RUU pendidikan baru memberikan Afrika Selatan kendali atas sekolah-sekolah bahasa untuk komunitas minoritas kulit putih, yang menimbulkan ancaman bagi pemerintahan persatuan nasional.
| Sekolah-sekolah di Afrika Selatan menghadapi rancangan undang-undang penting. (Sumber: Bridge International Academies) |
Rancangan undang-undang ini akan memungkinkan pemerintah untuk memutuskan kebijakan bahasa dan penerimaan siswa di sekolah. Saat ini, administrator sekolah, terutama orang tua dan pemimpin masyarakat, adalah pihak yang membuat keputusan tersebut.
Menurut para ahli, RUU ini mengancam sekolah-sekolah yang hanya menggunakan satu bahasa dalam pengajaran, terutama sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa Afrikaans – bahasa minoritas Afrikaner kulit putih.
Afrika Selatan saat ini memiliki 12 bahasa resmi. Meskipun sebagian besar sekolah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, beberapa sekolah menggunakan bahasa Afrikaans, sebuah bahasa yang dikembangkan pada abad ke-17 oleh imigran Belanda dan Eropa.
Dari 23.719 sekolah negeri, setidaknya 2.484 menggunakan bahasa Afrikaans.
John Steenhuisen, pemimpin partai Aliansi Demokratik, diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Cyril Ramaphosa sebelum RUU tersebut disahkan pada tanggal 13 September.
Selain itu, organisasi non-pemerintah Afriforum mengumumkan bahwa mereka akan mengambil tindakan hukum untuk menentang RUU tersebut segera setelah Bapak Ramaphosa menandatanganinya menjadi undang-undang.
Pada Juni 2024, partai Aliansi Demokratik bergabung dengan pemerintahan persatuan yang dipimpin oleh Kongres Nasional Afrika (ANC), setelah ANC kehilangan kendali mayoritasnya di Majelis Nasional .
ANC yakin RUU ini akan membantu mencegah siswa kulit hitam ditolak oleh sekolah-sekolah yang hanya menggunakan bahasa Afrikaans sebagai bahasa pengantar.
Namun, Steenhuisen menyatakan bahwa selama negosiasi untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional, partai Aliansi Demokratik menunjukkan bahwa RUU pendidikan ini mengancam hak siswa untuk belajar dalam bahasa ibu mereka.
"Jika Presiden terus mengabaikan suara-suara yang berbeda pendapat ini, ia juga mengancam masa depan dan menghancurkan kredibilitas pemerintahan persatuan nasional," tegas Steenhuisen.
Rancangan undang-undang tersebut diharapkan akan disahkan atau dikembalikan ke Parlemen untuk diamandemen jika Presiden Ramaphosa menganggapnya tidak memenuhi standar Konstitusi.
Sumber: https://baoquocte.vn/du-luat-giao-duc-moi-cu-a-nam-phi-gay-tranh-cai-286026.html






Komentar (0)