Momen yang tampak seperti dongeng itu telah menjadi puncak keajaiban dalam perjalanan sulit Auckland City, tim sepak bola amatir di taman bermain yang penuh dengan nama-nama terkenal di dunia sepak bola.
Sebelum pertandingan dengan Boca Juniors, Auckland City telah menderita dua kekalahan pahit dengan skor 0-10 melawan Bayern Munich dan 0-6 melawan Benfica.
Dalam situasi itu, gol Gray di babak akhir babak penyisihan grup, yang membantu tim bermain imbang 1-1, tidak saja menjadi hiburan tetapi juga simbol usaha dan keberanian tim yang rendah hati.
"Kami berasal dari kota kecil, sangat jauh dari level tertinggi, jadi ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan," kata Gray. Mimpi itu menjadi kenyataan, dalam pertandingan di mana Boca Juniors melepaskan 41 tembakan berbanding tiga tembakan Auckland.
Auckland City bukanlah tim sepak bola profesional. Tim mereka terdiri dari guru, sopir pengantar barang, dan pengrajin.
Banyak dari mereka harus membiayai sendiri untuk berpartisipasi dalam turnamen, sambil tetap mempertahankan pekerjaan tetap mereka. Mereka bermain bukan untuk ketenaran atau gaji besar, melainkan karena kecintaan mereka pada sepak bola.
Usai pertandingan, pelatih Paul Posa mengungkapkan kebanggaannya kepada timnya. “Anda tak bisa membayangkan apa yang telah kami hadapi. Klub kami memang kecil, tetapi memiliki semangat juang yang besar. Satu poin hari ini adalah hadiah yang pantas bagi semua orang yang telah bekerja keras di balik layar.”
Ia juga menegaskan keyakinannya tetap kuat, meskipun menelan kekalahan telak. "Saya selalu yakin kami akan mencetak gol. Kami bekerja sangat keras. Kami sedikit beruntung di babak pertama, tetapi saya tahu itu akan terjadi."
Bagi Gray, Piala Dunia Antarklub bukan sekadar pengalaman berkompetisi di level atas, tetapi juga tonggak sejarah setelah empat tahun persiapan bersama tim tempatnya bergabung.
"Perjalanan ini sangat sulit. Kami mendapatkan beberapa hasil yang tidak sesuai harapan, tetapi saya sangat senang untuk seluruh tim. Saya pikir kami pantas mendapatkannya," ujarnya.
Setelah tugas singkatnya di Piala Dunia Antarklub, Gray akan kembali ke pekerjaan mengajarnya yang biasa, menghadapi setumpuk ujian yang tidak dinilai selama liburan musim panas.
Dari sorotan internasional kembali ke ruang kelas yang sederhana, ini adalah langkah yang sederhana sekaligus berkesan. Sebuah bukti nyata bahwa sepak bola bukan hanya tentang para superstar, tetapi juga tempat orang-orang biasa dapat menciptakan momen-momen luar biasa.
Auckland City meninggalkan turnamen dengan satu poin, tetapi itu lebih dari sekadar hasil. Itu adalah kisah inspiratif, sebuah keyakinan bahwa dalam sepak bola, mimpi memang ada bagi mereka yang bekerja keras dan pantang menyerah.
Sumber: https://baovanhoa.vn/the-thao/chuyen-co-tich-cua-ong-giao-new-zealand-ghi-ban-vao-luoi-ga-khong-lo-argentina-145979.html
Komentar (0)