ANTD.VN - Kementerian Keuangan baru saja mengumumkan akan mengumpulkan pendapat tentang usulan pembangunan proyek Resolusi Majelis Nasional tentang pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN).
Dengan demikian, Resolusi ini diharapkan akan disesuaikan untuk mengurangi PPN sebesar 2% sebagaimana yang saat ini ditentukan dalam Resolusi No. 43/2022/QH15 dan Resolusi No. 101/2023/QH15.
Khusus untuk kelompok barang dan jasa yang saat ini dikenakan tarif pajak 10%, PPN akan dikurangi sebesar 2%, kecuali kelompok barang dan jasa berikut: Telekomunikasi, teknologi informasi, kegiatan keuangan, perbankan, sekuritas, asuransi, usaha real estate, produksi logam dan produksi produk logam prefabrikasi, industri pertambangan (tidak termasuk pertambangan batu bara), produksi kokas, minyak bumi olahan, produksi bahan kimia dan produk kimia, barang dan jasa yang dikenakan pajak konsumsi khusus.
Kementerian Keuangan mengusulkan untuk menugaskan Komite Tetap Majelis Nasional (NASC) untuk mempertimbangkan dan memutuskan kelanjutan penurunan PPN setelah 30 Juni 2024 jika situasi ekonomi dan dunia usaha serta masyarakat masih menghadapi kesulitan, dan melaporkannya kepada Majelis Nasional pada sidang terdekat.
Pada saat yang sama, Pemerintah ditugaskan untuk membimbing dan mengatur pelaksanaan kebijakan ini untuk memastikan transparansi dan efektivitas.
Kementerian Keuangan menyarankan agar kebijakan pengurangan pajak pertambahan nilai tetap dilanjutkan. |
Terkait isu pengurangan PPN, beberapa pendapat dalam draf Resolusi merekomendasikan penerapan cakupan yang lebih luas. Misalnya, VCCI mengusulkan pengurangan PPN sebesar 2% untuk semua barang dan jasa yang saat ini dikenakan tarif PPN 10%. Asosiasi Perbankan Vietnam juga mengusulkan penerapan kebijakan tersebut kepada lembaga kredit untuk berkontribusi pada penurunan suku bunga, mendukung masyarakat dan pelaku bisnis...
Terkait hal tersebut, Kementerian Keuangan menyampaikan bahwa dengan opsi pertama, yakni penurunan tarif PPN sebesar 2% untuk kelompok barang dan jasa sebagaimana yang berlaku saat ini, maka diperkirakan penurunan penerimaan APBN sekitar Rp4.175 triliun/bulan, jika diterapkan pada 6 bulan pertama tahun 2024 setara dengan sekitar Rp25 triliun.
Pilihan kedua adalah mengurangi tarif PPN sebesar 2% untuk semua barang dan jasa yang dikenakan tarif pajak 10% (menjadi 8%); mengurangi persentase tarif penghitungan PPN sebesar 20% untuk badan usaha (termasuk rumah tangga bisnis dan bisnis perorangan) saat menerbitkan faktur untuk semua barang dan jasa yang dikenakan tarif PPN 10%.
Opsi ini akan membantu mengurangi biaya kepatuhan pajak wajib pajak dan biaya administrasi pajak bagi otoritas pajak. Namun, penerimaan APBN diperkirakan akan berkurang sekitar VND 6,18 triliun/bulan. Jika diterapkan dalam 6 bulan pertama tahun ini, setara dengan pengurangan penerimaan APBN sekitar VND 37,1 triliun.
Oleh karena itu, Kementerian Keuangan merekomendasikan pelaksanaan opsi pertama agar sesuai dengan keseimbangan dan daya dukung anggaran negara serta konteks sosial ekonomi terkini.
Dalam rangka menanggulangi dan mengimbangi dampak jangka pendek terhadap penerimaan APBN serta menjamin pengelolaan estimasi APBN secara proaktif, Kementerian Keuangan akan berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait, instansi terkait, dan pemerintah daerah untuk memfokuskan diri pada pengarahan pelaksanaan dan penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan yang efektif; melanjutkan reformasi dan modernisasi sistem perpajakan, serta menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan;
Bersamaan dengan itu, kelola pendapatan anggaran negara dengan tegas, fokus pada implementasi tepat waktu dan efektif dari kelompok solusi untuk manajemen pendapatan, pencegahan kehilangan pendapatan, penetapan harga transfer, dan penghindaran pajak; dalam manajemen, baik anggaran pusat maupun anggaran daerah harus terus meninjau dan memangkas pengeluaran yang tidak perlu (termasuk investasi pembangunan dan pengeluaran rutin) untuk memastikan keseimbangan anggaran, tidak menyebabkan peningkatan defisit anggaran dibandingkan dengan tingkat yang diputuskan oleh Majelis Nasional.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)