Pada tanggal 16 Juli, Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani memberikan wawancara kepada Newsweek selama kunjungannya ke New York, AS, untuk menghadiri pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
| Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani (kanan) saat wawancara di New York pada 16 Juli. (Sumber: Tehran Times) |
Merujuk pada isu nuklir, Bapak Kani mengatakan bahwa Iran siap untuk melanjutkan negosiasi dengan AS, dengan menyatakan: "Kami menyambut baik dimulainya kembali negosiasi dengan AS untuk memulihkan partisipasi kedua belah pihak dalam kesepakatan nuklir."
Sebelumnya, pemerintah Iran sebelumnya sangat menentang perundingan dengan AS setelah Washington di bawah Donald Trump secara sepihak menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada tahun 2018. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden kemudian gagal melanjutkan perjanjian ini.
Selain itu, Penjabat Menteri Luar Negeri Iran juga mengungkapkan bahwa Teheran "berniat untuk lebih memperkuat hubungannya dengan Tiongkok, Rusia, dan negara-negara tetangga."
Menghargai peran konstruktif Moskow dan Beijing dalam upaya memastikan stabilitas politik di Timur Tengah, ia berkata: "Kami yakin bahwa Rusia dan Tiongkok tengah berupaya serius untuk memperkuat kepercayaan politik bersama di kawasan ini serta untuk lebih memastikan hubungan ekonomi , konektivitas, dan kerja sama di kawasan kami."
Terkait konflik di Jalur Gaza, diplomat Iran menolak solusi Presiden AS Joe Biden dan mengatakan bahwa Washington saat ini adalah "negara terbesar dan terpenting" dalam menyediakan senjata mematikan bagi Israel.
Menurutnya, jika AS berperan sebagai mediator, "tidak perlu membuat masalah besar, cukup dengan mengakhiri kebijakan transfer senjata mematikan ke Israel."
Bapak Kani mendesak Dewan Keamanan untuk “menggunakan semua potensi dan kemampuannya” guna mencegah Israel melanjutkan serangannya yang menewaskan warga sipil tak berdosa di Gaza, “terutama perempuan dan anak-anak.”
Terkait risiko meningkatnya ketegangan antara Israel dan gerakan Hizbullah di Lebanon, penjabat menteri luar negeri Iran mengatakan bahwa potensi serangan terhadap negara tetangga ini akan menjadi "neraka tanpa harapan" bagi Tel Aviv.
Menilai bahwa keseimbangan kekuatan di kawasan telah berubah setelah Hamas menyerang Israel dan Tel Aviv melancarkan kampanye militer di Jalur Gaza, Bagheri Kani mengatakan Israel "dapat dengan sengaja dan sukarela memasuki Lebanon dan memperluas perang ke negara ini, tetapi tidak dapat mengakhiri konflik atau ketegangan sendirian."
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/quyen-ngoai-truong-iran-de-ngo-dam-phan-hat-nhan-cung-my-he-lo-y-dinh-voi-nga-trung-quoc-canh-bao-israel-ve-dia-nguc-khong-the-quay-dau-278966.html






Komentar (0)