"Kami menganggap sangat penting untuk mempertahankan keunggulan militer kami melalui penelitian, pengembangan, dan adopsi teknologi baru yang bertanggung jawab, terutama di bidang teknologi yang sedang berkembang dan disruptif ," kata para menteri pertahanan G7 dalam pernyataan bersama yang diadopsi pada pertemuan tingkat menteri di Naples, Italia.
Para menteri pertahanan G7 menekankan perlunya "memperkuat industri pertahanan, mendorong keterlibatan industri yang kuat, dan kerja sama dengan mitra," kata pernyataan itu.
Para menteri negara-negara G7 bertemu di Naples, Italia pada 19 Oktober. (Foto: Reuters)
Para menteri pertahanan mengakui "pentingnya memastikan akses ke pendanaan yang andal, dapat diprediksi, dan stabil untuk industri pertahanan".
Mereka juga sepakat untuk "menjajaki kerja sama multinasional dalam pengadaan pertahanan dan menyatukan kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi," tambah pernyataan itu.
Para menteri pertahanan AS, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Kanada, dan Jepang juga berencana untuk "meningkatkan interoperabilitas, berdasarkan standar umum yang ada." Mereka mengakui "perlunya mengurangi ketergantungan kita yang berlebihan pada bahan bakar fosil" dan "menciptakan tenaga kerja yang andal dan berkeahlian tinggi sebagai tulang punggung pencegahan dan pertahanan."
Pada saat yang sama, pernyataan tersebut menyatakan bahwa negara-negara G7 mendukung "jalur Ukraina yang tidak dapat diubah lagi menuju integrasi penuh Euro-Atlantik, termasuk keanggotaan dalam Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO)."
Para menteri juga menjanjikan bantuan militer berkelanjutan kepada Ukraina, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dan menekankan pentingnya pelatihan dan dukungan bagi Angkatan Pertahanan Ukraina.
Namun, sikap Gedung Putih terhadap aksesi Ukraina ke NATO adalah bahwa undangan untuk bergabung dengan NATO tidak mungkin diberikan dalam jangka pendek, dengan alasan perlunya reformasi dan memenuhi persyaratan keamanan aliansi.
Pada tanggal 19 Oktober, konferensi menteri pertahanan G7 pertama dibuka di Naples, Italia selatan, di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.
Menteri Pertahanan Italia, Guido Crosetto, menekankan bahwa selama hari kerja, para delegasi akan mencurahkan banyak ruang dan waktu untuk membahas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Selain itu, agenda juga mencakup konflik di Ukraina, pembangunan dan keamanan di Afrika, serta situasi di Asia- Pasifik .
[iklan_2]
Sumber: https://vtcnews.vn/bo-truong-g7-keu-goi-tang-quy-mo-san-xuat-quoc-phong-o-phuong-tay-ar902766.html






Komentar (0)