Dokter Spesialis Duong Thi Hong Nhung, penanggung jawab Departemen Neurologi - Stroke, Rumah Sakit Gia An 115 (HCMC), mengatakan bahwa stroke diam seringkali menyebabkan lesi kecil di area otak dan tidak memiliki manifestasi eksternal yang jelas, sehingga pasien seringkali tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami stroke. Oleh karena itu, lesi ini sulit dideteksi tanpa pemeriksaan pencitraan otak (CT-Scan, MRI).
Meski begitu, stroke senyap tetap merusak otak, sehingga meningkatkan risiko stroke berat di kemudian hari.

Beberapa orang yang mengalami stroke diam-diam sering kali memiliki tanda-tanda seperti gangguan kognitif ringan, kesulitan berkonsentrasi, mudah lupa, dan perasaan tumpul secara mental.
Ilustrasi: AI
Tanda-tanda apa yang membantu mengenali stroke diam-diam?
Menurut Dr. Hong Nhung, stroke diam memiliki 3 manifestasi dasar: Kerusakan materi putih yang disebabkan oleh pembuluh darah, infark serebral diam atau pendarahan otak mikroskopis.
Disebut "stroke senyap" karena terjadi di area otak yang "senyap", tidak menyebabkan perubahan fungsi motorik yang nyata, tidak menyebabkan kelumpuhan, bicara cadel, nyeri, atau gangguan sensorik. Namun, stroke senyap memengaruhi area otak yang mengendalikan pikiran, emosi, dan persepsi, serta merupakan penyebab utama gangguan kognitif vaskular.
Beberapa orang mungkin mengalami tanda-tanda tidak langsung atau samar, seperti:
- Gangguan kognitif ringan: Kesulitan berkonsentrasi, mudah lupa, merasa kurang berpikir jernih.
- Perubahan suasana hati: Mudah tersinggung, depresi ringan, fluktuasi emosi yang tidak dapat dijelaskan.
- Kesulitan ringan dalam koordinasi motorik: Menulis, fleksibilitas buruk dalam memegang benda.
Tanda-tanda ini seringkali diabaikan atau disalahartikan sebagai usia, stres, atau masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kerusakan otak seringkali baru terdeteksi saat menjalani MRI atau CT scan otak, biasanya saat pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
Siapa saja yang berisiko tinggi terkena stroke diam-diam?
Stroke senyap tidak menimbulkan gejala akut seperti stroke biasa, tetapi tetap berbahaya karena kerusakan otak terakumulasi seiring waktu, meningkatkan risiko stroke berikutnya, penurunan kognitif, kehilangan memori, atau demensia.
“Penyakit ini berisiko tinggi terjadi pada orang dengan penyakit bawaan seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, lansia, terutama di atas 60 tahun; orang dengan sindrom apnea tidur atau kebiasaan hidup tidak sehat seperti merokok, pola makan tinggi lemak, kurang olahraga, atau kelebihan berat badan,” ujar Dr. Hong Nhung.
Bagaimana seharusnya orang yang mengalami stroke diam-diam dirawat atau dipantau?
Menurut Dr. Hong Nhung, karena stroke senyap tidak memiliki gejala akut yang jelas, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan otak progresif, mengurangi risiko stroke aktual di masa mendatang, dan mengendalikan faktor risiko seperti tekanan darah, lipid darah, dan gula darah.
Selain itu, pasien juga perlu memperhatikan perubahan gaya hidup mereka:
- Berhenti merokok, batasi alkohol.
- Diet rendah garam, tinggi sayuran hijau, ikan, minyak zaitun.
- Berolahragalah secara teratur.
- Pertahankan berat badan ideal.
- Kendalikan stres dan tidur yang cukup.
Untuk deteksi dini dan pencegahan, dokter menyarankan semua orang—terutama kelompok berisiko tinggi—untuk melakukan pemeriksaan rutin, mengobati penyakit yang mendasarinya, dan mengendalikan faktor risiko dengan baik. Penderita penyakit kronis perlu mematuhi pengobatan dan pemantauan rutin untuk mendeteksi kerusakan dini, mengurangi risiko stroke, dan penurunan kognitif.
Sumber: https://thanhnien.vn/dot-quy-tham-lang-silent-stroke-hiem-hoa-am-tham-trong-nao-bo-185251103215514602.htm






Komentar (0)