereka sendiri dan menjadi miliarder pada usia 22 tahun (Foto: Forbes).
Mercor juga berpartisipasi dalam pelatihan model AI dengan menghubungkan para ahli yang tepat di setiap bidang dengan tugas-tugas yang terkait dengan data dan model pembelajaran mesin.
Brendan Foody mengatakan keputusannya untuk keluar dari universitas demi fokus pada perusahaan rintisannya adalah keputusan yang tepat.
"Waktu kuliah dulu, pekerjaan adalah sesuatu yang perlu saya curahkan waktu. Setelah saya putus kuliah, Mercor menjadi sesuatu yang tak pernah bisa saya lupakan," kata Brendan Foody. "Rasanya tepat untuk menginvestasikan waktu saya setiap hari di Mercor."
Brendan Foody juga percaya bahwa AI tidak akan bersaing dengan manusia untuk mendapatkan pekerjaan, melainkan akan membantu mengalokasikan kembali tenaga kerja secara tepat. Misalnya, ketika perangkat AI digunakan untuk melakukan tugas-tugas kantor yang repetitif, manusia akan diangkat ke dalam rantai nilai sebagai pelatih AI dalam hal penalaran, pengambilan keputusan, dan kreativitas.
Visi Brendan Foody, yang sekarang menjadi CEO Mercor, lah yang membantu perusahaan menarik banyak perhatian investor.
Dalam sembilan bulan sejak didirikan, Mercor telah menghasilkan pendapatan pertama satu juta dolar bagi ketiga pendirinya yang masih muda. Dua tahun kemudian, Mercor telah menjadi perusahaan rintisan yang didanai secara urun dana (crowdfunding) dengan nilai $10 miliar, menjadikan ketiga pemuda berusia 22 tahun ini sebagai miliarder termuda di dunia yang meraih kesuksesan mandiri (mereka yang menjadi miliarder melalui usaha sendiri, bukan warisan).
Prestasi ini sebelumnya dipegang oleh Mark Zuckerberg, saat pendiri Facebook ini menjadi miliarder termuda di dunia atas usahanya sendiri di usia 23 tahun. Zuckerberg memegang posisi ini sejak tahun 2008 hingga sekarang.
“Demam” modal ventura di startup AI
Seiring dengan merebaknya “demam” AI di seluruh dunia, semakin banyak investor yang menanamkan modalnya di perusahaan rintisan AI.
Banyak perusahaan rintisan AI yang bernilai miliaran dolar meskipun baru didirikan beberapa bulan lalu dan belum memiliki produk nyata apa pun, yang menunjukkan bahwa investor percaya pada visi dan kepemimpinan pendiri perusahaan, daripada bergantung pada produk yang sebenarnya diluncurkan.
Yang terkenal di antaranya adalah Scale AI, yang didirikan oleh Alexandr Wang, dan Thinking Machines Lab, yang didirikan oleh "jenderal AI" Mira Murati.

Alexandr Wang (kiri) dan Mira Murati adalah dua nama yang sangat disegani di dunia AI saat ini (Foto: Getty).
Meskipun lahir pada tahun 1997, Alexandr Wang dianggap sebagai talenta langka di bidang AI. Wang kuliah di Massachusetts Institute of Technology, mengambil jurusan Ilmu Komputer, tetapi keluar setelah hanya satu tahun untuk memulai bisnisnya sendiri. Pada bulan Juni, Meta menghabiskan $15 miliar untuk membeli 49% saham Scale AI dan membawa Wang bekerja di bawah Mark Zuckerberg.
Sementara itu, Mira Murati (lahir 1988) menjabat sebagai Wakil Presiden Riset Produk dan Chief Technology Officer di OpenAI, yang bertanggung jawab mengembangkan proyek-proyek AI populer seperti ChatGPT, DALL-E, dan Sora. Pada November 2023, Murati sempat menjabat sebagai CEO OpenAI, menggantikan Sam Altman yang dipecat.
Pada September 2024, Mira Murati meninggalkan OpenAI dan mendirikan Thinking Machines Lab, yang berfokus pada pengembangan sistem AI khusus berkinerja tinggi. Meskipun belum memiliki produk nyata, perusahaan ini masih bernilai lebih dari $12 miliar. Analis pasar mengatakan bahwa nama Mira Murati merupakan jaminan kesuksesan Thinking Machines Lab.
Sumber: https://dantri.com.vn/cong-nghe/ba-chang-trai-22-tuoi-tro-thanh-ty-phu-tu-than-tre-nhat-the-gioi-nho-ai-20251118031308974.htm






Komentar (0)