Para pembicara membahas arah bisnis di tengah meningkatnya tekanan lingkungan - Foto: BTC
Pesan inilah yang ditekankan oleh banyak pembicara di acara "Pembangunan Berkelanjutan 2025: Era Baru Pembangunan Ekonomi Hijau", bagian dari rangkaian Forum Ekonomi Hijau yang diselenggarakan oleh Majalah Ekonomi Saigon pada tanggal 28 Agustus di Kota Ho Chi Minh.
Transisi Hijau: Tiket untuk Masuk keluar ke dunia
Berbicara di acara tersebut, Tn. Dinh Hong Ky, Ketua Asosiasi Bisnis Hijau Kota Ho Chi Minh (HGBA) , mengutip penelitian oleh futuris Amerika Jamais Cassio dan mengatakan bahwa dunia telah meninggalkan era VUCA (volatil - tidak pasti - kompleks - ambigu) untuk memasuki era BANI (rapuh - cemas - non-linier - sulit dijelaskan).
"Dalam konteks baru, rencana jangka panjang apa pun dapat menjadi 'warisan berbahaya' jika tidak fleksibel," tegas Bapak Ky.
Bersamaan dengan itu terdapat serangkaian hambatan perdagangan hijau: mekanisme penyesuaian perbatasan karbon (CBAM), standar ESG (lingkungan - sosial - tata kelola), persyaratan transparansi rantai pasokan... yang diterapkan oleh pasar-pasar utama seperti UE, AS, dan Jepang.
Bapak Ky memperingatkan: "Jika mereka tidak memenuhi standar hijau, perusahaan-perusahaan Vietnam akan kesulitan mempertahankan posisi mereka dalam rantai nilai global."
Bapak Dinh Hong Ky, Ketua Asosiasi Bisnis Hijau Kota Ho Chi Minh (HGBA), menekankan bahwa transformasi hijau adalah jalan yang tak terelakkan, bukan lagi pilihan - Foto: BTC
Dari perspektif pasar, Bapak To Thanh Son, Direktur Pembangunan Berkelanjutan di SGS Vietnam, mengatakan bahwa sertifikat seperti ISO 14064, ISCC, GRS, FSC, BSCI, atau SA8000 telah menjadi "paspor" bagi para pelaku bisnis.
"Perusahaan multinasional seperti Apple, Microsoft, dan Adidas semuanya mewajibkan pemasok untuk memenuhi standar ESG, sementara konsumen internasional semakin menuntut dan bersedia mengabaikan merek yang dicurigai melakukan "greenwashing," kata Bapak Son.
Usaha Kecil: Bergelombang tapi Tidak Terjebak
Faktanya, 90% perusahaan di Vietnam tergolong dalam kelompok usaha kecil dan menengah (UKM). Kelompok inilah yang paling sulit berinvestasi dalam teknologi bersih, meningkatkan proses, dan melatih sumber daya manusia.
Namun, menurut para ahli, UKM tidak sepenuhnya dirugikan. Kekuatan mereka terletak pada fleksibilitas, kelincahan, dan kemampuan beradaptasi jika mereka memiliki strategi yang tepat.
Tn. Dinh Hong Ky meyakini bahwa transformasi hijau tidak bisa hanya berupa beberapa penyesuaian kecil saja, tetapi memerlukan perombakan menyeluruh terhadap segala hal mulai dari model bisnis, rantai pasokan hingga budaya perusahaan.
Menurutnya, model tertutup sebelumnya harus digantikan oleh ekosistem terbuka, tempat bisnis, mitra, pelanggan, dan komunitas berkolaborasi untuk menciptakan nilai bersama. "Para pemimpin harus menjadi arsitek transformasi hijau, membentuk visi, dan menginspirasi seluruh organisasi," tegasnya.
Sementara itu, Bapak To Thanh Son menyarankan agar UKM dapat memulai dengan target-target kecil, seperti menetapkan target minimal 5% pendapatan yang berasal dari produk atau layanan ramah lingkungan. Hal ini merupakan cara untuk mendorong bisnis merencanakan dengan serius, sehingga menciptakan motivasi untuk berinovasi.
Lebih penting lagi, Bapak Son percaya bahwa kepatuhan terhadap standar internasional perlu menjadi kebiasaan sehari-hari. "Intinya, transformasi hijau sudah dekat. Ini adalah pekerjaan yang sudah dilakukan bisnis setiap hari, mulai dari pengelolaan data, pemantauan konsumsi energi, hingga peningkatan produksi," ujar Bapak Son.
Dari perspektif manajemen, Tn. Pham Binh An, wakil direktur Institut Studi Pembangunan Kota Ho Chi Minh, mengatakan bahwa kota tersebut sedang membangun peta jalan transformasi hijau dengan pendekatan yang sistematis, metodis, dan terukur.
"Para pemimpin kota menegaskan keinginan mereka untuk mendampingi para pelaku bisnis dalam menerapkan program ramah lingkungan secara efektif. Koordinasi antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat merupakan kunci tercapainya tujuan berkelanjutan," ujar Bapak An.
Sumber: https://tuoitre.vn/doanh-nghiep-nho-khong-co-chi-phi-lam-sao-de-xanh-20250828191313583.htm
Komentar (0)