MENGUBAH POLA PIKIR TENTANG SUMBER DAYA PEMBANGUNAN
Sumber daya untuk pembangunan di masyarakat tradisional kelompok etnis minoritas di Nghe An bagian barat terutama terdiri dari lahan hutan, ladang pertanian, sawah, dan secara umum semua sumber daya yang terkait erat dengan kehidupan mereka.

Dalam ekonomi pasar, dibutuhkan sumber daya baru, seperti hubungan sosial, jaringan sosial, pengetahuan lokal, informasi pasar, lokasi geografis, keterampilan profesional, pengetahuan budaya, kualifikasi, dan status sosial. Namun, tidak semua orang mengenali dan memanfaatkan sumber daya ini. Keluarga yang berpartisipasi dalam pariwisata komunitas, dibandingkan dengan mereka yang kurang terlibat dalam kegiatan tersebut, mungkin lebih jelas melihat tantangan dalam memanfaatkan sumber daya ini karena perbedaan pengalaman pasar.
Mereka yang terlibat dalam pariwisata berbasis komunitas tahu cara membangun jaringan sosial melalui berbagai saluran. Yang terpenting adalah hubungan mereka dengan otoritas lokal. Sejak awal proyek pengembangan pariwisata berbasis komunitas dan kunjungan ke lokasi percontohan, individu-individu ini telah belajar untuk menjalin hubungan yang diperlukan dengan pemandu wisata, penyelenggara pariwisata komunitas, dan bahkan dengan orang-orang di tempat yang mereka kunjungi untuk bertukar informasi. Kemudian, ketika kelompok wisatawan pertama mereka tiba, mereka tahu cara mempertahankan hubungan ini. Secara khusus, mereka tahu cara menciptakan dan memperluas hubungan dengan perusahaan pariwisata dan pemandu wisata, memandang hubungan ini sebagai sumber pelanggan yang sangat penting.

Mereka tidak hanya terampil dalam membangun hubungan sosial eksternal, tetapi mereka yang terlibat dalam pariwisata komunitas juga menunjukkan kelincahan dan kemampuan untuk memobilisasi orang lain dalam komunitas mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Mereka fokus pada pelatihan memasak bagi semua orang, mengatur penyambutan tamu, dan merencanakan kegiatan untuk melayani wisatawan. Ketika dibagi menjadi kelompok/klub seperti klub musik tradisional, kelompok kuliner, dan kelompok pengalaman, para pekerja pariwisata komunitas bertindak sebagai jembatan antara kelompok-kelompok ini. Mereka menerima informasi tentang wisatawan, menginformasikan dan mengatur kegiatan terkait, serta menegosiasikan harga dan pembagian keuntungan di antara mereka sendiri.
Dengan demikian, melalui pariwisata komunitas, para peserta menjadi sadar bahwa hubungan sosial dan kapasitas organisasi merupakan sumber daya untuk pembangunan ekonomi. Mereka juga memahami bahwa identitas budaya etnis adalah aset penting yang dapat diterapkan pada proses pembangunan.
MENGUBAH POLA PIKIR TENTANG PERENCANAAN EKONOMI
Pariwisata berbasis komunitas sendiri merupakan proses ekonomi yang terdiri dari banyak tahapan dan aktivitas yang berbeda dan saling terkait. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata berbasis komunitas juga membutuhkan strategi perencanaan ekonomi. Yang terpenting adalah strategi investasi keuangan.

Mengembangkan pariwisata berbasis komunitas membutuhkan sumber daya keuangan yang signifikan dan strategi investasi yang matang. Mengumpulkan modal besar melalui penjualan sapi dan babi, meminjam dari kerabat, atau bahkan mengambil pinjaman bank bukanlah hal mudah bagi masyarakat di daerah pegunungan. Oleh karena itu, menempuh jalan ini membutuhkan perencanaan dan investasi yang cermat. Mereka yang terlibat dalam pariwisata berbasis komunitas menunjukkan keberanian dalam usaha bisnis mereka dan sangat teliti dalam investasi mereka di bidang baru ini. Namun, mereka tidak mencurahkan seluruh sumber daya mereka ke dalam kegiatan ini, tetap mempertahankan kegiatan produksi lainnya untuk memastikan mata pencaharian keluarga mereka tetap aman meskipun kegiatan tersebut tidak menghasilkan hasil yang diharapkan.
MENGUBAH POLA PIKIR MENGENAI SISTEM NILAI BUDAYA
Sistem nilai mencerminkan identitas etnis. Namun, semua itu adalah konsep abstrak dan berubah seiring waktu. Sistem nilai dibentuk pada periode yang berbeda dan berubah tergantung pada keadaan, tetapi tetap mempertahankan karakteristik dasarnya.

Di masa lalu, sebagian besar komunitas etnis minoritas di provinsi Nghe An bagian barat memiliki sistem nilai yang pada dasarnya bersifat introver. Komunitas yang kreatif dan produktif ini berfokus pada melayani diri sendiri, keluarga, dan komunitas mereka. Misalnya, pakaian tradisional yang indah merupakan penghormatan kepada wanita yang membuatnya. Ini adalah contoh nilai-nilai budaya introver. Namun, dengan perkembangan pariwisata berbasis komunitas, sistem nilai ini juga telah berubah.
Untuk mengembangkan pariwisata, penduduk setempat bahkan telah memodernisasi unsur-unsur budaya untuk melayani pengunjung; mereka merenovasi rumah mereka, menambahkan atap seng, dan meninggikan pilar untuk menggunakan lantai dasar sebagai ruang resepsi dan ruang makan. Mereka membeli peralatan modern seperti lemari es, penanak nasi, pancuran air panas dan dingin, dan toilet siram. Banyak hidangan juga telah dimodifikasi agar lebih sesuai dengan selera wisatawan. Banyak layanan baru telah muncul, seperti kafe, pub, toko pakaian, dan toko suvenir.
Selain itu, kostum sering dimodernisasi, dan lagu serta tarian diadaptasi agar lebih sesuai, meriah, dan megah. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata komunitas telah mengubah sistem nilai mereka yang terlibat dalam pariwisata komunitas dari yang berorientasi ke dalam menjadi berorientasi ke luar, yaitu melayani pelanggan.
Sumber






Komentar (0)