
Apakah ujian masuk kelas 10 harus dihapus atau dipertahankan untuk mengurangi tekanan ujian masih menjadi topik yang sangat diperdebatkan, dengan dua sudut pandang yang berbeda dan saling bertentangan - Foto: THANH HIEP
Sebagai seorang guru SMA, saya berkesempatan untuk berinteraksi dengan berbagai generasi siswa. Kesamaan di antara mereka adalah bahwa mereka adalah anak-anak yang mulai tumbuh dewasa, menghadapi ketidakpastian dan tekanan yang sulit untuk diungkapkan.
Kita sebagai orang dewasa sering berpikir bahwa hanya kita yang memiliki tekanan dan masalah yang harus diselesaikan, sementara anak-anak hanya perlu makan, tidur, belajar, dan bermain… Tetapi itu adalah pandangan yang salah. Dalam * Pangeran Kecil* , penulis Antoine de Saint-Exupéry menulis , "Semua orang dewasa pernah menjadi anak-anak… tetapi hanya sedikit dari mereka yang mengingatnya."
Pengakuan siswa
Mungkin inilah alasan terbesar mengapa anak-anak merasa tidak dipahami oleh orang-orang terkasih mereka, yang menyebabkan kesepian, perilaku impulsif dan sembrono, dan bahkan konsekuensi yang disesalkan seperti kekerasan di sekolah…
Pada suatu kesempatan, alih-alih menanyakan hal-hal yang membuat mereka bahagia seperti biasanya, saya meminta mereka menuliskan hal-hal yang membuat mereka merasa stres.
Air mata mengalir, banyak siswa membacakan esai mereka dengan penuh emosi, dan beban psikologis seolah terurai dengan setiap kata.
Saya perhatikan bahwa tekanan terbesar yang selalu menghantui pikiran para siswa ini adalah nilai.
Kita sering berasumsi bahwa nilai rendah disebabkan oleh siswa yang kurang cerdas atau kurang berusaha. Namun kenyataannya, banyak siswa, meskipun sudah berusaha sebaik mungkin, tetap tidak bisa memperbaiki nilai mereka.
Hasil akademik yang buruk dapat membuat siswa merasa tidak berharga; banyak yang mengalami gangguan kecemasan, dan beberapa bahkan menjadi takut untuk pulang ke rumah, takut menghadapi tatapan kecewa orang tua mereka.
Selanjutnya, ada tekanan yang berasal dari masa lalu seseorang.
Banyak siswa, yang dulunya merupakan siswa berprestasi dengan pencapaian akademik yang luar biasa di sekolah menengah dan dipuji oleh guru mereka, kini menghadapi penurunan prestasi. Hal ini memberi tekanan pada mereka karena masa lalu mereka, yang menyebabkan mereka meragukan diri sendiri, kehilangan kepercayaan diri, dan menjadi semakin tertutup.
Kurangnya rasa perhatian dan pengertian dari orang-orang terdekat juga merupakan sumber tekanan utama dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan.
Saat ini, angka perceraian sangat tinggi, dan banyak anak karenanya berada dalam situasi "anakku, anakmu". Banyak anak tidak tinggal bersama ayah atau ibu mereka, atau bahkan keduanya. Hal ini membuat mereka tenggelam dalam perasaan ditinggalkan, merasa seperti orang luar, emosi mereka diabaikan, dan kekurangan cinta dan kasih sayang…
Tekanan dari media sosial juga merupakan jawaban umum yang diberikan oleh banyak siswa.
Kita sering mengecam kaum muda karena terlalu banyak menggunakan media sosial, tetapi sedikit yang memahami bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan juga merupakan salah satu penyebab meningkatnya beban mental pada siswa.
Banyak siswa menyadari bahwa mereka tidak boleh menggunakan media sosial secara berlebihan, tetapi daya pikatnya membuat mereka sulit untuk menolak, sehingga menyebabkan penelusuran yang tidak terkontrol. Setelah kejadian seperti itu, mereka sering merasa menyesal.
Jangan hanya menyayangi anak Anda saat mereka masih kecil.
Bagaimana kita dapat membantu anak-anak ini mengatasi tekanan dan ketakutan yang tak terlihat tersebut?
Mungkin hal pertama dan terpenting adalah pengertian dan sikap lembut dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya.
Tunjukkan pada anak-anak bahwa mereka tidak sendirian, bahwa mereka selalu diakui, dicintai, dan dilindungi. Karena mereka pantas mendapatkannya.
Para orang tua hendaknya mengesampingkan kesibukan pekerjaan dan meluangkan waktu bersama anak-anak mereka. Ingatlah bahwa Anda pernah menjadi anak kecil dan ingat betapa Anda membutuhkan kasih sayang, sehingga Anda memahami bahwa anak-anak Anda juga membutuhkan kenyamanan dan perhatian.
Jangan hanya menyayangi anak-anak Anda saat mereka masih kecil; mereka akan membutuhkan kasih sayang itu saat mereka mulai tumbuh dewasa.
Menemukan solusi pasti untuk mencegah anak-anak merasa tertekan karena nilai mungkin merupakan hal yang paling sulit, tetapi mengurangi perasaan itu sepenuhnya mungkin. Hal ini membutuhkan kerja sama antara keluarga dan sekolah.
Orang tua seharusnya berhenti membebani anak-anak mereka dengan prestasi akademik yang begitu berat, dan guru seharusnya berhenti menggunakan nilai untuk mengkritik selama pelajaran. Sebaliknya, mereka harus fokus pada bagaimana anak-anak berusaha dan berkembang setiap hari.
Mengurangi tingkat kesulitan ujian juga merupakan solusi untuk mengurangi tekanan akademis bagi siswa. Dan untuk mendorong penggunaan media sosial yang wajar di kalangan siswa, alih-alih membiarkan mereka berselancar di internet saat istirahat, kita sebaiknya mencoba menyelenggarakan permainan kelompok, membuat pojok baca yang menarik, dan lain sebagainya.
Dari pengalaman itu, anak-anak menyadari bahwa kehidupan nyata jauh lebih menarik daripada dunia maya.
Sumber: https://tuoitre.vn/diem-so-luon-la-ap-luc-thuong-truc-trong-suy-nghi-cac-em-hoc-sinh-20251211142409492.htm






Komentar (0)