Pemain Thailand dan Cina terlibat perkelahian di lapangan.
Perkelahian antara Buriram United (Thailand) dan Zhejiang (Tiongkok) setelah pertandingan Liga Champions AFC pada malam 29 November telah menjadi peristiwa yang menggemparkan di dunia sepak bola Asia. Setelah insiden ini, kedua belah pihak terus saling menyalahkan atas provokasi perkelahian tersebut.
Perkelahian antara klub Buriram United dan Zhejiang (Foto: 163).
Surat kabar Tianjin Daily mengatakan bahwa pemain Buriram United datang ke Tiongkok dengan mentalitas ingin membalas dendam kepada tim Thailand setelah kekalahan mereka dari tim Tiongkok di babak kualifikasi kedua Piala Dunia 2026.
Surat kabar itu menulis: "Karena tim Thailand kalah dari tim Tiongkok di kualifikasi Piala Dunia 2026, para pemain Buriram United berbaris ke lapangan Zhejiang dengan mentalitas balas dendam. Mereka tidak bisa membalas dendam di lapangan, tetapi terpaksa menggunakan tinju mereka."
Dalam beberapa tahun terakhir, sepak bola Tiongkok telah menurun drastis dan mendekati level Thailand. Oleh karena itu, tim Thailand selalu dibandingkan dengan tim Tiongkok. Hal ini berdampak besar pada psikologi pemain dan penggemar Thailand.
Setengah bulan yang lalu, tim nasional Thailand menderita kekalahan 1-2 di kandang sendiri melawan tim nasional Tiongkok di babak kualifikasi kedua Piala Dunia 2026. Kekalahan itu menimbulkan kekacauan di Thailand. Pelatih Mano Polking dipecat. Oleh karena itu, mentalitas para pemain Thailand adalah ingin membalas kekalahan tim nasional.
Surat kabar Tiongkok mengatakan bahwa pemain Buriram United pergi ke Tiongkok dengan keinginan untuk membalas dendam (Foto: Getty).
Para pemain Buriram United tak segan-segan bermain agresif sepanjang pertandingan. Tak hanya itu, mereka juga memprovokasi hingga terjadi perkelahian yang mengerikan. Konsekuensi yang harus ditanggung Buriram United dan Zhejiang akan memengaruhi masa depan kedua tim. Mereka harus menghadapi hukuman yang sangat berat.
Sementara itu, Asosiasi Sepak Bola Tiongkok mengeluarkan pernyataan: "Konflik di Stadion Huzhou secara serius melanggar semangat sportivitas , memengaruhi keamanan dan ketertiban di stadion, dan menciptakan citra buruk.
Asosiasi Sepak Bola Tiongkok (CFA) sangat menentang segala bentuk kekerasan di lapangan. Kami akan membantu Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dalam menyelidiki insiden ini.
Asosiasi Sepak Bola Tiongkok akan memperkuat manajemen klub dan unit yang berpartisipasi di semua tingkatan, dan belajar serius dari insiden baru-baru ini. Setiap tim harus secara ketat menerapkan peraturan saat berpartisipasi dalam kompetisi domestik dan internasional, serta memperkuat pendidikan pemain, pelatih, dan staf.
Pada saat yang sama, mereka harus menghormati keputusan wasit dan lawan, secara sadar menjaga ketertiban di lapangan, dan menunjukkan sportivitas sepak bola Tiongkok."
Pemain nomor 10 Buriram United, Ramil Sheydayev, dituduh melakukan serangan brutal. Setelah itu, penyerang Rusia itu "dipukuli" (Foto: Sohu).
Aksi pemain nomor 10 Ramil Sheydayev terlalu agresif. Ia mencekik dua pemain Zhejiang, termasuk teknik chokehold yang sangat berbahaya dari belakang. Gerakannya sangat mirip dengan jujitsu.
Kita harus mendukung Zhejiang FC. Tindakan pemain Thailand itu sangat berbahaya. Jika rekan satu timnya tidak datang menyelamatkannya, apa yang akan terjadi pada pemain Zhejiang itu? Pemain Buriram United itu harus dihukum berat.
Konfederasi Sepak Bola Asia belum berkomentar mengenai perkelahian antara Buriram United dan klub Zhejiang. Mereka sedang melakukan investigasi sebelum membuat kesimpulan akhir.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)