(Surat Kabar Dan Tri) - SpaceX akan meluncurkan dua wahana pendarat bulan milik swasta ke Bulan pada Januari 2025, membuka peluang baru dan memperkuat peran sektor swasta dalam industri antariksa.

Wahana pendarat Resilience sedang diperiksa di fasilitas Badan Eksplorasi Ruang Angkasa Jepang (JAXA) di Tsukuba, Jepang (Foto: Reuters).
SpaceX berencana meluncurkan dua wahana pendarat bulan swasta pada Januari 2025. Keduanya akan diluncurkan secara bersamaan menggunakan roket Falcon 9 yang diproduksi oleh perusahaan tersebut.
Salah satunya adalah kapal pendaratan "Resilience" dari perusahaan Jepang ispace.
Hal ini dipandang sebagai misi iSpace untuk "memulihkan kepercayaan" dalam konteks dua kegagalan beruntun perusahaan dalam meluncurkan dan mendaratkan pesawat ruang angkasa pada tahun 2023.
Pesawat ruang angkasa "Resilience" akan membawa lima instrumen ilmiah , termasuk perangkat elektrolisis air, modul produksi makanan eksperimental, probe radiasi ruang angkasa dalam, lempengan paduan peringatan, dan robot otonom kecil bernama "Tenacious".
Robot penjelajah setinggi 26 cm ini, yang dikembangkan oleh cabang iSpace di Luksemburg, bertugas menjelajahi permukaan bulan dan mengumpulkan data. Robot penjelajah ini diharapkan mendarat di wilayah Mare Frigoris ("Laut Dingin"), dataran basalt luas yang terletak pada garis lintang 60,5 derajat Utara relatif terhadap khatulistiwa bulan.
"Dalam waktu sekitar satu bulan, misi bersejarah ispace akan diluncurkan dan kami akan melakukan upaya kedua untuk mendarat di Bulan," kata Takeshi Hakamada, pendiri dan CEO ispace, dalam sebuah pernyataan.
Kapal pendaratan kedua, yang diberi nama "Blue Ghost," dibangun oleh Firefly Aerospace (AS).
Wahana pendarat Blue Ghost akan membawa 10 instrumen ilmiah NASA, yang berfokus pada studi debu bulan, karakteristik geofisika, dan interaksi cuaca luar angkasa.
Wahana antariksa tersebut diperkirakan akan mencoba mendarat di dekat Mons Latreille, sebuah bentang alam vulkanik di sisi jauh Bulan, untuk menghindari anomali magnetik besar yang dapat memengaruhi pengukuran instrumen. Area ini juga dianggap kurang berbatu, sehingga menguntungkan untuk pengoperasian peralatan pengeboran di dalamnya.

Gambar tersebut menunjukkan wahana pendarat bulan Blue Ghost yang sedang diuji dalam lingkungan permukaan bulan simulasi (Foto: Orbital Today).
Dilaporkan, salah satu tujuan utama misi ini adalah untuk mempelajari debu bulan, atau regolith, yang dapat memengaruhi sifat mekanik, menyebabkan degradasi material, dan berdampak pada kesehatan manusia.
Perangkat pada "Blue Ghost" akan menguji bagaimana debu menempel pada berbagai material dan mempelajari metode yang menggunakan elektromagnetisme untuk mencegah penumpukan debu.
Selain itu, wahana pendarat ini akan membawa peralatan untuk mengambil gambar interaksi antara magnetosfer Bumi dan angin matahari, yang menyediakan data penting untuk prakiraan cuaca dan melindungi konektivitas satelit.
Misi ini diperkirakan akan berlangsung selama kurang lebih 60 hari, di mana "Blue Ghost" akan mengumpulkan data ilmiah dan merekam fenomena astronomi seperti gerhana matahari dan matahari terbenam di Bulan.
Kedua misi tersebut merupakan bagian dari program Commercial Lunar Payload Service (CLPS) NASA, yang bertujuan untuk mempromosikan keterlibatan sektor swasta dalam eksplorasi bulan dan mendukung program Artemis NASA.
Menurut para ahli, meluncurkan dua wahana pendarat milik swasta secara bersamaan dengan roket yang sama tidak hanya menunjukkan kemajuan dalam teknologi antariksa tetapi juga menandai perkembangan signifikan dalam kerja sama antara perusahaan swasta dan badan antariksa nasional.
Hal ini membuka peluang baru untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber daya di Bulan, sekaligus memperkuat peran sektor swasta dalam industri antariksa.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc-cong-nghe/cu-dup-chinh-phuc-mat-trang-spacex-sap-phong-cung-luc-hai-tau-do-bo-20241220025148139.htm










Komentar (0)